Bab 31 : Tumis Kangkung

2.5K 133 1
                                    

"Mas bisa jalan?"

"Yang sakit itu bibirku, sayang. Bukan kakiku."

Aku terkekeh pelan. "Mana tau Mas nggak bisa jalan."

Alan menggenggam tanganku saat kami mulai menuruni tangga. "Memangnya kalau aku nggak bisa jalan kamu mau gendong aku? Kuat?"

"Ya enggak lah." Sahutku. "Palingan juga aku manggil Jac atau Adam atau.." Aku mendengus pelan. "Carl. Buat bantu mapah Mas."

Kelihatannya Alan mengerti raut anehku saat mengucapkan nama Carl. "Kamu ada masalah apa sama bule ababil itu?"

Aku tergelak mendengar julukan Alan untuk Carl. Sejak kapan Alan tau bahasa-bahasa gaul kayak gitu? "Bule ababil? Pas banget Mas!"

Alan ikut tersenyum. "Dia buat kamu susah?"

Aku ngangkat bahu dengan sikap sambil lalu. "Dia cuma nyebelin. Itu aja."

Alan mengangguk. "Kalau itu memang dari dulu. Dia itu terlalu menjengkelkan. Makanya temannya nggak ada."

Aku menaikkan alis mata. "Memangnya cowok dingin kayak Mas punya temen?"

Alan kelihatan tersinggung mendengar pertanyaanku. "Aku nggak separah itu sampai nggak tau caranya bersosialisasi, Nay."

Aku menghentikan langkah kami setelah menginjak anak tangga terakhir. Mataku menangkap keberadaan Jac yang berdiri nggak jauh dari kami. Tersenyum lembut, kutatap suamiku. "Mas memang punya temen." Ujarku. "Dan temen itu harus saling memaafkan."

Alan mengerutkan kening nggak mengerti.

"Al,"

Alan memandang ke sumber suara. Dia mendengus dan kembali menatapku.

Ketika Alan hendak membawaku pergi, aku menahannya untuk tetap tinggal. "Setiap orang pernah berbuat salah, Mas. Dan nggak ada yang salah dengan memberi kesempatan kedua." aku mengecup pipi kanan Alan. "Selesaikan masalah Mas. Setelah itu baru datang padaku." Aku berlalu meninggalkannya dan berharap masalah apapun yang menghantui pertemanan mereka cepat berakhir.

Aku melangkah menuju pintu yang ada di bagian samping rumah dan menemukan kolam renang berukuran sedang di sana.

Memperhatikan airnya yang jernih dan bersih membuatku nggak terlalu memperhatikan sekitar. Karenanya, aku hampir terlonjak saat suara seorang wanita mengagetkanku.

"Swiming?"

Aku langsung memandang ke sumber suara dan mendapati seorang wanita berwajah asia tengah duduk di kursi santai di depan kolam sambil memetik.. kangkung?

"Awak nak berenang?"

Mendengar bahasa Malaysia dan wajahnya yang agak mirip Adam, aku mengambil kesimpulan kalau wanita yang duduk nggak jauh dariku itu kakak Adam sekaligus istri Jac. Kakiku melangkah mendekatinya dan senyumku menyapa sang nyonya rumah. "Tidak. Saya hanya melihat kolamnya saja." Ucapku sambil duduk di sampingnya. "Saya Kana, istri Alan de Graff."

Wanita itu tersenyum. "Saye Aisha. Istri Jacob Maurein. Senang hati dapat cakap dengan awak pakai bahasa ni."

Aku ikut mengambil kangkung dari keranjang dan bantu memetik sayur itu. "Saya juga senang dapet teman bicara."

"Woman talk's, right?"

Aku mengangguk. "Yeah." Kutatap wanita itu dengan raut penasaran. "Saya nggak menyangka kalau kangkung juga ada di negara ini."

Aisha terkekeh pelan. "Saye tak tahu juga."

Aku menaikkan alis mata. "Maksudnya?"

"Saye tanam ini sendiri."

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang