"Hei," Aku menepuk pundak remaja yang sedang menatap ayunan dengan pandangan jauh. Mata gadis berkemeja merah itu sembab karena air mata. Senyumku melebar saat mata kami bertemu.
Lana, penggemar Lan yang menangis di halte minggu lalu, kini ikut menatapku dengan mata melebar kaget. "Kak Naya?"
Aku menyodorkan sepiring pancake kepadanya. "Kamu hobi banget ya sedih?"
Lana menghapus jejak-jejak air mata yang masih tersisa diwajahnya. "Kak Naya kok di sini?"
Aku duduk di sampingnya. "Kamu sendiri kok malah duduk di sini?" Aku melirik langit yang sudah menggelap. "Ntar digigit nyamuk loh."
Lana menggeleng. Sekarang fokusnya sepenuhnya ke aku. "Kak Naya kenapa di sini? Gimana bisa masuk sini? Ke rumahku?"
Aku tersenyum. "Kamu percaya kalau kakak bilang kamu adik kakak?"
Lana menggeleng lagi. "Kakakku laki-laki."
Aku ngangguk. "Dan dia punya istri."
Mata Lana membulat. "Kak Naya istri Bang Yuda?!"
Aku masang tampang sok mikir. "Iya, kayaknya." Kutatap Lana. "Kalau cowok yang kamu panggil Bang Yuda itu orangnya ngeselin, posesif, cemburuan akut, nggak percayaan, dan suka seenaknya," Aku mengangguk. "Itu dia."
Lana mengerjap. "Bang Yuda yang kutau selalu kelihatan sempurna."
Aku ngangguk lagi. "Di depan orang lain Bang Yuda kamu itu memang selalu sempurna, tapi di depan kakak, kesempurnaannya beralih arti jadi menyebalkan."
Lana kelihatan nggak mampu berkata-kata.
Aku memasukkan potongan pancake ke dalam mulutku dan mengunyah dengan perlahan. Memikirkan kebetulan yang mempertemukanku dan Lana sebelumnya membuatku kelaparan. Bahkan di potongan terakhir aku tetap merasa lapar. Hm, sejak kapan aku jadi serakus ini?
"Perasaan tadi kak Naya nawarin pancake-nya ke aku, deh. Kenapa malah ngabisin sendiri?"
Aku nyengir menatap Lana yang menaikkan alis memperhatikan gelagatku. "Laper, Lan." Ujarku lalu berdiri. "Temenin kakak yuk?"
"Kemana?"
"Cari makanan."
Lana menggeleng pelan. Tapi nggak urung dia juga ikut berdiri. Kami berjalan berdampingan menuju garasi rumah untuk mengambil sepeda motor Lana. Yah, berhubung keadaan diluar udah malem dan aku nggak tau tempat jual makanan enak di daerah sini, aku memaksa Lana menjadi guide dadakan untukku. Dan syukurnya, walau sambil memutar bola mata, adik iparku itu mau menjadi pemanduku.
"Kalo hobi ngemil malem entar gemuk loh, kak." Ujar Lana saat kami sampai di depan garasi.
Aku tersenyum lebar. "Abang kamu bakal tetep nerima kakak gimanapun keadaan kakak kok."
Lana menggeleng-geleng. "Aku masih gamang tau, kak. Antara percaya sama enggak Kak Naya beneran istri Bang Yuda."
Aku masih tersenyum. "Gamangnya dilanjutin nanti aja. Sekarang kita cari makanan dulu!"
Lana mengeluarkan motor matic-nya dan menyuruhku naik.
"Non Ala sama non Naya mau kemana?" Bik Mai tiba-tiba aja muncul dari arah dapur sambil berlari kecil. Mungkin si Bibik takut Lana ngelariin motornya sendiri.
"Ini bik, Kak Naya minta ditemenin cari makanan." Sahut Lana sambil menghidupkan mesin motor.
"Tapi udah malem loh non. Biar bibik buatin aja deh yang non Naya pengen makan." Bik Mai memperhatikanku dengan kening berkerut. Sebenarnya aku tau apa yang membuat wanita itu kebingungan. Bik Mai pasti biertanya-tanya kenapa aku bisa langsung seakrab ini sama Lana. Sayang aku nggak bisa menjelaskan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Guide It's You (Completed)
RomanceAku---Kanaya Fathurrahmi---gagal menikah sama cowok yang udah kupacari selama dua tahun. Ajaibnya, aku berhasil nikah sama cowok yang baru kukenal selama dua hari. Heol, kurang daebak apa coba hidupku? Welcome to my story. 23/7/18 Ttd Nawir-Chan