18. Keyakinan

25 5 0
                                    

Maaf lama update cerita, dikarenakan sibuk tugas dan benar-benar mencari ilham untuk membuat cerita ini, hehe

Kali ini, aku bikin cerita isi backsound I'm First dari DK (Seventeen) [ost. drama korea Great Seducer] karena aku lagi kesemsem sama ni lagu, setelah kemarin baru rilis.

lagunya ngena banget, buat nicholas yang lagi patah hati. bisa kalian bacanya sambil denger tu lagu. happy reading, kawan

-----------------------------------------------------------------------------------

Saat itu juga Mario mencium bibir Elsa. Lembut dan penuh rasa kerinduan. Elsa kaget selama beberapa detik sampai akhirnya ia mendorong dada bidang Mario.

"Mario.. apa yang kau lakukan?" Elsa menutup mulutnya karena kaget. Ia mundur selangkah membuat jarak dengan Mario. Perasaan tak nyaman sedari tadi kembali menghampirinya.

"Elsa, aku tahu kau sulit memaafkan aku, aku tau aku egois. Aku berharap kau memberiku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki sikapku dulu." Mario menatap mata elsa dengan yakin.

"Mario.. aku.."

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. aku hanya ingin kau tahu, aku masih menyayangimu." Ucap Mario sungguh-sungguh sambil memegang kedua lengan elsa dan menatapnya dengan dalam.

Tanpa mereka sadari, sebuah mobil sport biru metallic menepi tak jauh dari elsa dan Mario berdiri. Nicholas melihat semuanya. tangannya memegang kemudia erat-erat hingga memutihkan ujung-ujungnya. Ditutupnya kaca mobil kemudian nicholas mulai menghidupkan mobil meninggalkan dua insan itu.

Nicholas mengendarai mobilnya di atas rata-rata. ia ingin melampiaskan rasa sakit yang kini betah bersarang dihatinya. tak dihiraukannya suara klakson kendaraan lain yang ia salip. baginya hanya ini satu-satunya cara untuk menenangkan hatinya.

***

Nicholas memakirkan mobilnya di basement penthousenya. Urat-urat disekitar dahinya timbul tanda sedang menahan emosi. Hatinya sakit. Tetapi jauh di dalam relung hatinya, dia tidak menyesal telah memberitahu Elsa. Ia pun mengambil jas tuxedo dan menaruh dipundaknya kemudian keluar dari mobil. Rasa penat memenuhi kepala Nicholas. Dia menghempaskan dirinya ke sofa empuk yang ada di ruangan TV. Tangannya memijit pelipisnya. Diambilnya sekaleng soda dari dalam kulkas dan meneguknya hingga habis. Ia tidak tahu harus bagaimana terhadap Elsa. "Arggh!" Ia membanting kaleng soda yang sudah penyok.

Aku harus mandi. Pikirnya. Hanya dengan mandi, Nicholas mampu mendinginkan pikirannya. Air hangat dari shower kamar mandi menghanyutkan segala penatnya. Tubuhnya yang putih dan sangat atletis hingga memunculkan otot-otot di dadanya bergerak-gerak saat ia mengatur nafasnya yang menderu sejak tadi melihat adegan di luar keinginannya.

Tiba-tiba ia teringat kata-kata ayahnya.

Apapun itu, jika hatimu yakin, kejar dia. Dan jujur lah pada hatimu dan juga pada dirinya.

***

Hujan gerimis menyelimuti kota Manhattan pagi itu. Nata mengeratkan coat coklatnya dan membuka payung dengan warna senada. Penampilannya sangat menawan meski hanya bermakeup tipis dengan penutup telinga berbulu yang menghiasi kepalanya. Rambut sebahunya ia biarkan tergerai. Karena hari ini hujan, ia menggunakan sepatu boat hitam yang benar-benar membuat sempurna tampilannya. Hari ini ia berencana meminta penjelasan ke Elsa. Ia pun berjalan keluar dari rumahnya dan menunggu taxi yang lewat.

Sesampainya di cafe, Nata tak menemukan Elsa sama sekali, iapun menghubungi gadis itu. "Elsa, kau dimana? Aku sudah sampai di café seperti biasa, meja juga seperti biasa."

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang