2. Besties

118 11 0
                                    


"Els, nanti siang antarkan aku ke fifth evenue, ya? Baju-baju ku sudah habis sekali. Aku belum sempat ke laundry." Siang itu, saat usai perkuliahan, Nata mengajak Elsa untuk menemaninya ke mall. Elsa mengangguk sambil tetap terfokus ke handphonenya.

"Kamu sedang ngobrol dengan siapa sih? serius sekali terlihat?" Nata melongokkan sedikit kepalanya ke samping untuk melihat layar handpone Elsa. Dan kemudian tersenyum remeh. "Dia masih keukeuh, ya?"

Sambil tetap menatap layar handphone, Elsa berujar pelan "Masih.. masih.. dan sekarang dia makin terang-terangan padaku. Padahal selalu aku protes, aku heran dengan pria seperti ini." Elsa lalu berhenti dan memegang lengan Nata yang membuat cewek itu kaget.

"Kenapa, Els?" Nata menatapnya heran. "Ada yang kelupaan di kelas?"

"Tidak.. mana si Issabele? Apakah sudah keluar kelas?"

"Aku di belakangmu sedari tadi Elsa. Segitu tidak pedulinyakah kamu dengan sekeliling, ya?" Issabele seketika cemberut sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Elsa tega.." Issabele pura-pura memasang wajah cemberut. Tapi tidak berhasil membodohi Elsa. Elsa tertawa.

"Issabele, kamu tidak bisa bersandiwara. Kamu terlalu polos dan ayu untuk memasang wajah cemberut begitu. Hahaha." Elsa tertawa sambil menuruni tangga, saking tidak konsennya dengan langkah kakinya, ia tersentak saat tiba-tiba badannya oleng dan akan terjerembab ke depan.

"Elsa!!" Nata berteriak keras, alih alih ingin menahan tubuh Elsa, Nich ternyata sudah berada di depan Elsa dan sedang menahan tubuh gadis itu.

"Kamu kalau jalan, lihat dan fokus. Kalo aku tidak tanggap tadi, gimana? Berapa tulang yang akan patah?" Urat di wajah Nich terlihat jelas dan tegang. Tatapannya memancarkan kekawatiran namun dia membentak Elsa. Elsa yang kaget karena hampir jatuh dan kini di bentak oleh Nich jelas shock dan kaget. Dia mematung. Nich segera tersadar kalau dia terlalu keras, tatapannya lebih melunak.

"Elsa? Kamu tidak apa-apa kan? Maaf, aku tadi terlalu keras padamu." Nich mengguncang-guncangkan bahu Elsa dan melihat keseluruhan wajah gadis yang masih di hadapannya berhiasakan muka putih pasi.

"Enggak.. terima kasih, Nich.  Aku benar-benar sudah tidak apa-apa." Elsa tersenyum paksa. Sejujurnya dalam hati dia lebih kaget dengan reaksi Nich barusan ketimbang karena mengetahui kenyataan bahwa ia akan jatuh.

"Nich galak sekali..." Nata berujar sambil merangkul Elsa. "Kenapa kamu tiba-tiba saja sudah menahan tubuh Elsa? Aku bahkan tidak sadar kamu disini. Mana antek-antekmu?" Nata celingukan mencari kedua teman Nich.

"Yang lainnya sedang di kantin. Ini aku kesini mencari kalian ingin mengajak kalian ke kantin. Kalian pasti belum sarapan tadi. Dan tiba-tiba aku sudah lihat gadis ceroboh ini tertawa terbahak-bahak tanpa mempehatikan langkahnya. Dan benar saja dugaanku, dia hampir jatuh." Jelas Nicholas sambil mengacak-acak rambut Elsa. Elsa berkelit.

"Kamu kenapa perhatian sekali ke Elsa, Nich?" Issabele yang sedari tadi melihat kejadian di belakang tiba-tiba berujar. "Isi mengacak-acak rambut lagi, seperti pacaran saja. Kamu suka Elsa, ya?" Lanjut Issabele tanpa wajah berdosa.

Elsa, Nata, dan Nich serempak menoleh ke Issabele.

Masih dengan wajah tanpa berdosanya, Issabele berujar "What??"

Ayu, anggun, apa adanya, terlihat bersahaja dan seperti terbiasa hidup dikalangan ninggrat, adalah Issabele Angelique. Menjadi penari tradisional menuntutnya untuk memanjangkan dan merawat rambutnya sehingga tumbuh menjadi indah seperti sekarang. Tradisional di daerah Amerika? Ya.. Issabele —panggilannya adalah gadis dengan darah Indonesia-Amerika. Dia hidup menetap di Amerika namun masih bangga memamerkan budaya Ibu kandungnya yang berdarah Indonesia. Dia kalem dan tidak banyak bicara tetapi sangat suka berterus terang saat berbicara. Dan merupakan cewek tertua di Besties.

***

"Hei kenapa kalian lama sekali sih? Lapar nih, lapar" Alvian sudah mulai berkicau. Nich tersenyum dan segera duduk di samping Alvian. Disusul kemudian Elsa duduk di depan Alvian, kemudian Nata disampingnya, Issabele menyusul kemudian.

Pelayan kantin datang membawakan menu serta nota kosong. Kemudian Elsa, yang biasanya kebagian memesan makanan menghitung. Dan tiba-tiba dia berujar. "Eh iya.. Willy mana? Sepertinya sedari tadi aku tidak melihat dia. Dia kuliah kan?"

Alvian berujar sambil asyik memainkan Mobile Legend. "Dia masih ke bagian administrasi mengurus surat keterangan kuliah. Iya kan, Bells?" Alvian menoleh ke arah Issabele. Issabele terkaget. "Eh.. kenapa kau tanya aku?". Kemudian semua anggota besties serempak menoleh kepadanya. "Lalu tanya siapa lagi??" Issabele terdiam dengan wajah 100% kepiting rebus.

"Hey! Whats up bro! Kalian sepertinya sedang membicarakan aku." Willy datang dan langsung duduk disamping Issabele, membuat wanita itu gelisah karena malu.

"Ini, Issabele selalu bertanya 'dimana Willy' hahaha." Alvian menjawab asal dan langsung menerima pelototan Issabele.

"Alvian bohong, Will." Issabele berbisik ke Willy. Willy tersenyum

"Bohong pun tak apa. Aku senang." Percakapan singkat diantara dua orang itu sukses membuat Issabele nervous. Untung teman lainnya tak ada yang mendengar obrolan mereka berdua.

Satu lagi anggota besties yang terakhir adalah Willy Harlem. Memiliki rambut pirang bergelombang dengan mata sebiru air pantai di Hawai, membuat Willy tampak seperti Harry-nya One Direction. Willy merupakan seorang pesepak bola yang sudah mendunia bersama kelompoknya. Berbeda dengan Nich dan Alvian yang kaya raya sejak lahir, Willy lahir dari keluarga yang sangat sederhana dengan seorang ayah yang bekerja sebagai pedagang roti keliling, tanpa seorang ibu. Namun karena kerja kerasnya serta bakatnya di dunia sepak bola, Willy kini bisa membuatkan ayahnya sebuahtoko roti yang sangat ramai diincar warga di Kota Manhattan.

Cuap cuap dari penulis :

Jadi fix sudah aku jelasin ke enam anggota besties yang semuanya 'sempurna' wkwkwk. terima kasih sudah baca, monggo di vote and thank you :*

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang