Bab 23 : Malam Tanpanya

2.4K 166 2
                                    

Aku memandang langit-langit kamar sambil mendesah pelan. Sekarang udah jam sebelas malam. Dan mataku masih belum bisa terpejam. Aku kembali melihat handphoneku untuk yang kesekian kalinya. Alan belum menelfonku. Meskipun seharusnya dia udah sampai di Bandara Internasional Schipol, Amsterdam dua jam yang lalu. Ada apa? Kenapa dia belum menghubungiku? Astaga itu orang. Mau dia ada ataupun nggak ada, selalu aja buat aku kepikiran.

Aku menghela nafas sekali lagi. Mencoba menenangkan pikiranku yang mulai melantur kemana-mana. Alan pasti capek. Sebelas jam di dalem pesawat pastinya ngebuat Alan kelelahan. Mungkin juga dia masih jet lag. Wajar dia belum nelfon aku. Iya. Pasti gitu. Aku harus tenang dan jangan khawatir. Oke. Aku nggak khawatir. It's okay Kanaya. Don't worry.

Aish...

Tapi tetep aja aku khawatir. Aku membuka kunci ponselku dan mencoba menghubungi Alan. Sialnya, bukan suara Alan yang kudapatkan, melainkan malah suara operator telepon. Nyebelin. Aku mencampakkan ponselku dengan sikap frustasi. Dia kemana sih? Kenapa handphonenya nggak aktif? Aku kan pengen denger suaranya. Ya Allah.. belom juga dua puluh empat jam sejak terakhir kali aku ngelihat suamiku, perasaan rindu ini udah menggunung aja. Ini semua gara-gara obrolanku sama Tio tadi siang. Coba aja dia nggak ngungkit-ngungkit perasaan Alan 'yang terlihat jelas cuma dari prilakunya' ke aku, pastinya aku nggak bakal senewen kayak gini.

Kututup wajahku dengan kedua tangan. Mencoba menenangkan diri dengan memikirkan rencana harianku besok. Jalan-jalan ke taman hiburan, belanja pakaian, dan menonton konser bersama So Ra. Cukup ampuh ternyata. Aku baru membuka pintu alam mimpiku ketika satu suara dentingan dari ponselku mengenyahkan rasa kantukku. Tergesa-gesa, kuambil ponselku yang terletak di ujung tempat tidur dan membukanya.

Erangan kecewa keluar dari mulutku melihat Email dari akun yang nggak kukenal. Padahal aku berharap Alan yang mengirimiku pesan. Pesan yang berbentuk file video itu membuatku jengkel sekaligus penasaran. Siapa sih yang kirim video malem-malem begini? Apa jangan-jangan isinya video hantu? Tapi dilihat dari nama akunnya, kayaknya itu email dari Indonesia. Siapa ya? Didominasi rasa penasaran, aku akhirnya mengunduh file itu dan memutar videonya.

Selama tujuh detik pertama hanya ada tampilan slide berwarna hitam. Lima detik berikutnya tampilan slide warna putih. Kemudian sebuah ucapan selamat menempuh hidup baru muncul dengan note Anastasya L tertulis di bagian bawah slide itu. Senyumku tercipta mengetahui kalau pengirim video ini ternyata Ana. Aku inget Ana bilang bakal mengirimkan kado pernikahan untukku setelah sampai di Indonesia. Ternyata kado yang dimaksudnya itu adalah sebuah video.

Aku menyandarkan punggungku di kepala tempat tidur. Tiba-tiba merasa tertarik dengan hadiah yang Ana kirimkan.

'Untuk pasangan paling serasi di dunia'

Enam kata itu menjadi kalimat awal yang muncul disertai dengan instrumen piano yang asing tapi terdengar indah di telingaku. Fotoku yang sedang tersenyum muncul di video, disusul dengan foto Alan yang terlihat serius memandang ke arah seorang perempuan berjilbab ungu yang sedang bicara dengan beberapa orang. Tahulah aku kalau perempuan di foto itu adalah aku. Kemudian fotoku dan Alan yang sedang naik sepeda muncul. Dengan aku yang mengendarai, dan Alan yang duduk di belakang. Saat itu aku sedang melihat keadaan sekitar jalanan yang sedang kulalui, sementara Alan sendiri sedang memperhatikanku. Sebuah senyum dibibir Alan kala itu diabadikan dengan satu bidikan kamera. Membuat dadaku menghangat melihatnya. Slide selanjutnya adalah sebuah foto dimana aku yang sedang duduk di dermaga kayu Full House dengan Alan yang tengah memandangku dari kejauhan. Foto itu diambil sedemikian rupa sehingga aku dapat melihat ekspresi Alan yang tengah memperhatikanku. Ada keinginan, tanya, dan harapan dimatanya.

'Cinta adalah ketika aku bisa melihatmu. Meskipun kamu jauh dan tak terjangkau olehku'

Tampilan video berikutnya menampilkan wajah Alan yang diambil dari samping. Dengan tangan yang disilangkan di dada dan tatapan yang lurus kedepan serta wajah tanpa emosi milik suamiku itu membuatnya seperti jelmaan dewa Yunani yang indah dan menakjubkan. Selanjutnya foto berganti dengan aku yang tengah memandang Alan di dalam Musium Nasional Korea. Aku ingat hari itu. Hari kedua touring. Kemudian foto berganti lagi. Di foto itu aku sedang memandang punggung Alan yang berjalan di depanku. Meskipun gambar di sekeliling kami blur, aku tau foto itu diambil ketika kami ada di Bukchon Village. Lalu foto berikutnya menampilkan aku yang sedang berdiri di atas menara N Seoul Tower melihat ke arah Alan yang berdiri nggak jauh dariku. Saat itu Alan tengah memandang kota Seoul dari ketinggian. Aku memperhatikannya karena merasa aneh dengan tatapannya yang datar itu. Biasanya para turis yang datang ke N Seoul Tower selalu berdecak kagum atau paling nggak tersenyum melihat keindahan yang terpampang di bawah sana.

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang