6. Awal Pertemuan

50 7 3
                                    

"Maaf saya telat." Sebuah suara berhasil menghentikan Nicholas untuk duduk di kursinya. Dia pun menoleh ke belakang ingin melihat si pemilik suara. Tinggi 179cm, rambut lurus coklat kemerahan, mata memancarkan keramahan seperti Mr. Kevin sekaligus memancarkan rasa percaya diri yang amat tinggi seperti milik Mrs. Olive.

"Anakku! Kau lama sekali. Kemarilah, Ibu akan kenalkan kau pada teman Ibu dan Ayah." Mrs. Olive menyapukan pandangannya ke keluarga Fabian. "Kenalkan ini Mario, anakku yang kedua."

Dan ini ternyata bukan acara perjodohan!

***

Professor Jannet mengakhiri kuliah game developmentnya. Elsa menguap menahan ngantuk tak terhingga. Hari ini hanya ada satu matakuliah pagi dan selanjutnya diliburkan. Seperti bahasan kemarin, Besties berencana menonton pertandingan Willy pukul 1 siang nanti. Elsa bersama kedua temannya menuju kantin.

"Kau jadi bersamaAndrew nanti siang?" Elsa menyeruput Lemon Icenya sambil memain-mainkan irisanlemon di bibir gelas.

"Kau bisa untuk tidak memain-mainkan lemonnya seperti itu. Tanganmu kotor." Nata melempar sekotak tisu basah antiseptic ke Elsa. Elsa menyambutnya dengan lesu sambil mengelap tangannya.

"Jadi.. kau nanti datang bersama Andrew?" Elsa mengulangi pertanyaannya.

"Jadi. Kau tidak apa-apa?" Nata menatap Elsa kawatir. Issabele tidak jadi datang bersama Elsa karena Willy meminta untuk menemaninya dilapangan sebelum pertandingan dimulai.

"Willy sialan. Pacar tidak, tetapi sudah memonopoli temanku. Ah!" Elsa melempar tissue basah itu dengan kesal. Nata tertawa.

"Hey. Kau seperti korban pelakor. Kau terlihat patah hati. Hahahaha. Minta tolong saja Nicholas atau Alvian yang menjemputmu. Kau tahu? Nicholas pasti akan mengiyakan."

"Nata, kau terlihat seperti memanfaatkan kebaikan teman." Elsa memotong-motong wafflenya dengan tak semangat.

"Bukan begitu, kita kan teman. Tak apa sekali-sekali minta dijemput. Daripada kau sendirian kesana. Jauh lho.. dan pertandingan itu sampai pagi buta."

Mau tau mau, elsa memikirkan perkataan Nata. Jauh ya.. benar juga. Mobilku sedang diperbaiki. Kalau aku naik taxi jam 01.00 pagi.. Tubuh elsa meremang hanya dengan memikirkannya.

"Oke. Fine. Aku akan menghubungi Nich." Elsa pun menacari kontak dengan nama "DAD"

"Nich?? Aku Elsa. Yaya.. apakah kau sedang sibuk? Apa? Masih kuliah? Okay, aku kirim pesan saja. Bye."

"Nich masih kuliah?" Nata bertanya.

"Iya, kelas Prof. Alan. Beliau itu sungguh rajin sekali, menghabiskan 3 jam full perkuliahan. Untung kita tidak dapat kelasnya." Elsa pun mengetik sebuah pesan.

Baiklah. Nanti aku akan jemput kau di penthouse. Pulanglah dulu agar dapat istirahat. See u

PS. Oh iya. Aku juga bersama Alvian.

Fix. Elsa berangkatbersama Nicholas.

***

"Jadi, anak dari teman orangtuamu akan tinggal sementara di villamu?" Elsa berada di mobil sport milik Nich. Alvian sudah duduk manis di kursi pengemudi sambil tetap fokus mengendarai mobil.

"Iya, ayahku bahkan tidak bertanya padaku, apakah aku setuju atau tidak. Masalahnya aku tidak suka orang asing tinggal di villa pribadiku dan memporak-porandakan seluruh ruangan." Nich yang duduk disebelah Alvian memiringkan badannya.

"Memangnya dia tunawisma?"

"Tidak..tidak.. sudah pasti dia kaya raya. Hanya saja, rumah aslinya di New York akan dijual. Jadi dia di New York hanya beberapa bulan. Dan itu menurutku sangat lama. Setelah itu dia akan kembali ke Paris. Mereka menetap di sana."

"Ah.. begitu. Yah kusarankan bersabarlah selama beberapa bulan kedepan. Lagipula dia tidak tinggal di penthousemu." Alvian menengahi.

"Bro benar sekali!" Elsa memekik senang. "Bagaimana kalau kita liburan ke villamu? Sekaligus mengajak dia bareng? Kasihan kan, kalau dia tidak memiliki teman di New York." Elsa bersemangat sendiri.

"Ayahku memintakuuntuk itu. Same with you." Nich geleng-geleng pasrah.

***

Cuap cuap dari penulis:

Singkat banget ya? Ini sebenarnya jadi satu dengan part 3. Tapi aku pecah saja.

Oke thanks sudah baca, monggo di vote and thank you :D

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang