"Jadi, Mario itu mantanmu waktu SMA?" Alvian dan Nich masih di dalam kamar menemani Elsa. Nata sedang membuat teh hangat untuk Elsa. Sedangkan Mario dibawa oleh Issabele dan Willy untuk membeli beberapa obat dan makanan. Mereka bertiga akan mencari toko kecil di daerah sana. Semoga ada.
Elsa menggeleng lesu. "Dia.. bukan pacarku. Dia dulu dijodohkan denganku, keluarganya kenal dengan orangtuaku."
"Dan kau tidak menyukai perjodohan itu? Mengapa ia pergi?" Nich menahan hasratnya untuk memberikan Elsa beribu pertanyaan. Ada gejolak aneh yang melanda dirinya sejak mengetahui bahwa Mario mengenal Elsa melebihi dirinya.
"Tentu aku tidak menyukai gagasan perjodohan itu. Walaupun aku menyukai Mario. Tapi aku tidak menyukai kalau pernikahanku dikarenakan perjodohan bisnis. Kami selalu bersama, dia sempat membuat hari-hariku begitu menyenangkan, sampai aku melihatnya bermain dengan wanita lain. Dan setelah itu Mario tiba-tiba menghilang tanpa kabar selama dua tahun belakangan ini. Dan tiga minggu yang lalu dia tiba-tiba muncul dihadapanku." Pancaran sendu mata Elsa berubah menajam menyiratkan sakit hatinya.
Nich menghela nafas dan beranjak dari kasur berjalan ke luar kamar. Dirinya perlu udara segar.
"Baiklah, kau istirahat saja dulu," Alvian tersenyum seraya mengelus puncak kepala elsa.
"Terima kasih, Bro.." Alvian pun menyusul Nicholas.
"Kau menceritakannya pada mereka?" Nata datang dengan membawa segelas teh hangat. "Minumlah."
"Thanks, Nat. Iya aku menceritakannya pada mereka. Mereka terus bertanya. Mereka bilang harus tahu alasannya agar bisa melindungiku. Hahaha, konyol sekali mereka." Elsa meneguk teh dengan nikmat.
Nata duduk disamping kasur, "Mereka memang ingin melindungimu dari si brengsek Mario, kau tidak lihat bagaimana Nicholas menahan diri supaya tidak membogem wajahnya Mario?"
"Aku tidak memperhatikan segitu detailnya. Lagipula kenapa Nicholas semarah itu? Oh okey. Dia teman yang perhatian. Tapi untuk memukul wajah Mario.. rasanya agak berlebihan."
Nata memutar bola matanya. "Kau tidak peka atau pura-pura tidak peka?"
"Maksudmu?"
"Ah.. yasudahlah, kau harus istirahat. Berbaring, lampunya akan kumatikan. Kalau ada apa-apa berteriaklah. Kita semua diruang TV." Nata mematikan lampu dan menutup pintu.
***
"Tenangkan dirimu, Nich." Alvian memegang pundak Nicholas. Sedari keluar dari kamar Elsa, Nicholas mondar mandir karena kesal. "Mana Nicholas yang aku kenal? Yang tenang?"
"Bagaimana aku tenang, kalau Mario menyakiti Elsa." Nicholas mengempaskan diri di sofa. "Aku tidak habis pikir bagaimana Mario pura-pura tidak mengenal Elsa saat aku kenalkan dia dengan gadis itu. Pantas saja.."
"Pantas kenapa?"
"Tadi saat aku baru tiba, aku melihat elsa kaget dan melamun. Aku.. aku kenalkan dia dengan Mario. Tapi dia bergeming dan kemudian langsung mengajak kami ke tenda, tanpa adanya salam perkenalan. Oh damn! Seharusnya aku sadar saat itu ada yang tidak beres."
"Sudahlah, jangan menyalahkan diri. Kita juga tidak sadar dengan gerak gerik Elsa dan Mario." Alvian ikut duduk di sofa dan memberikan sekaleng cola ke Nicholas.
Nata muncul, seusai menutup kamar elsa.
"Bagaimana elsa?" Nicholas berdiri dan menghampiri nata.
"Dia baik-baik saja, percayalah. Dia hanya shock dan masih kesal dengan Mario. Mualnya juga sudah membaik. Kau sebaiknya menenangkan diri. Lihat diantara kita semua kau yang paling kacau."
"Mengapa kau tidak memberitahu kami?" Nicholas menatap tajam Nata.
"Nicholas... iyakah aku menceritakan kehidupan pribadi elsa? Aku rasa kau juga tahu, yang berhak menceritakannya hanya Elsa seorang."
"Maaf."
Nata berjalan kearah jendela membuka sedikit tirai. "Sepertinya mereka sudah tiba."
Nicholas dan Alvian melihat dari jendela, mobil sport Alvian muncul dari kejauhan.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Alvian bertanya ke Nicholas.
"Tidak, aku tetap akan seperti biasa. Memulai pertikaian akan membuat Elsa sedih sekalipun itu berhubungan dengan Mario yang dibencinya." Nicholas duduk dan menekan pelipis kanannya. "Mungkin sebaiknya aku mandi dulu."
Setelah Nicholas menghilang dari ruang TV, Nata mengempaskan pantatnya di sofa yang tebal. "Lihat, temanmu itu sepertinya sudah cinta mati terhadap Elsa."
Alvian hanya diam dan tidak merespon. Tatapannya tertuju ke pintu kamar Elsa.
***
Cuap cuap dari penulis :
Maapkeun saya yang membuat cerita aneh, dimaklumi ceritanya skillnya perdana, imajinasi masih liar.
Terima kasih sudah sempet-sempetin buat baca, jangan lupa di vomment, kritikan ato pesan sangat2 membantu ya :D
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace
RomansaPrivate acak. Follow dulu, kalau mau baca :D -------------------------------------------------------- "Ijinkan aku Elsa. Aku rasa aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi." Nicholas menarik Elsa lebih dekat dan mencium bibir gadis itu dengan lembu...