30. Janggal

22 4 0
                                    

Selama perjalanan, mereka membisu. Elsa sibuk dengan ponselnya. Menanggapi pertanyaan Nata mengenai pertemuanya dengan Lucy tadi sore. Kemudian ia mengingat jawaban dari ponsel Nicholas.

"Nich, kau tadi mengapa telat?"

"Ah maafkan aku. Sungguh. Awalnya aku sudah berencana untuk tetap di penthouse sambil menunggu jam 8. Tiba-tiba saja Lucy meminta bantuanku dan aku mengiyakan. Aku pikir waktu 2 jam cukup untuk mengajarinya membuat program. Aku berencana sehabis bertemu dengannya, aku langsung menemuimu tepat jam 8. Tapi sialnya kami lupa saling mengingatkan saat aku sedang fokus membuat program, salahku juga, tidak mensetting alarm. Kau tahu sendiri, bahwa aku bisa lupa waktu kalau sudah mengoding." Jelas Nicholas panjang lebar.

"Lucy? Memintamu bertemu?"

"Iya."

"Lalu yang menjawab teleponmu tadi itu Lucy?"

"Kamu ada meneleponku? Aku bahkan tidak sempat membuka ponsel saat itu."

Mereka berdua saling bertatap dengan heran. Elsa kemudian mencoba meluruskan.

"Begini Nich, tadi saat kau belum datang, aku sempat menghubungimu dan seorang wanita yang menerima."

Nicholas menoleh ke Elsa dan menaikkan alisnya. "Apa yang dikatakannya?"

"Nicholasnya sedang sibuk. Kalau boleh tahu, ada apa? Ini siapa ya? Mau titip pesan." Elsa menirukan suara nyaring dan nada dari wanita yang menerima teleponnya.

"Dia mengatakan seperti itu? Coba kau lihat ponselku di dalam tas, tolong Elsa. Tasku ada di jok belakang."

Elsa mengambil tas Nicholas yang berada di jok belakang kemudian membuka dan mencari barang itu. "Dimana Nich? Tidak ada."

"Coba di cari dengan benar. Aku ingat sekali menaruhnya di dalam tas." Elsa kembali mengubrak abrik isi tas Nicholas. Selang 2 menit, ponsel itu tak ditemukan juga.

"Yakin kau menaruhnya di dalam tas? Coba cek saku celanmu?" Elsa melihat-lihat di sekitar dasbor mobil. Nicholas meraba-raba saku celananya dan menggeleng.

"Sebaiknya aku telepon saja." Elsa segera menekan angka 2 dan menloud speaker ponselnya. Nicholas tersenyum kecil saat tanpa sengaja dirinya melihat Elsa menaruh contactnya di angka 2. Terdengar bunyi nada sambung sebanyak 2 kali, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan ponsel Nicholas di dalam mobil.

Suara sambungan terangkat terdengar. "Halo. Sudah saya katakan kalau Nicholasnya sib...."

Cepat-cepat Elsa memutuskan sambungan. Ia dan Nicholas saling berpandangan.

"Aku tahu suara itu." Elsa membekap mulutnya. Nicholas menatapnya dengan tatapan bertanya. "Itu suara Lucy."

***

"Wanita tak tahu diri." Lucy tersenyum miring. Ia membuka bajunya dan hanya meninggalkan dalaman berwarna hitam yang melekat di tubuhnya yang putih sangat kontras terlihat. Kemudian berjalan menuju ruangan di pojok kamarnya. Pintu bercat putih itu dalam keadaan terkunci menggunakan password. Ditekannya beberapa angka kombinasi dan terdengar bunyi biip 2x. Lucy masuk ke dalam.

Ruangan itu redup. Namun beberapa cahaya mampu menembus dari celah-celah jendela yang ada memperlihatkan isi ruangan tersebut. Beratus-ratus foto tertempel disetiap dinding ruangan itu. Ada juga dalam bentuk poster dengan ukuran besar. Lucy menarih ponsel Nicholas di nakas meja yang terletak disana. Di sudut ruangan yang paling terdalam terdapat ranjang tidur dan tergeletak seorang pria. Lucy menyeringai dan mengelusnya.

"Sayang, saatnya kita bermain. Kau sudah tidak sibuk, kan?"

***


EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang