Bab 14 : Mencarinya (Lagi)

2.6K 164 1
                                    

Aku memandang ke luar dari jendela kamar hotel. Langit malam yang sepi membuat kesunyian yang kurasakan saat ini semakin menjadi. Biasanya aku suka Jeju. Pulau indah yang wajib dikunjungi serta memiliki banyak daya tarik tersendiri. Tapi kali ini Jeju sama hampanya dengan hatiku. Masalahku saat ini membuat pikiran serta hatiku berperang. Membuahkan ketidakpastian yang menyakitkan.

Semenjak kami menginjakkan kaki di Jeju, aku sama sekali nggak bisa memikirkan dan mengerjakan apapun dengan baik. Kacaunya perasaanku membuatku malas melakukan apapun. Aku bahkan nggak memesan makanan untuk sekedar mengisi perutku yang pastinya kosong karena sejak pagi aku nggak makan makanan apapun.

Sementara Alan?

Alan hanya meletakkan kopernya di samping tempat tidur ketika kami sampai lalu keluar dari kamar. Dan dia belum kembali sampai sekarang.

Aku menghela nafas mengingat perubahan Alan setelah pembicaraan kami tadi. Entah kenapa aku merasa kecewa melihatnya. Alan sama sekali nggak berusaha mengajakku berbicara lagi. Dia nggak berusaha meyakinkanku lagi. Batinku mencelos. Apa itu tadi? Memangnya apa yang bisa kuharapkan? Aku nggak punya hak untuk itu. Akulah yang memilih berhenti. Aku yang meminta Alan untuk berhenti. Aku yang nggak mengizinkan suamiku berbalik untukku.
Aku yang memutuskan.

Tapi kenapa rasa sakit dihatiku sekarang begitu menyesakkan? Kenapa air mataku malah memaksa untuk keluar? Kenapa kenyataan ini malah mencekikku dengan begitu hebatnya? Ya Allah.. tolonglah hamba. Aku menyentuh dadaku dengan tangan kanan dan menarik nafas dalam-dalam. Berharap perasaan sesak di dalam hatiku berkurang. Tapi percuma. Yang mampu kulakukan saat ini hanyalah bertahan.

Entah sampai kapan.

Ting!

Tiba-tiba ponselku berdering, menandakan pesan masuk. Kubuka kunci ponselku dan mendapati dua pesan dari Tio. Satu pesan berbentuk link internet dan satu lagi pesan berbentuk tulisan.

Buka linknya.

-Tio-

Kubuka link yang dikirim Tio tanpa ragu dan perasaanku langsung berubah. Link itu berisikan berita mengenai aksi teror dunia. Kabarnya para teroris yang melakukan pengeboman, penembakan, dan penculikan berada di Korea Selatan. Banyak korban teror yang meninggal di tempat dan belum bisa dikonfirmasi identitasnya. Berita terakhir dikabarkan seorang Teroris berkebangsaan asing kabur dari pengawasan Polisi dan kemungkinan besar berada di Jeju. Pelaku peneroran menentukan korban secara acak dan tidak peduli korbannya itu berasal dari negara, ras, dan agama apa. Semua warga lokal dan para turis diharapkan untuk senantiasa berada di dalam rumah, khususnya di daerah Jeju.

Ting!

Pesan dari Tio lagi.

Dengan khawatir kubuka pesan itu dan kubuka link kedua yang dikirim Tio. Dan dengan cepat rasa khawatirku berubah menjadi kepanikan. Buru-buru, kuambil mantelku lalu kupakai jilbabku, dan langsung berlari keluar kamar.

Link tadi berisi tentang seorang turis laki-laki yang tertembak dan dilarikan ke Rumah Sakit setengah jam lalu. Belum diketahui siapa dan dari mana turis itu berasal. Dilihat dari penampilannya, laki-laki itu berumur di akhir dua puluhan dan memiliki tinggi sekitar 187 serta berwajah tampan.

Laki-laki berumur di akhir dua puluhan. Memiliki tinggi 187 cm dan berwajah tampan. Ditambah dia seorang turis. Jangan-jangan..

۞۞۞

Aku berlari memasuki kawasan Rumah Sakit tempat lelaki tanpa nama di link tadi. Dengan panik aku bertanya kepada perawat yang menjaga resepsionis dan dia langsung menunjukkan sebuah ruangan kepadaku. Tanpa mengucapkan terima kasih aku berlari kesana. Tapi sebelum aku sampai ke ruangan itu langkahku langsung terhenti tatkala melihat beberapa perawat membawa tempat tidur berjalan keluar dari ruangan yang kutuju. Nafasku tercekat melihat seseorang yang berada di atas tempat tidur itu ditutupi oleh kain putih. Dan aku nggak perlu indra keenam untuk tau kalau orang itu udah nggak bernyawa lagi.

My Guide It's You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang