23. Memulai

28 3 0
                                    


"Dia hari ini balik ke Paris."

Elsa yang awalnya menegang, secara perlahan menjadi rileks dan menyandarkan tubuhnya di sandaran jok. "Ah syukurlah.." Elsa bergumam kecil. Namun gumaman itu tak luput dari pendengaran Nicholas.

"Kau senang?" Tanya Nicholas dengan kening berkerut.

Elsa menoleh dan menganggukkan kepala. "Ya. Jujur aku senang."

Nicholas seperti ada yang tidak beres dengan pendengarannya. Elsa senang Mario pergi? Apakah ini... "Kau tidak bersamanya? Maksudku.. setelah tau kebenaran itu.. kau.." Nicholas terbata-bata bertanya kepada Elsa karena saking tak percayanya.

"Kau mengira aku akan balik dengannya??" Elsa mendelik kaget dan menutup mulut tak percaya.

"Kemungkinan selalu ada, Elsa." Nicholas mengendikkan bahunya.

"Awalnya aku memang bodoh karena sempat memikirkan ingin mengulang lagi. Tapi, dia hanya masa laluku. Aku tak suka dengan masa lalu, apalagi berhubungan dengan dia." Elsa teringat dengan permintaan egois Mario kemarin dan seketika kekesalan menjalar di hatinya. Elsa mengakui ia sempat bimbang dengan Mario saat tahu kebenaran itu. Namun, beberapa hari menenangkan pikirannya sendiri di dalam kamar membuatnya mampu berpikir jernih.

"Aku kira.. kau baru saja LDR dengannya. Aku sempat heran melihat kau tidak mengantarnya ke bandara."

"Kenapa kau tidak bertanya kepadaku kalau kau penasaran?"

"Aku tahu privasi, Nona Danich." Nicholas tersenyum jahil pada Elsa. Dalam hati ia merasa senang sampai-sampai ingin merengkuh gadis di sampingnya dan menciumnya secara bertubi-tubi. Tanpa sadar senyuman lebar tercetak jelas di wajahnya yang tampan. Jadi aku hanya takut pada hal yang belum pasti? Oh Nicholas. Kau pengecut sekali. Bahkan ini terlalu mudah. Kisah yang mudah. Soraknya dalam hati.

"Kenapa kau senyum-senyum?" Tanya elsa curiga.

"Ah tidak kenapa. Apakah aku tidak boleh tersenyum? Kata orang, kadar ketampananku bertambah jika aku tersenyum." Noicholas memamerkan gigi rapinya yang putih. Elsa hanya menggeleng-geleng tak menyangka dengan rasa percaya diri teman dekatnya ini.

Nicholas kembali menjalankan mobilnya. Namun sepertinya nasib sial sedang menimpa mereka berdua. Mobil yang dikendarai Nich terasa tidak stabil saat berjalan. Elsa mengalihkan pandangannya ke arah Nicholas dengan tatapan bertanya.

"Mobilmu kenapa nich?"

"Aku tak tahu. Sepertinya ada masalah, Elsa." Nich pun menepikan mobilnya sebelum mobil itu benar-benar tidak bisa berjalan. Ia melihat ke jok belakang dan sialnya tidak ada payung disana.

"Kau mau keluar? Ini masih sangat deras." Elsa melotot kaget melihat Nich sedang melepaskan kemejanya dan hanya menyisakan kaos polo putih. Berapa lapis pria ini memakai baju. Pikir Elsa dalam hati.

"Aku harus mengeceknya. Tunggulah di sini Elsa, jangan coba-coba keluar." Micholas pun membuka pintu mobil, beberapa tetesan air masuk ke dalam mobil dan membasahi dasbor. Dilihatnya Nicholas memutari mobil dan ternyata ban sebelah kanan di bekalang sudah kempis dan tidak tertolong. Ia pun masuk ke mobil dalam kondisi basah.

"Bagaimana nich??" Elsa menatap kawatir Nicholas yang sudah basah kuyup. Tetesan air mengalir dari ujung-ujung rambutnya membuat Elsa beberapa saat terpana. Pria ini sangatlah sexy! Elsa segera menggeleng untuk menyadarkan diri. Elsa mengambil tissue yang terletak di jok belakang dan membantu Nich untuk mengeringkan wajah dan tangannya. Kegiatan itu berjalan biasa saja sampai pada akhrnya Nich menatap mata Elsa dan terdiam. Elsa melihat mata Nicholas karena merasa diperhatikan. Ia semakin gugup dan mengalihkan pandangannya. Tangannya berhenti mengelap wajah Nich dan turun ke bawah. Namun sedetik kemudian,Nnich menahannya.

EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang