Bab 12 : Hanya Istrinya

3K 188 1
                                    


Aku berjalan memutari kolam renang sambil memasukkan kedua tanganku di saku jaket. Kutatap ribuan bintang di langit malam. Tanpa sadar aku menghela nafas. Beberapa hari terakhir ini aku udah merasa hidupku mengambang. Dan sekarang, aku merasa begitu tertekan sampai sulit untuk merasakan apa-apa.

Ting!

Kuambil ponsel dari saku jaketku dan membaca pesan yang masuk.

Kamu dimana?

Alan

Kubaca pesan dari Alan dengan hati bimbang. Setelah beberapa detik berpikir, kuputuskan untuk nggak membalas pesan itu. Kumasukkan ponselku kembali ke saku jaket dan kembali berjalan. Aku tau sikapku sekarang ini salah. Aku sadar nggak seharusnya aku mengabaikan suamiku seperti itu. Tapi mau gimana lagi? Tujuanku pergi keluar dari kamar hotel sendirian saat Alan sedang mandi ya untuk menghindarinya. Seharian ini aku udah cukup sesak karena terus bersama Alan. Dan kupikir aku butuh waktu sendiri untuk memikirkan bagaimana seharusnya aku bersikap.

Sejak tiga hari yang lalu, aku bukan lagi Kanaya Fathurrahmi yang bisa bersikap seenak hati kepada orang lain. Aku bukan lagi Kanaya Fathurrahmi yang bebas melangkah kemanapun aku mau. Aku bukan lagi Kanaya Fathurrahmi milik kedua orang tuaku.

Karena sejak tiga hari yang lalu, statusku berubah. Aku yang sekarang adalah Kanaya Eryodha de Graff. Istri dari Alan Eryodha de Graff yang terikat dan tak lagi bebas. Seorang wanita yang sepenuhnya milik suamiku. Suami, tempat dimana surgaku berada.

Aku milik Alan, tapi Alan bukanlah milikku.

Pemikiran itu membuatku sulit bernafas. Apalagi perasaanku sekarang mulai terbentuk untuknya. Perasaan yang sebenarnya wajar dimiliki seorang istri untuk suaminya, namun menyakitkan karena aku yang merasakannya.

Mencintai seseorang yang mencintai orang lain.

Benar, suamiku mencintai orang lain.

Darimana aku tau? Dari rekaman video yang ada di dalam ponsel yang kini berada di sakuku.

--Flashback On--

Setelah kami pergi meninggalkan peserta Tour bersama dengan Devan tadi siang, aku dan Alan pergi melihat Jalur kereta api Gyeonghwa Station.

Selama perjalanan aku hanya diam sambil sesekali menatap Alan dengan raut protes. Mau apa dia sebenernya? Kenapa sih sikapnya selalu seenak hati?

"Ada yang mau ditanyakan?" Alan balas memandangku tanpa rasa bersalah.

Aku memberengut. "Apa rencana Mas sekarang?"

"Ga op een date."

Aku makin memberengut. "Ngomong apa sih?"

Alan ketawa lalu mengecup pipi kiriku. "Kencan, sayang."

"Jjajeung nanda." Balasku. Sebenernya aku menyamarkan rasa canggung karena perlakuan Alan barusan. Dia itu ya, suka banget cium-cium. Bukannya aku nggak suka, aku cuma.. malu. Aku belum terbiasa. Tapi, dia sama sekali nggak ngerti. Memang suami nggak peka! Buat sebel!

Kini Alan menaikkan alisnya. "Apa itu artinya?"

Aku bersedekap. "Nyebelin."
Alan menghentikan langkahnya lalu menahan lenganku. Dia menatapku sebentar lalu berjongkok. Dengan telaten dia mengikat tali sepatuku yang entah sejak kapan terlepas. Kugigit bibir bawahku. Diperlakukan begini membuatku merasa gugup dan senang di saat bersamaan. Sekarang aku tau alasan pemeran utama wanita di drama yang kutonton tersenyum seneng dalam situasi kaya begini. Perlakuan kecil namun sarat perhatian dari Alan membuatku melambung bahagia. Wah-wah, baru juga dua hari kami menikah, perasaan ini udah muncul aja. Memang hati. Susah ditebak.

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang