Café Harlemint menjadi pilihat lucy untuk sekedar mengobrol santai bersama elsa dengan judul 'ingin mengenal lebih dekat elsa dan kawan-kawan'. Café itu berada di seberang Princeton dan merupakan café milik Willy harlem. Dengan mengusung tema minimalis dipadukan dengan vintage ini sama sekali bukan gaya pesepak bola willy harlem. Tentu saja, café ini dibuat untuk ayahnya tercinta, Mr. Jacky Harlem. Suasananya sangat ramai pengunjung karena cita rasa kue-kue yang tersaji disana mampu memanjakan lidah orang yang mencicipi.
"Kak, apa kau tidak keberatan jika ku ajak kesini?"
"Tentu tidak apa-apa. Aku sudah sangat sering kesini karena ini milik willy."
"Willy pesepak bola itu? Ini miliknya? Wah aku baru tahu. Kau beruntung sekali kak, dikelilingi orang-orang yang berpengaruh."
Berpengaruh? Satu, kalimat yang ambigu. Catat elsa dalam hati.
"Sejak kapan kak elsa akrab dengan bestie? Aku sangat ingin memiliki teman-teman seperti mereka." lucy nyatanya memang benar-benar ingin mengorek segala sesuatu tentang besties. Dia bahkam tidak mencoba untuk basa basi mengenai elsa atau dirinya.
"Sejak masuk kampus ini. Dan omong-omong, teman yang bagaimana yang kau inginkan?" Elsa menatap curiga sesaat kearah lucy.
Lucy tampak tenang seperti sudah menduga pertanyaan elsa. Ia menyeruput frappenya dengan pelan. "Yang baik, perhatian, tulus, dan tenang." Elsa hanya mengangguk-angguk. Paham bahwa itu semua visualisasi tentang Nicholas.
"Kau beruntung memiliki teman seperti kak Nicholas, kak elsa." Elsa tersedak kecil. Lucy benar-benar tipe orang yang tidak bisa berbasa basi.
Elsa tertawa sumbang. "Dia baik dan perhatian ke semua orang. Kau juga tahu itu."
Dua. Dia memang suka Nicholas. Catat elsa dalam hati.
Lucy mengangguk. "Karena itu aku sangat kagum padanya. Oh iya, Kak elsa tahu? Kalian berenam itu dinobatkan sebagai friendship goals di kalangan anak-anak angkatanku. Bahkan ada yang membuat fanpage dengan nama bestiers."
"Oh ya? Aku baru tahu ada yang sampai seperti itu." Elsa memotong kecil pienya dan mengunyah dalam diam. Manis dan enak. "Kau ikut dalam fanpage itu?" Tanya elsa tiba-tiba.
"Ah tidak.. aku tidak sempat melakukan hal-hal seperti itu. Oh! Bukan berarti aku tak menyukai kalian. Hanya saja aku sibuk belajar." Lucy segera meralat ucapannya.
Hal-hal seperti itu. Tiga. Seperti menyindir. Catat elsa dalam hati.
"Apakah diantara kalian ada yang pacaran? Kalian sangat-sangat friendship goals dan aku rasa itu akan mengubah pandangan para bestiers kalau mereka tahu ada yang berpacaran di anatar kalian." Elsa terperangah. Gadis di depannya ini benar-benar to the point.
Empat. Semua kalimatnya bermakna beda! Catat elsa dalam hati.
Elsa menaruh pisau dan garpunya. Empat sudah lebih dari cukup. Ia lantas tersenyum ke arah lucy. "Begini lucy, kami ini berteman, bukan artis yang membuat grup band. Jika teman-teman lucy membuat semacam fanpage, aku izinkan karena ini hak mereka. tapi kami tentu tak akan suka jika mereka mulai mengusik kehidupan pribadi kami seperti dengan siapa kami harus menjalin hubungan. Kau paham maksudku? Yah aku tahu kau bilang tak ikut dalam fanpage itu, tapi pertanyaanmu seolah-olah adalah suara dari mereka yang protes akan hubungan kami bagaimana kedepannya."
Lucy menutup mulutnya rapat-rapat. Tangannya terkepal di bawah meja.
"Lagipula, kami memang tidak ada hubungan special seperti itu." Ucap elsa yang segera ia sesalkan. Bertolak belakang dengan hatinya yang tidak menerima.
***
Lucy tersenyum puas saat ia sampai ke rumahnya. Ia masih teringat kalimat kakak kelasnya. Lagipula kami memang tidak ada hubungan special seperti itu. Ini artinya dia bisa dengan bebas maju tanpa penghalang. Segera ia keluarkan ponselnya yang berlapis emas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace
RomancePrivate acak. Follow dulu, kalau mau baca :D -------------------------------------------------------- "Ijinkan aku Elsa. Aku rasa aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi." Nicholas menarik Elsa lebih dekat dan mencium bibir gadis itu dengan lembu...