Acara pertunjukkan pentas seni diadakan oleh lembaga Dance NY Company di CarnegieHall. Malam ini Issabele tampil sebagai salah satu penari yang ikut memeriahkan acara. Acaranya dilangsungkan dengan konsep vintage dan outdoor. Lampu temaram menghiasi sepanjang meja dan jalan setapak. Begitu tenang, indah dan romantis. Tentu saja besties ikut menghadiri acara pertunjukkan itu karena ini Issabele yang akan tampil.
"WOW. Coba lihat siapa yang datang. Sexy sekali." Willy pun berujar nakal saat melihat Nata mengenakan gaun super mini tapi tetap terlihat elegan.
Nata menoleh ke kanan dan ke kiri mencari Elsa. "Dimana Elsa? Seminggu ini dia tidak ada kabar sama sekali." Nata menatap ponselnya sedari tadi. Padahal Nata sudah menggebu-gebu ingin menghadiri acara ini bersama Elsa karena para tamu diwajibkan menggunakan gaun pesta dan tuxedo. Salah satu kostum kesukaan Nata. Hari ini ia mengenakan dress berpotongan dada rendah dengan tali spageti yang sangat tipis. Dress dengan warna biru tua itu sangat mini hingga memperlihatkan paha mulus dari seorang Nataniel. Bodynya yang ramping membuatnya tampat seperti dewi sexy yang turun dari kahyangan.
"Kau mengabaikan pujianku." Willy memasang wajah kecewa.
"Sudahlah Will. Ka sudah terlalu sering memujiku. Apa kau tidak khawatir dengan temanmu yang namanya Dlsa danich??"
"Khawatir. Tapi sudah aku hubungi, tetap tidak ada jawaban. Nanti kita tanya Nicholas saja." Baru saja Willy menyelesaikan kalimatnya, Nicholas muncul bersama Alvian. Sudah bisa ditebak bagaimana penampilan mereka malam mini. Semua wanita yang mereka lewati terdiam hingga lupa bernapas karena ketampanan dari mereka berdua.
Nicholas hari ini menggunakan tuxedo warna putih dengan dasi kupu-kupu. Rambutnya yang lurus dan biasanya menutupi dahinya kali ini ditata ke atas sehingga lebih menampilkan sisi dewasa dan maskulinnya. Sedangkan alvian menggunakan tuxedo hitam dengan dasi panjang berwarna putih. Rambut ikalnya kali ini di rapikan.
"Kalian sudah datang." Nata dan Willy menghampiri Nicholas dan Alvian. Kini, semua mata memancarkan keirian pada mereka berempat. Tampan dan cantik. Benar-benar keindahan Maha Kuasa.
Nata menggamit tangan Nicholas. "Nich, aku perlu bicara denganmu." Nata mengajak Nicholas ke tempat yang agak sepi. Beberapa pasang mata masih ada yang menatap iri kearah mereka berdua.
"Apa yang sebenarnya terjadi saat kau ke penthouse Elsa?"
Nicholas menghela nafas. "Ceritanya Panjang, Nat. Dan menurutku sebaiknya kau dengar dari Elsa. Aku pastikan Elsa saat ini baik-baik saja."
Nata menghela nafas berat. "Jadi waktu itu kau tidak mengutarakan perasaanmu ke Elsa?"
Nicholas mengernyit. "Maksudmu?" Nicholas mengerutkan kening sejenak, namun beberapa detik kemudian dia seperti sudah memahami maksud dari ucapan Nata. "Kau mengira... astaga. Bukan seperti yang kau pikirkan."
Nata lagi-lagi menghela nafas berat. "Lalu mengapa Elsa menghilang seperti ini, sedangkan kau dengan entengnya mengatakan bahwa dia baik-baik saja?"
"Bisakah kita membicarakannya nanti saja? Hari ini hari istimewa Issabele. Aku menghargai dia yang sudah mengundang kita ke acaranya." Nicholas menatap tajam nata.
"Baiklah. Aku akan bersabar. Aku akan menemui Elsa besok. Jika sampai aku dengar kau menyakitinya, aku tak akan memaafkanmu." Nata pun berjalan meninggalkan Nicholas yang menatapnya dengan tatapan sendu.
***
"Terima kasih sudah mengantarku, Mario. Tapi sungguh, aku bisa sendiri sebenarnya. Ini belum terlalu malam untuk Kota Manhattan." Elsa dan Mario sudah sampai di depan lobi penthouse Elsa. Kawasan sudah sepi karena jam menunjukkan pukul 10 malam. Elsa pun berbalik dan akan memasuki lift ketika tangan Mario menariknya kembali hingga ia berbalik menghadap ke arah Mario. Saat itu juga Mario mencium bibirnya. Lembut dan penuh rasa kerinduan. Elsa kaget selama beberapa detik sampai akhirnya ia mendorong dada bidang Mario.
"Mario.. apa yang kau lakukan?" Elsa menutup mulutnya karena kaget. Ia mundur selangkah membuat jarak dengan Mario. Perasaan tak nyaman sedari tadi kembali menghampirinya.
"Elsa, aku tahu kau sulit memaafkan aku, aku tau aku egois. Aku berharap kau memberiku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki sikapku dulu." Mario menatap mata Elsa dengan yakin.
"Mario.. aku.."
"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku hanya ingin kau tahu, aku masih menyayangimu." Ucap Mario sungguh-sungguh sambil memegang kedua lengan Elsa dan menatapnya dengan dalam.
Tanpa mereka sadari, sebuah mobil sport biru metallic menepi tak jauh dari Elsa dan Mario berdiri. Nicholas melihat semuanya. Ia memang tidak sampai tuntas menonton acara Issabele dan memilih mendatangi penthouse Elsa berharap mengurangi rasa cemasnya. Namun, mungkin ini keputusan tolol yang pernah ia pilih.
***
Cuap-cuap dari penulis :
Hy guys.
ga dapet feelnya ya? Huaaa susah banget bikin cerita biar ngefeel :')
sabar ya, authornya masih belajar nulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace
Roman d'amourPrivate acak. Follow dulu, kalau mau baca :D -------------------------------------------------------- "Ijinkan aku Elsa. Aku rasa aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi." Nicholas menarik Elsa lebih dekat dan mencium bibir gadis itu dengan lembu...