Mataku memicing dan tanganku bersedekap.
Alan melirikku lalu kembali menatap layar komputernya.
Aku memutar bola mata. "Masih lama?"
Alan melihat jam tangannya lalu mengangguk.
"Kalau gitu, aku boleh pulang?"
"Enggak!" Serunya cepat.
Kuhela nafasku untuk yang kesekian kali. Suamiku yang super ganteng itu dari tadi melarangku pulang. Padahal nggak ada gunanya aku di sini. Yang ada malah aku hampir mati kebosanan. "Mas!" Protesku untuk yang kesekian kalinya juga.
Alan melirikku lagi kemudian kembali melihat komputernya.
Nyebelin! Geramku dalam hati. Apa-apaan coba dia? Menahanku tanpa alasan jelas! Dasar kekanakan! Sungutku lagi. Tapi dalam hati. Melihat raut serius Alan saat ini memang mengesalkan, tapi aku nggak berani menentang perintahnya setelah diberi tatapan mematikan beberapa waktu lalu.
Aku menghempaskan tubuhku ke sofa dan melihat langit-langit ruang kantor Alan. Aku nggak ngerti kenapa dia tadi mandang Adam dengan sinis sementara Adam balik mandang dia dengan tatapan bahagia. Walau nggak begitu yakin, kurasa Adam dan Alan memang saling mengenal. Apalagi saat Alan menarikku keluar dari cafe, Adam sempat berteriak dengan semangat. Dengan bahasa Belanda, tentu aja. Jadi aku nggak tau artinya. Sementara Alan cuma mendesis dengan nada nggak suka. Lagi-lagi pake bahasa Belanda. Kayaknya aku memang harus belajar bahasa Belanda deh. Benci banget cuma bisa denger orang-orang di sini ngomong tanpa tau artinya.
Ting!
Aku beralih melihat ponselku yang berdenting dan membuka pesan WhatsApp yang masuk. Dari nomor yang nggak kukenal.
+62 853-9667-xxxx
Assalamu'alaikum, Kanaya.Perkenalkan, saya Mario Nugi Atmaja. Kenalan Mas Kevin dari kehakiman. Maaf saya baru menghubungi kamu sekarang. Kalau boleh saya tahu, kapan kamu pulang ke Indonesia?
Keningku berkerut. Mario? Kenalan Bang Kevin? Mataku membulat dan tubuhku langsung terduduk. Dari ekor mataku kurasakan Alan melirikku yang tiba-tiba mengubah sikap. Tapi aku nggak peduli. Buru-buru aku memfokuskan perhatian pada layar ponsel dan mulai mengetik balasan.
Wa'alaikumussalam.
Saya Kanaya Fathurrahmi, adik Bang Kevin. Kamu orang yang mau dikenalkannya ke saya? Maaf saya nggak tau.
Saya mungkin pulang ke Indonesia minggu depan jika tidak ada halangan. Kenapa kamu tanya saya kapan pulang?
Aku melihat foto profilnya dan memberi nilai tujuh untuknya. Melihat Mario menggunakan jubah hitam khas hakim menambah kesan gentlenya. Apalagi laki-laki itu punya senyum yang cukup manis. Hmm, Bang Kevin nggak salah pilih.
Ting!
+62 853-9667-xxxx
Soalnya Mas Kevin bilang kamu butuh calon secepatnya. Saya pikir kalau kita bisa cepat ketemuan, Mas Kevin nggak bakal bolak-balik tanya saya kita cocok atau nggak.Mulutku menganga membaca pesannya. A-Apa?! Bang Kevin bilang aku butuh calon secepatnya? Nggak laku amat gue yak? Dan apa-apaan nih cowok? Dia niat nggak sih sebenernya kenalan sama aku? Kok dari balasannya aku malah nangkep isyarat kalo dia terpaksa menghubungiku karena Bang Kevin yang selalu meneror dia? Turun. Nilainya sekarang jadi min-7. Dasar cowok sok kegantengan! Ugh, dilihat dari manapun suamiku jauh lebih perfect dari dia!
Iya, perfect menyebalkannya juga.
Aku memijit kepalaku. Tiba-tiba sakit kepala mengingat kebanyakan laki-laki disekitarku nggak ada yang bisa disebut waras. Suami dengan segala kehidupan dan sifatnya yang nyebelin. Abang yang nggak pernah memuji adiknya sama sekali. Temen cowok yang selalu buat pusing. Ini bahkan, calon gebetan yang nggak niatan. Hahh.. sial amat lu Nay, iba hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Guide It's You (Completed)
RomanceAku---Kanaya Fathurrahmi---gagal menikah sama cowok yang udah kupacari selama dua tahun. Ajaibnya, aku berhasil nikah sama cowok yang baru kukenal selama dua hari. Heol, kurang daebak apa coba hidupku? Welcome to my story. 23/7/18 Ttd Nawir-Chan