Bab 3 : Tour Guide

3.2K 210 3
                                    

"Lo lagi dimana mbak?"

Aku menatap layar ponselku lalu menukar kamera yang kugunakan menjadi kamera belakang. Memperlihatkan posisiku sekarang kepada cewek yang kini lagi video call-an sama aku. "Di Bandara." Ucapku setelah menunjukkan sekeliling tempatku berpijak saat ini.

"Huwaa, lo mau pulang?"

Aku mengembalikan kamera ponselku menjadi kamera depan lalu menggeleng. "Gue mau kerja."

Meta, adik sepupuku meringis di seberang. "Gue bentar lagi nikah lo Mbak! Masa lo nggak mau pulang sih?"

"Kan masih dua bulan lagi, Met." Kilahku.

"Gue nggak mau tau! Pokoknya lo harus ada waktu gue nikah!" serunya.

Aku ngangkat bahu. "Liat nanti deh."

"Ish, Mbak Nayaaaa! Pokoknya pulang! Kalo lo nggak pulang, gue nggak mau ngehubungin lo lagi!"

Kini giliranku yang meringis.

"Kalo bisa bawa calon lo sekalian ya Mbak!"

"Calon apa?" tanyaku pura-pura bego.

"Ya calon suami lah, Mbak. Ya kali calon kuli bangunan!"

Aku cuma ketawa denger ucapannya Meta.

"Lagian Mbak kan udah dua puluh tujuh. Masa nggak nikah-nikah? Keduluan gue nih yang masih dua puluh tiga."

Aku memberengut. "Iya. Terus aja ejek gua. Tau kok gue ntar lagi jadi perawan tua!" Sungutku sebal.

Meta ketawa. Sama sekali nggak membantu. "Yee, Mbak Naya gitu aja ngambek. Cup-cup-cup.. jangan sedih ah."

Tiba-tiba pengumuman dari pengeras suara menggema. Memberitahukan kalau pesawat jurusan Soekarno Hatta-Incheon telah tiba.

"Met, udah dulu ya. Peserta Tour gue udah nyampek. Assalamu'alaikum." Tanpa mempedulikan teriakan protes Meta aku memutuskan hubungan dan memasukkan ponselku ke dalam saku mantel maroon yang kukenakan. Sambil menunggu, kubuka lagi lembaran kertas yang berisi profil para peserta Tour. Selama sepuluh hari ke depan, aku bakalan jadi Tour Guide turis Indonesia yang liburan ke Korea. Ada lima belas orang peserta Tour. Dengan kepribadian, latar belakang, dan status sosial yang berbeda.

Bukan hal yang mudah menjadi penanggung jawab sekumpulan orang yang bahkan nggak saling mengenal. Tapi bukan Kanaya namanya kalo nggak suka hal yang menantang. Jujur, daripada ketemu temen lama yang mengenalku dengan baik, aku lebih suka ketemu orang baru yang nggak mengenalku sama sekali. Kenapa? Karena orang baru nggak akan bertanya perihal masa laluku kalau aku nggak membicarakannya.

Sepasang suami-istri lanjut usia keluar dari gerbang kedatangan. Aku tersenyum ramah dan melambaikan bendera merah-putih untuk menunjukkan keberadaanku. Mereka adalah Bapak-Ibu Mahendra. Setelah melihatku, pasangan itu langsung berjalan sambil menggeret kopernya ke arahku. "Selamat datang Bapak-Ibu Mahendra. Silahkan duduk dulu sembari menunggu yang lain." Ujarku yang disambut baik dengan kedua orang itu.

Setelah mereka berdua, muncul sepasang suami-istri lagi. Mereka pasangan muda Refaldi. Waktu ngelihat profil dan biodata mereka aku sedikit kaget melihat perbedaan umur Bu Meyara dengan Pak Giovan. Sepuluh tahun. tapi setelah melihat mereka berdua secara langsung, aku tau perbedaan umur itu bukan hambatan. Bahkan harus kuakui, dari semua pasangan peserta tour-ku selama ini mereka berdua lah pasangan paling klop di mataku. Si Suami terlihat keren, hangat, ramah, dan penuh cinta sementara si istri sangat imut, lemah lembut, hangat dan bersahabat. Aku meminta mereka duduk seperti pasangan Mahendra lalu kembali memandang gerbang kedatangan.

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang