41. Pertanyaan

25 1 0
                                    

Nicholas dan Alvian sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju ruang kamar Elsa. Sebuah buket bunga lily putih dan blue baby breath berada di genggaman Nicholas. Diketuknya pintu 2 kali dan wajah Nata menyembul keluar. "Masuklah."

Nicholas dan Alvian masuk. Mereka agak terkaget melihat tamu disana.

Seulas senyum merekah terpancar dari wajah si tamu. "Hay, kakak-kakak" ucapnya kelewat sumringah yangdi balas dengan desisan sinis dari wajah Nata namun tak disadari si tamu. HanyaIssabele, Elsa dan Willy yang sadar.

****

"Lucy? Sudah lama?" Nicholas menaruh jaketnya di senderan kursi dan menuju kearah Elsa tanpa menunggu jawaban Lucy. "Untukmu" Nicholas memberikan buket bunga itu untuk Elsa. Elsa berbinar-binar karena lily dan baby breath merupakan bunga kesukaannya.

"Terima kasih, Nich. Kau paling tahu seleraku." Nicholas mengangguk.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih nyaman?" Elsa mengangguk mantap. Sore ini ia merasa lebih segar ketimbang tadi saat baru siuman. Kehadiran besties membuatnya nampak sehat dan semangat.

Nicholas tersenyum serasa mengelus puncak kepala Elsa. "Cepatlah sembuh."

Alvian mengurut-urut telapak kaki Elsa sambil tersenyum. Dia tidak bertanya bagaiman keadaan gadis itu, karena baginya dengan melihat saja sudah menjawab semua kekawatirannya sejak kemarin.

"Sejak kapan kau disini, Lucy?" Nicholas mengulang kembali pertanyaannya setelah melihat secara benar keadaan Elsa.

Lucy yang awalnya cemberut, langsung memperlihatkan giginya yang tertata rapi. "Sejam yang lalu, kak." Lucy menjauhkan pantatnya dari sofa dan berdiri. Dihampirinya sisi ranjang Elsa. "Kak Elsa cepatlah sembuh." Lucy tersenyum sumringah dan membuat Elsa tersenyum sungkan. Diliriknya tangan kanan lucy yang dengan santainya bertengger di pundak Nicholas yang duduk di sisi ranjang Elsa. Nicholas tampak biasa saja. Sementara Nata melotot kesal dengan kelakuan Lucy. Disampingnya, Issabele mengelus-elus punggung Nata agar cewek itu tidak lepas control melihat tatapannya yang siap membunuh Lucy detik ini juga.

"Kalau begitu aku pulang dulu, kak Elsa. Kak Nicho aku pulang dulu." Ucap lucy sambil menepuk dan mengelus singkat pundak Nicholas. Nicholas mengangguk dan berdiri bermaksud mengantar Lucy. "Aku an.."

"Lucy, sini aku antar kau ke parkiran," Nata langsung memotong kalimat yang nyaris keluar dari bibis Nicholas. Diambilnya tangan kanan Lucy dan ditariknya gadis itu menuju keluar ruangan, agak sedikit menyeret. Lucy terlihat mendengus kesal.

"Tidak perlu, Kak. Aku bisa sendiri." Lucy melepas genggaman Nata yang menurutnya memaksa.

Nata menoleh. "Baiklah kalau begitu, terima kasih sudah sempat menjenguk sahabatku. Hati-hatilah di jalan." Lucy mengangguk dan membiarkan Nata kembali ke ruangan elsa.

"Kamu bermain dengan orang yang salah, Nataniel."

***

Malamnya, besties pulang dan hanya Nicholas yang menjaga Elsa. Penjaga di luar pintu juga sedang istirahat mengingat mereka sedari pagi berjaga. Nicholas sudah selesai mandi ketika melihat Elsa berusaha duduk dan bersender di tempat tidur.

"Masih pusing?"

"Sudah tidak, Nich." Nicholas membantu Elsa untuk bersandar di tempat tidur. Disusunnya bantal-bantal yang ada.

"Terima kasih." Elsa tersenyum dan menerima selimut yang diberikan Nicholas. "Kau yakin bermalam disini? Kau terlihat lelah."

Nicholas menarik kursi dan mendekatkannya di sisi ranjang Elsa. Di tariknya tangan gadis itu, diciumnya perlahan. "Aku akan disini sampai kau sembuh."

Elsa menahan napas. Jantungnya kembali berdetak lebih keras serasa ingin keluar dari cangkangnya. "Kita sebenarnya apa nich?" Elsa menundukkan wajahnya tak berani menatap balik tatapan Nicholas yang tajam dan dalam. Nicholas mengernyit tak paham.

"Ma-nusia?" Nicholas memiringkan kepalanya dan menjawab dengan ragu. Detik itu juga Elsa tertawa mendengar jawaban polos dari Nicholas.

"Hei, hei. Kenapa kau malah tertawa? Lagipula pertanyaanmu ambigu sekali."

Elsa menghapus air matanya yang mulai muncul di ujung mata indahnya. "Maaf, Nich.. kau begitu polos." Mau tak mau Nicholas ikut tersenyum melihat tawa Elsa. Hatinya kian menyejuk.

"Apa yang sebenarnya mau kau tanyakan?"

Suasana kembali hening dan serius. Suara detik dari jam tangan Nicholas dan jam dinding rumah sakit berlomba-lomba saling mengejar. "Maksudku.. hubungan kita ini, sebenarnya bagaimana?" Tanya Elsa lirih.

"Kau mau yang seperti apa?" Nicholas balik bertanya.

Elsa terlihat berpikir. Tidak ada jawaban pasti yang ia dapat. Ia juga sebenarnya bingungg dengan perasaannya sendiri. Ia hanya takut berharap lebih seperti saat masih bersama Mario. "Kenapa kau balik bertanya?"

"Karena apapun jawabanmu, aku pasti akan menghargainya. Jawabanmu adalah segalanya."

Elsa menelah ludah dengan susah payah. Suara berat Nicholas mampu membuatnya gugup dengan detak jantung semakin tak karuan. "Nich..."

"Seharusnya aku yang bertanya, Elsa." Raut wajah Nicholas benar-benar dingin, serius, dan tajam. "Bagaimana perasaanmu terhadapku."

Elsa semakin menunduk tak berani melihat tatapan Nicholas. Ia tahu, bahwa saat itu, saat di penthouse pria itu, Nicholas mengungkapkan perasaannya. Mereka terhanyut dalam keadaan dan ciuman itu terjadi tanpa sempat Elsa menjawab. Elsa menarik napas.

"Hey, lihat aku." Nicholas meraih dagu Elsa dan membuat wajah gadis itu tegak. Di tatapnya kedua manik mata Elsa mencari jawaban dari gadis itu. "kenapa kau jadi terlihat takut begini? Apakah aku menyakitimu?"

Elsa menggeleng. "Aku gugup, Nich." Nicholas tertawa pelan melihat kegugupan Elsa. Hal itu menggemaskannya. Di raihnya tubuh Elsa masuk ke dalam dekapannya. Sangat hangat dan tenang. Elsa memejamkan matanya menikmati atmosfer ini.

"Nich?" Panggil Elsa yang masih di dalam pelukan Nicholas.

"Hm?"

Jeda sesaat, hanya nafas mereka yang terdengar serta detak jantung Nicholas yang dekat dengan telinga Elsa. "Maukah kau tidur di sampingku?"

***


salam penulis :

sesuai janji, sesuai janji, aku up di bulan July ^^

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang