36. Worries

22 3 0
                                    

Sebuah tepukan halus mendarat di lengan pria itu. Lucy disana, sedang membawa dua gelas wine. Tidak lupa dengan senyuman mautnya. "Mau minum sebentar?" Tawarnya kepada Nicholas. Nicholas menatap kedua temannya, Alvian dan Willy meminta pertolongan, sejujurnya ia malas minum minuman beralkohol mala mini karena harus mengantar Elsa ke penthouse. Namun sialnya, tatapan Nicholas disalahartikan oleh Alviana dan Willy, mereka menggangguk seakan mengijinkan Nicholas untuk hengkang dari hadapan mereka. Teman tak peka! Rutuk Nicholas. Dengan terpaksa, Nicholas mengiyakan ajakan lucy. Secara tak langsung, ia melepaskan pengawasan ke Elsa yang ternyata sudah tidak ada di mejanya.

***

Elsa baru saja selesai mencuci tangannya di toilet ketika sebuah tangan menariknya dengan keras hingga ia terpekik kaget. Tangan kuat itu menyekap mulutnya dan menyuntikkan cairan bening ke tengkuknya. Elsa kaget dan memberontak. Kakinya ia hentakkan dan berusaha melawan membabi buta. Air matanya mengalir dan nafasnya menderu karena takut dan panik. Namun efek obat itu sepertinya sudah mulai bekerja, sekuat apapun ia meronta, tubuhnya tidak melakukan apa yang otaknya perintah. Hingga tubuh mungil itu lemas tak berdaya di dada bidang si pria. Dalam sisa-sisa kesadarannya, Elsa masih bisa merasakan tubuhnya digotong ala bridal style oleh si pria yang memakai topi hitam, masker, serta jaket hitam. Namun seberapapun kerasnya pria itu membunyikan wajahnya, Elsa dapat mengenali mata dan sorotan itu.

"Nich... " Rintihnya sebelum ia benar-benar pingsan.

***

Sudah lebih dari 10 menit, Elsa tidak balik juga ke meja dimana Nata dan Issabele duduk. baru saja Issabele akan menghubungi Elsa, ponsel nata bergetar menandakan ada pesan masuk.

Aku pulang duluan. Jangan tunggu aku, aku sama Nicholas.

"Hah. Dasar mereka." Nata pun terkekeh membaca pesan Elsa. Ia melihat kearah dimana Alvian dan Willy masih asik menggerakkan tubuhnya, Nicholas tidak ada disana. Ia meneguk habis wine merah yang sudah tersisa setengah. Hari ini ia menumpang dengan Issabele yang diantar oleh sopir maka dari itu ia berani minum alcohol malam ini, sedangkan Elsa memang bersama Nicholas. Alvian bareng dengan Willy. "Kita pulang saja yuk, lagian Elsa dan Nicholas sudah kabur bareng." Nata beranjak dari sofa. Issabele mengangguk dan menghabiskan sisa minumannya.

"Bilang dulu, sama mereka." Ajak Issabele. Kedua gadis itu segera menuju lantai tengah namun sangat susah karena terhalang ramainya pengunjung pesta. Bahkan Nata yakin, tidak semua tamu disini yang kenal dengan Lucy, atau Lucy bisa jadi tidak mengenal mereka. Entah apa yang dipikirkan gadis berambut pirang itu saat dengan lantangnya ia berkata di depan fakultas kemarin, bahwa pesta ini terbuka untuk umum dan para tamu boleh mengajak teman mereka. Sontak semua, terutama para lelaki di kampus mereka berteriak senang, karena akses gratis ke The Edison Ballroom. Menyerah dengan ramainya tamu yang hadir, Issabele hanya mengirim pesan singkat ke Willy yang mengatakan bahwa ia pulang duluan. Mereka tidak sadar, bahwa Nicholas berada disalah satu meja yang dekat dengan bartender duduk bersama Lucy.

***

Biip. Suara pintu terkunci benar-benar terdengar di ruangan luas itu karena sepinya suara dari luar mengingat ruangan megah itu berfasilitaskan kedap suara. The Edison ballroom memang menyediakan kamar private bagi pelanggannya yang sayangnya kini disalahgunakan oleh pria yang tadi membawa Elsa.

Ia menghempaskan tubuh lemas Elsa ke ranjang disana. Gadis itu bergeming karena masih pingsan. Pria melepas topi dan maskernya, ia duduk di samping ranjang sambil menatap Elsa yang masih memejamkan mata.

"Kau cantik." Ucapnya tertahan sambil menelusuri pipi mulus Elsa dengan jari telunjuknya. Dilepasnya heels Elsa dan dilemparnya sembarang. Pria itu kembali ke sisi ranjang dan kini matanya menatap lapar tubuh Elsa yang indah.

"Eunghh..." Elsa mengerjap-kerjapkan matanya namun semua itu terasa berat. Kaki dan tangannya sama sekali tak bisa di gerakkan. Ia ingin berteriak namun hanya desisan kecil yang keluar dari bibir mungilnya. Sepertinya obat itu benar-benar melumpuhkan semua anggota tubuh serta suaranya.

"Kau sudah bangun, Sayang?" Suara bariton pria terdengar membuat tubuh Elsa menegang. Ia berusaha memberontak padahal pria itu tidak mengikatnya sama sekali.

"Ma...rio..." Bahkan mengucapkan satu kata itupun elsa terbata-bata. Mario-pria yang membawa Elsa-menegakkan tubuh Elsa dan membaringkannya di senderan ranjang.

"Kenapa, sayang? Kau rindu padaku?" Mario mengelus pelan pipi elsa. Jemarinya menjelajahi semua permukaan wajah cantik itu hingga tangannya terhenti di bibir Elsa. "Sesuatu yang aku sukai." Ucapnya, kemudian dilumatnya kasar bibir Elsa tanpa perlawanan. Elsa menangis, air matanya mengalir dengan deras membasahi pipinya. Seumur-umur tidak pernah ia diperlakukan seperti ini. Bahkan ketika Mario memasukkan lidahnya dan menjelajahi gigi rata gadis itu, Elsa tak bisa melawan. Ia hanya bisa meraung dalam hati dan berdoa agar ada yang menolongnya.

"Kau sangat sexy Elsa." Mario menarik Elsa agar mendekat. Mulai dibukanya retsleting gaun yang menutupi tubuh gadis itu. Elsa hanya bisa terisak. Obat yang di bawa Mario memang sangat ampuh untuk membius manusia. Tak sembarang orang yang bisa mendapatkannya, kecuali memiliki akses ke rumah sakit. Dan Mario memiliki itu. Akses dimana dia dikenal semua dokter di rumah sakit St. Lucia. Menemukan obat penenang dan bius seperti ini sangat mudah apalabila rumah sakitnya seperti St. Lucia.

Dilepasnya gaun Elsa secara paksa hingga terdengar suara bunyi sobekan tanda gaun itu robek, Elsa merintih sakit ketika gaun itu dilepas secara paksa oleh Mario menyisakan tubuhnya yang kini hanya tertutupi pakaian dalam. Elsa masih terisak tanpa suara dan isakannya makin keras walau tetap tidak berbunyi ketika Mario akan melepaskan celana dalamnya. Sebuah ringtone terdengar dari luar kamar. Mario mengumpat karena merasa aktivitasnya di ganggu. Ia pun segera keluar kamar meninggalkan Elsa yang kini sudah gemetaran takut.

Nicholas... tolong aku!

***

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang