8. Camping Petaka

65 6 6
                                    

"Sepertinya kesialan masih berpihak padaku"- Elsa Danich

"Wah.. tempatnya bagus sekali." Mario melihat sekeliling hamparan luas dari dalam mobil Nicholas.

"Terima kasih, kita akan segera sampai. Lihat itu tenda yang akan kita tempati. Nanti akan kukenalkan dengan kelima temanku." Nicholas pun memakirkan mobilnya.

"Eum??" Mario mengernyitkan mata saat melihat sesosok gadis ramping dari kejauhan yang berlari mendekati mobil mereka. Kemudian seulas senyum tersungging di bibirnya.

"Ada masalah?" Nicholas menoleh ke arah Mario.

"Ah.. tidak, aku hanya terkesima melihat danaunya. Mari kita turun."

Nicholas dan Mario pun turun dari mobil. Masih dengan senyum menawannya, Mario melihat Elsa berlari kecil ke arah mereka dan kemudian tersentak kaget. Sangat kaget. Namun kekagetan Elsa tak disadari oleh Nicholas yang menghampiri gadis itu.

"Hey." Nicholas mengacak rambut Elsa. Mario mengernyit tak suka. Perlakuan apa barusan?

"Kau melamun, Els." Nich memperhatikan Elsa dan mengikuti arah pandangnya yang ternyata menatap Mario. "Ah.. kenalkan, ini Mario yang aku ceritakan padamu." Nicholas menoleh ke Mario. "Mario, ini salah satu teman baikku. Elsa Danich."

Mario dan elsa pun bertatapan tepat dimanik mata. Elsa tanpa senyuman. Mario dengan penuh senyuman.

***

Elsa bergeming. Sedari tadi ia hanya diam di dalam tenda tanpa menikmati sama sekali pemandangan malam di luar sana.

"Els, ayolah keluar. Setidaknya jangan memperlihatkan kepada Mario, kalau kau belum bisa melupakannya. Kau terlihat kalah, Els!" Nata masuk ke dalam tenda sambil membawa sepiring lasagna. "Dan ini, kau belum makan dari tadi pagi kan? Atau jangan bilang kau belum makan dari kemarin sore karena ketiduran?"

Elsa pun menatap Nata dan Issabel bergantian. Air matanya sudah akan mengalir namun ia tahan mati-matian. Ia melunak. Segera diambilnya lasagna itu dan dia ikut beranjak keluar. Ia memang harus kuat. Ada teman-temannya disini yang menemaninya.

"Kau sakit?" Nich menghampiri Elsa dengan tatapan kawatir. Mario mengawasi mereka berdua. Ia mencium sesuatu yang tidak beres. Mereka sudah pacaran? Ah tidak.. tadi Nicholas mengatakan bahwa mereka semua teman dekatnya. Tapi sikap perhatian macam apa itu. Mario menatap tajam ke arah mereka berdua.

"Tidak. Aku tidak sakit, Nich. Aku hanya kecapaian karena ujian minggu-minggu kemarin." Elsa memaksakan senyumnya. Hal ini diketahui Nich. Ia hapal betul bagaimana senyum manis Elsa. Dan senyuman yang hari ia lihat bukan senyuman seperti biasanya.

"Kalau tahu begini, lebih baik kita berlibur di villaku saja. Cuaca disini sangat dingin. Nanti kau flu. Pakailah ini." Nicholas melepaskan jaket parasutnya dan memakaikannya dipundak Elsa.

"Terimakasih Nich. Aku akan baik-baik saja. Percayalah. Ayo kita hampiri teman-teman. Mereka sudah bersusah payah mengabulkan acara camping ini, masa aku harus sakit." Elsa berusaha untuk mengabaikan kehadiran Mario.

Acara api unggun dimulai, mereka tertawa dan saling bercerita mengenai pengalaman. Hanya Elsa yang tertawa sumbang. Sedari tadi ia memegang pelipis dan perutnya. Tahu bahwa maagnya kambuh.

Aku tidak boleh sakit disini.

Tentu saja Nich dan Mario menyadari perubahan raut muka Elsa. Gadis itu kemudian berdiri membuat semua menoleh kepadanya.

"Aku ke toilet dulu. Nich, toiletnya di sebelah sana kan?" Elsa menunjuk tepat disebuah rumah mungil tempat pos penjaga. Jaraknya cukup jauh sekitar 20 meter.

"Kau kutemani." Nich menawarkan diri. Mario mengepalkan tangannya melihat perlakuan Nich terhadap Elsa.

"Baiklah, ayo."

Mereka berjalan dalam keheningan. Sesekali Nich memperlihatkan kecemasan dimata abunya.

"Kau yakin tidak apa-apa?"

"Iya, tenang saja. Aku tidak akan pingsan di tengah rerumputan luas ini. Hahaha" Elsa berusaha melucu, namun Nich tidak tertawa. Ia masih memperhatikan muka Elsa yang kini lebih pucat dari sebelumnya.

"Kau pucat." Nich menatap Elsa dengan tatapan yang mampu membius semua wanita.

"Nich, kulitku kan memang pucat. Kau terlalu berlebihan."

"Aku serius, Els"

Elsa tidak mau memperpanjang, "Nich tunggui aku disini, aku hanya pipis saja, oke.." Elsa pun masuk ke toilet.

Nich bersandar di dinding rumah mungil itu. Awalnya dia masih bisa melihat sekeliling dengan tenang sembari menunggu Elsa. Namun, setelah 5 menit Elsa tidak juga keluar, membuat Nich cemas. Dia pun mengetok pintu toilet.

"Els..? Elsa??" tok.. tok.. tok..

"Elsa??? Kau tidak apa-apakan??" Hening.

"Elsa! Jawab aku.." Ketukan pintu dari Nich makin keras. Nich pun bergegas meminta penjaga rumah untuk memberinya kunci cadangan toilet. Nich kalang kabut, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

BRAK

Pintu toilet akhirnya dibuka paksa dan memperlihatkan Elsa yang sudah terbaring di lantai toilet dengan muka pucat pasi dan keringat dingin mengalir dipelipis gadis itu.

***

"Maagnya pasti kambuh."

Semua orang menoleh ke asal suara, melihat Mario yang bersandar di dinding kamar. Semua orang berkumpul di sebuah kamar yang terdapat di rumah mungil itu. Serupa dengan villa mini. Mereka menunggu Elsa siuman. Mau memanggil dokter, tapi daerah ini jauh dari kawasan penduduk. Beruntung Nata dan Issabele tahu letak dimana elsa menyimpan obatnya.

"Maksudmu?" Nich mengernyit tak paham.

"Maag. Dia punya riwayat maag. Cukup kronis." Mario geram dengan perlakuan Nich. Ia merasa harus menunjukkan dirinya siapa, agar Nich tidak mengambil Elsa darinya.

"Kau kenal elsa?" Nich keheranan, beranjak dari kursi dan mendekati Mario. Nata menahan tubuhnya.

"Sudahlah Nich, nanti kita bicarakan. Yang terpenting sekarang adalah Elsa." Mendengar nama Elsa, mampu membuat Nich mencegah rasa penasarannya.

Mata elsa terbuka perlahan. Dia melihat sekeliling. Nata, Issabele, Alvian, Nich, Willy.. dan.. Mario. "Nata.." Elsa berusaha untuk bangun dan bersandar. Nata membantunya.

"Bagaimana perasaanmu?" Nata memperbaiki selimut Elsa

"Sudah lebih baik. Maaf, aku membuat kalian khawatir."

"Sudahlah, tidak apa-apa." Issabele mengelus punggung Elsa.

Nata mendekatkan diri pada Elsa. Dan membisikkan sesuatu. "Els.. Mario secara terang-terangan mengaku bahwa dia mengenalmu."

Mata Elsa melebar. Lalu melihat dengan tajam ke arah Mario. Yang di tatap hanya santai menanggapi.

***

Cuap cuap dari penulis :

Untuk hari ini sekian dulu, karena sudah jam 12.48 malam.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa di vote and thank you

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang