When You Believe 21

854 83 11
                                    

Anggun masih membawa masuk sendok berisikan nasi untuk masuk kedalam mulutnya sementara ishani sudah bangun dari tempat duduk merapihkan ikatan rambutnya.
"Ranveer ngga jemput?"
"Sepertinya mama makin sering kangen aja sama ranveer"
"Ya ngga juga sih tumben jam segini belum nongol biasanya ikut sarapan bareng"
"Mama dia itu punya duit"
"Ya emang kenapa kalo dia punya duit"
"Ya dia bisa beli makan di luar ngga minta gratisan terus"
"Meski dia punya banyak duit tetep aja shan hemat itu perlu"
"Ah susah nih mama ngebelain dia terus"
"Hehe calon mertua perhatian shan"
"Heh"
"Hehe kaka kamu juga ngga masalah ko kalo kamu nikah duluan" ucap anggun santai memainkan kedua alisnya.
"Sejak kapan?"
"Apa?"
"Sejak kapan ka tika tau?"
"Hehe udah lama sih seminggu yg lalu"
"Mama ko di bilangin sih sama ka tika"
"Kenapa? Dia juga harus kenalkan sama pacar kamu"
"Mah.. mama tau kan ka tika gimana?"
sebelum anggun menjawab sebuah klakson mobil sudah terdengar di luar rumah.
"Eh udah di jemput sana berangkat"
"Heh ko jadi mama yg semangat sih"
"Emang kamu ngga semangat kerja bareng sama pacar hmm"
"Mama"
"Hahaha bercanda sayang, udah sana salam ya buat ranveer"
"Hm.. shani berangkat ya ma"
"Iya hati-hati"

Ishani memasuki mobil dengan malas.
"Hey" sapa ranveer dengan senyum manis
"Hm"
"Masih masam aja itu muka"
"Hm"
"udah sarapan?"
"Hm"
"Bisa ngga jawab selain hm"
"Ya"
"Masih unmood ternyata"

Ranveer melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dan hanya ada keheningan di antara mereka.
"Fine kamu kenapa? Jangan diem terus dong biasanya kamu yg paling banyak omongkan?"
"Ngga papa"
"Kamu marah sama aku?"
"Ngga"
"Terus kamu kenapa diem terus?"
"Ngga papa"
"Hufh.. apa ada ucapan aku kemarin yg nyinggung kamu?"
"Ngga ada"
"Jujur"
"Untuk apa? Apa itu penting?"
"Penting sangat penting"
"Aku rasa ngga ada yg penting"
"Kamu mau sampe kapan kaya gitu?"
"Gitu gimana?"
"Boong sama perasaan kamu sendiri?"
"Heh"
"Apa susahnya bilang jujurkan?"
"Maksud kamu apa sih?"
"Aku suka sama kamu lebih dari kata suka hm mungkin sayang"
"Heh" ishani langsung menoleh kearah ranveer yg juga menatapnya, saat ini lampu lalu lintas sedang berwarna merah.
"Kau bercanda disini tidak ada korban yg harus kamu sakiti"
"Aku serius"
Ishani terdiam tanpa melepaskan kontak mata dengan ranveer, lampu kembali menyala ishani mengalihakan pandangan keluar jendela.
"Bagaimana denganmu?"
"Apa?"
"Perasaanmu shan"
"Entalah rumit"
"Aku mengerti aku akan bertanya lagi nanti"
ishani tak menjawab ia sibuk dengan fikirannya yg kalut.

Mobil sudah memasuki area parkir ranveer baru saja mematikan mesin mobil bersamaan dengan ishani membuka pintu mobil.
Ranveer hanya bisa menggeleng.

*****

Senja dengan sepoi angin yg bercampur polusi tak membuat nafsu makan ishani pudar, hari ini ranveer mengajaknya makan di sebuah resto rekomendasinya, berbeda dari sebelumnya ishani meminta duduk di tempat outdoor tepatnya di rooftop restoran yg di menyediakan beberapa bangku dan meja, juga pemandangan gedung-gedung menjulang tinggi, meski matahari masih sedikit menerpa-nerpa kulit mulus ishani setidaknya pemandangan sore hari membayarnya dengan setimpal.
"Kau ini kenapa shan?"
"Tidak papa"
"Ayolah kenapa kau begitu kaku sih"
"Heh apa katamu? kaku?"
"Iya kenapa tidak terima"
"Dengar Tuan Ranveer Wirathmadja Vaghela yg terhormat bercerminlah anda lebih kaku dari pada aku"
"Sungguh yg ku ingat kau adalah gadis polos eh tunggu bodoh dan polos hanya beda tipis bukan"
"Ah sialan kau mengataiku bodoh veer"
"Jika bukan bodoh apa?"
"Kau.. "
"Apa?"

Ishani menggeram tak terima dengan ucapan ranveer yg membuat sekujur tubuhnya panas, bukan karna sinar matahari tapi karna ranveer yg memancing emosinya.
"Heh aku berani taruhan kau sangat kaku dari pada aku, kau ingat saat berdansa kau bahkan tak menggerakan tanganmu kecuali kaki yg dei serat kanan dan kiri"
"Sial.. kau menatangku menari shan?"
"Heh kenapa? Apa kau merasa terancam karna aku benar"
"Sith.. jangan membual kita buktikan siapa yg kaku disini"
"kau menantangku pak?"
"Ya nona Ishani Wulan Permana"
"Aku terima tantanganmu pak sombong"
Ranveer hanya tersenyum kecut, ia memanggil pelayan untuk mengsetting satu lagu.

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang