Bab 33 : Dia Suamiku (2)

3.2K 187 4
                                    

Kalau Mama adalah orang yang serba cepat dan tukang ngomel, Papa adalah kebalikannya. Walau interaksiku dan saudara-saudaraku yang lain lebih banyak ke Mama, karena Papa lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, Papa selalu jadi favorit anak-anak. Pembawaan Papa yang santai dan murah senyum membuatku akan lebih dulu lari ke pelukannya ketika aku jatuh dari sepeda ketimbang mengeluh sakit pada Mama. Dulupun aku lebih sering curhat ke Papa ketimbang Mama. Karena, yah.. bukannya iri, sejak dulu Mama memang lebih perhatian kepada Nia daripada aku.

Dibanding siapapun di rumah, Papa adalah orang yang paling mengenalku. Walau aku nggak ngomong apapun, Papa bisa menebak bagaimana perasaanku. Tapi.. yah, Papa bisa jadi mengerikan saat ada laki-laki yang datang ke rumah untuk menemuiku. Bisa dibilang, keprotektifan Papa soal hubunganku dengan laki-laki sulit untuk ditembus. Hal itu mungkin juga disebabkan karena sifat bandel dan keras kepalaku lebih besar daripada anak perempuan lain dikeluarga kami.

Tapi pengecualian buat Bima.

Aku kenal Bima dari Papa. Ayahnya Bima dan Papa dulunya teman satu kelas pas zaman Kuliah. Karena kebetulan kantor baru tempatku diterima bekerja dulu berada di gedung yang sama dengan kantor tempatnya bekerja, Papa menitipkanku padanya. Bahasanya sih, tolong lihat-lihatin aku di tempat kerja, gitu. Dan karena itu jugalah kami jadi dekat. Restu Papa juga bukan hal yang sulit diberi karena katanya Ayah Bima dan Papa memang berencana untuk menjodohkan kami.

Lalu seperti yang diketahui, kisah cintaku dan Bima nggak berakhir bahagia. Dibilang tragis juga bisa, walau nggak ada yang meninggal kayak cerita disinetron-sinetron.

Semenjak itu juga interaksiku dan Papa berkurang. Kupikir bukan cuma karena aku yang minggat ke Korea, tapi juga karena Papa merasa bersalah. Merasa bersalah karena Papalah yang mengenalkanku ke Bima dan memberi restu secara cuma-cuma. Karena itu, tadinya kupikir Papa bakal merasa sedikit trauma dengan laki-laki yang mendekatiku dan dua kali--enggak, seribu kali lebih selektif dalam ngasih restu.

Bukan begini.

"Bagaimana perjalanannya?" Papa bertanya pada Alan sesampainya kami di rumah setelah diantar oleh Bima dan Nia. Mengenai kedua orang itu, walau sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam dan canggung, aku merasa hubungan kami udah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan syukurnya, memaafkan mereka nggak sesulit dugaanku.

"Baik, Pak."

"Pak?" Papa menaikkan alis mendengar panggilan Alan. "Panggil Papa, Al. Bukannya kamu tadi mengenalkan diri sebagai suami Naya? Kenapa manggilnya masih canggung?"

Aku hampir tersandung kakiku sendiri saat mendengar ucapan Papa. Papa terima-terima aja nih waktu aku pulang ke rumah--setelah setahun lebih nggak pulang-pulang--dengan bawa laki-laki yang mengaku sebagai suamiku? Seriusan?!

"Disuruh duduk dulu kali Alan-nya, Pa. Pasti capek banget duduk di pesawat berjam-jam."

Aku beralih memandang Mama yang baru datang ke ruang tamu sambil membawa dua jus jeruk di atas nampan. Mama juga?! Ya Allah.. ada apa dengan orang tuaku malam ini?! Mereka seriusan bersikap begini ke aku?! Seenggaknya tanya ke aku dong! Apa aja kek yang berkaitan dengan pernikahanku sama Alan. Nggak mungkin banget kan mereka langsung percaya gitu aja? Maksudku, aku udah nyiapin mental buat jawab pertanyaan beruntun mereka, loh. Aku bahkan siap ditampar Mama karena nggak bilang-bilang kalau udah menikah.

Tapi, apa-apaan ini?!

Sikap mereka seolah-olah aku dan Alan baru pulang bulan madu ke luar negeri dan cuma memberi sambutan sesampainya di rumah. Ini.. bukan mimpi kan?

"Nay, ikut Mama sebentar."

Aku mengerjap dan memandang Mama. Papa dan Alan udah duduk berhadapan di sofa. Dari gelagatnya, kayaknya Papa mau bicara serius sama Alan. Aku meneguk ludah. Apa jangan-jangan sambutan Papa tadi cuma kepura-puraan, dan perang sebenarnya baru akan dimulai? Aku menatap Alan yang juga sedang menatapku. Dia tersenyum, seolah mengatakan bahwa dia bisa menangani hal ini dan menyuruhku untuk mengikuti Mama.

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang