Elsa sudah kembali ke penthouse 3 hari kemudian, saat dokter Albert menyetakan bahwa kondisinya sudah stabil, hanya saja amnesia itu masih betah berada di otak Elsa. Besties tidak ada yang mempermasalahkannya, mungkin ini salah satu bentuk benteng pertahanan diri Elsa yang runtuh. Tapi konsekuensinya adalah Elsa tidak bisa bersaksi karena dianggap tidak memenuhi kriteria menjadi saksi dalam kasus yang menimpa dirinya.
Mario masih tetap bergeming di ruang interogasi, dan selalu tidur jika berada di dalam sel. Ia selalu bungkam jika ditanya apakah memiliki komplotan. Alvian ditemani Willy yang sepenuhnya mengurus ini karena Paul adalah kenalannya. Sedangkan Nicholas hampir 24 jam menjaga Elsa dan selalu berada di penthouse gadis itu. Elsa awalnya heran dengan semua sikap temannya yang mendadak berubah seperti saat sekarang ini.
"Kalian seperti tamu berjadwal." Tatap Elsa jengkel melihat kedatangan Nata dan Issabele yang berada di depan pintu penthousenya. Dan seperti biasa Nata dan Issabele membawa berbagai macam makanan kesukaan elsa dan materi materi perkuliahan yang tak bisa Elsa hadiri karena sakit.
"Salah satu profesi baruku." Nata masa bodoh dan menyingkirkan tangan Elsa, kemudian masuk langsung ke dalam penthouse Elsa, padahal si empunya masih menghadang jalan masuk. Elsa menghela nafas kasar dan mempersilahkan Issabele untuk ikut masuk.
"Sebenarnya kalian kenapa sih? Di usir dari rumah masing-masing? Aku yakin nanti saat kalian pulang, giliran Nicholas, Alvian, dan Willy yang kesini." Elsa mengambil kantong tas yang di bawa oleh Issabele. "Terima kasih atas bekal makan siangnya. Kali ini kalian membawakan aku apa?" Gadis itu menyibak kantong tas dan melihat dua kotak steik beserta 1 kotak lasagna. "Well.. kali ini aku maafkan kalian karena sudah mengganggu waktu santaiku."
"Kau selalu bilang begitu ketika melihat apa yang kami bawa. Bilang saja, kau sebenarnya senang dapat makanan gratis setiap hari." Nata menjatuhkan pantatnya ke sofa dan mengambil remote tv kemudian memilih-milih film horor.
"Kau kesini hanya untuk menonton? Dan kemudian mengotori sofaku dengan remahan snack?"
"Kau yang mengingatkan aku" Tatap jahil Nata kepada Elsa. "Issa, apakah ada snack di dapur Elsa? Seingatku dua hari lalu kita bawakan dia snack ringan." Teriak Nata pada Issabele yang saat itu sedang ke dapur. Terdengar sayup-sayup jawaban Issa dari arah dapur.
"Kau tahu tidak? Kau itu sudah seperti tuan di sini." Elsa mendecak dan menyusul Issabele ke dapur dengan perasaan jengkel. "Issaaaa kenapa kau betah berteman sama cewek gila itu???" Elsa sengaja mengeraskan suaranya agar didengar oleh Nata. Nata hanya terkekeh.
"Kau sedang apa?" Elsa melihat Issabele sibuk di dapur dengan beberapa sayuran dan pasta. "Kau masak lagi? Bukankah kalian sudah membawa lasagna?"
Issabele tersenyum sambil mencuci sayur brokoli yang terlihat segar. "Nanti malam Nicholas, Alvian dan Willy tidak bisa kesini. Jadinya aku siapkan makan malammu sekarang. Kau suka brokoli kan. Aku harap seleramu tidak berubah, Elsa." Issabele kembali sibuk dengan sayurnya.
Elsa mengernyit tak senang. Diraihnya pergelangan tangan Issa membuat gadis itu berhenti dari kegiatannya. "Kau temanku. Bukan pembantuku. Jadi stop melakukan hal-hal seperti ini." Issabele menghela nafas melihat emosi Elsa yang mulai datang. Dilepasnya cekalan Elsa dan dituntunya Elsa untuk duduk di kursi. "Ini keinginanku, Els. Aku bahkan tidak merasa kau memperlakukanku seperti pembantu. Ini murni keinginanku."
Elsa masih tak mengerti. "Sebenarnya ada apa sih? Kenapa kalian jadi perhatian sekali sama aku sejak aku sakit? Itu hanya maag, yang kalian tahu sudah sejak dulu aku memilikinya." Issabele lama menatap mata Elsa. Jauh di dalam hatinya ia bersedih atas hal yang menimpa sahabatnya andai saja Elsa tahu.
"Kau menangis?"
Issabele gelagapan dan dengan cepat menghapus air matanya yang akan meluruh jatuh ke pipi. Ia tidak sadar sudah mengikuti emosi di dalam dirinya. "Aku hanya sedih, karena ... karena.."
"Sudahlah. Kalau Willy menyakitimu lagi, aku tidak segan-segan menendangnya."
Elsa dan Issabele menatap ke arah pintu dapur. Nata berdiri disana sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Elsa kembali menatap Issabele yang menunduk.
"Jadi kau menangis karena Willy? Sialan! Akan aku lempar dia ke laut." Issabele bernafas lega karena Nata datang dan menyelamatkannya. Dalam hati, Nata dan Issabele meminta maaf kepada Willy karena dijadikan kambing hitam.
***
"Ada yang mengatakan kalau Mario sempat berbicara dengan seorang gadis di ballroom tepat sebelum kejadian itu terjadi." Saat ini Nicholas, Alvian dan Willy janji bertemu Paul di kantor nicholas. "Namun itu masih belum jelas karena tidak adanya bukti seperti kamere CCTV dan saat itu suasana sedang sangat ramai. Jadi si pelapor juga masih merasa ragu.
"Dimana pelapor itu? Kita tidak boleh mengabaikan bukti sekecil apapun walaupun ini masih belum terlalu jelas." Nicholas berjalan mondar mandir di depan ketiga pria itu.
"Nich, kau bisa duduk, aku pusing melihatmu mondar mandir seperti itu." Willy melempar gumpalan kertas ke arah nicholas dengan perasaan jengkel.
"Ini, alamat, nomer ponsel, serta riwayat pelapor itu." Paul menyerahkan map berwarna coklat yang segera diambil oleh nicholas. Nicholas membuka dan dahinya berkerut.
"Siapa?" Tanya Alvian dan Willy berbarengan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace
RomancePrivate acak. Follow dulu, kalau mau baca :D -------------------------------------------------------- "Ijinkan aku Elsa. Aku rasa aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi." Nicholas menarik Elsa lebih dekat dan mencium bibir gadis itu dengan lembu...