22. Memulai

25 3 0
                                    

Typo tersebar dimana-mana krn blm sempat edit.

Kelas professor Arnest sudah berakhir. Elsa, Nata, dan Issabele berjalan menuruni tangga. Mereka tertawa terbahak-bahak saat mengingat bagaimana Prof. Arnest yang memiliki rambut kribo dengan tubuh kurus dan tinggi tadi mengajar.

"Seperti pohon!" Tawa Elsa meledak. Keceriaan Elsa sepertinya sudah sepenuhnya kembali.

"Jahat kau, Elsa. Dia itu dosen kita." Issabele menegur tapi tertawa juga.

"Tapi kau mengakuinya kan. Beliau seperti pohon. Hahahahmmpp" Tawa Elsa tertahan karena Nicholas tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan.

"Kau gadis tetapi sangat barbar kalau tertawa."

Elsa menoleh dan melepas bekapan tangan Nicholas di mulutnya. "Hai, Mr. Fabian-a." Elsa menahan tawa dan membuat Nich semakin melototkan matanya. "Kau ada kelas juga hari ini? Di samping kelasku?"

Nicholas mengangguk. "Aku dan Alvian mengambil kelas AI (Artificial Intelligence). Besok baru kelas Prof. Arnest." Yang di balas Elsa dengan ber-oh-ria.

"Alvian mana? Tidak bersama mu?"

"Dia hari ini izin, katanya ada urusan keluarga." Dan Elsa ber-oh lagi.

Mereka berempat sudah sampai lobi gedung dan melihat tetesan air sangat deras. Akhir-akhir ini jarang hujan, namun sekalinya hujan itu akan berlangsung sangat lama.

"Elsa, Issa, Nich, aku duluan ya. Andrew ternyata sudah menungguku di parkiran." Nata melirik jam tangan emasnya. Pukul menunjukkan 02.18 PM. Dia pun berlari menerobos hujan dan menggunakan jaket kulitnya sebagai payung.

Elsa menoleh ke Issabele. "Kau bagaimana, Issa?"

Issa memperlihatkan ponselnya. "Mommy tadi mengirimiku pesan, aku sudah dijemput sopir karena setelah ini aku langsung latihan untuk acara bulan depan. Maafkan aku, Elsa. Lebih baik kau pulang dengan Nicholas saja agar tak kehujanan." Pandangan Issabele mengarah ke Nicholas. "Nich, kalau kau tidak keberatan, kau mau antarkan Elsa? Dia tadi pagi ikut bersamaku." yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Nicholas.

Lalu pandangan Issabele beralih kembali ke Elsa. "Maafkan aku, Elsa. Tapi ini sangat mendadak. Besok aku akan mentraktirmu seafood di café baru itu, oke?" Issabele pun mengecup pipi Elsa sesaat sebelum ia menuju mobilnya yang sudah berada di depan lobi. Elsa hanya mendesah melihat kepergian kedua temannya.

"Ayo, Elsa. Kau tidak mau kedinginan lagi kan? Kau bahkan tidak memakai jaket tebal." Belum sempat Elsa menjawab, Nicholas sudah menarik tangannya dan mengajaknya keluar.

"Tu..tunggu nich, aku lepas jaket dulu." Nicholas mencegah dan dia mengambil jaket di dalam tasnya. "Ini lebih tebal. Setidaknya kita tidak perlu kebasahan sampai menuju mobilku."

***

Mendung benar-benar menghiasi kota Manhattan untuk 13 jam kedepan. Elsa menatap pemandangan awan gelap dari balik kaca mobil milik Nicholas. Pepohonan rindang berjajar di sepanjang jalan membuat jalanan lebih berkabut. Sebelum mengantarkan Elsa, Nicholas mengajaknya untuk ke toko barang antic yang terdapat di daerah Millstone yang lumayan jauh. Elsa mengiyakan karena kebetulan ia sudah senggang. Sepanjang jalan hanya memperlihatkan pepohonan dengan rumah penduduk yang sangat minim karena daerah ini lumayan jauh dari kota.

"Nich? Boleh aku bertanya sesuatu?"

Nicholas menoleh memandang Elsa. "Katakanlah." Ujarnya sambil tersenyum.

Elsa terdiam seperti menimbang sesuatu. Nicholas kembali menatapnya. "Elsa?"

"Ah.. ya Nich, aku mau bertanya, tapi kau jangan marah, ya?" Nicholas hanya mengangguk sambil tetap focus ke jalan.

"Mario gimana?"

Satu pertanyaan Elsa berhasil membuat mobilNicholas berhenti mendadak. Untung saja jalanan saat itu sepi, sehingga tidakterjadi tabrakan beruntut. Elsa yang memakai sabuk pengaman kaget saat dirinyamendadak maju hampir menghantam dasbor. "Nich! Apa yang kau lakukan." Elsamengelus dadanya yang bedebar tiba-tiba karena kaget.

Nicholas mengerjap dan seperti baru tersadar. Ia menoleh ke arah Elsa yang masih mengusap-usap dada serta pundaknya yang sedikit sakit akibat sabuk pengaman. "Maafkan aku, aku terlalu kaget. Kau tidak apa-apa?" Nicholas menepikan mobilnya di pinggir jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lain. Di tatapnya elsa dari atas hingga bawah memeriksa apakah ada yang teluka.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Kenapa kau begitu kaget dengan pertanyaanku?"

Nicholas bergeming namun tampak seperti ingin berbicara. "Kau tadi bertanya tentang Mario?" Akhirnya hanya kalimat itu yang berhasil diucapkannya.

Elsa hanya mengangguk. Dia melihat takut ke arah Nicholas mengingat kejadian saat camping dulu, walaupun Alvian yang memukul Mario, tapi Elsa tahu bahwa Nicholas juga sanga marah dilihat dari tatapan matanya dulu dan saat ini.

Nicholas terdiam. Mau tak mau pikirannya melayang ke malam itu, ketika ia melihat Mario mencium Elsa di depan penthouse gadis itu. Nicholas berjanji untuk mengenyahkan pikiran itu. Dan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Elsa kembali mengusiknya.

"Dia hari ini balik ke Paris."

***

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang