38. Tolong!

36 4 0
                                    

Elsa sudah lebih bisa menggerakkan kaki dan tangannya walau masih lemas. Mario baru saja kembali dari kamar mandi dan segera mendekati Elsa yang masih hanya menggunakan bra dan celana dalam. Dengan sekuat tenaga, Elsa menendang aset berharga Mario dan pria itu mengerang keras hingga terduduk. Elsa berusaha untuk berdiri dan berlari keluar kamar dengan mengambil jaket Mario yang kebetulan terletak di sofa. Namun karena tubuhnya yang lemas, beberapa kali ia jatuh terduduk dan menangis. Baru saja ia akan bangun, ketika sebuah tangan besar menariknya kasar dan menghempaskannya ke sofa. Elsa terpekik keras. Kali ini suaranya benar-benar sudah keluar.

"Hentikan Mario!! Tidak!" Elsa memberontak ketika tubuhnya ditahan oleh Mario disofa. Kedua tangannya terkunci di kanan dan kiri. Elsa berusaha memberontok, kakinya menendang dengan membabi buta berharap dengan begitu ia bisa melepaskan diri dari Mario. Melihat Elsa yang tidak mau diam, Mario menampar pipi gadis itu dengan keras hingga menyebakan beberapa bercak darah berada di tangannya. Bibir gadis itu sudah berdarah. Elsa terdiam beberapa saat saat dunia tiba-tiba menggelap dengan suara keras berdenging di telinganya. Rasa sakit menjalar diseluruh wajahnya hingga membuat kepalanya sakit.

"Kalau kau diam, aku tidak akan kasar begini, Elsa!" Mario teriak dan mecoba mencium bibir elsa, namun gadis itu segera memalingkan wajhnya ke samping. Mario menggeram marah. Di raihnya dagu elsa dengan kasar dan dilumatnya bibir ranum yang sudah bernoda darah itu. Elsa menggeliat dan memukul Mario sekuat tenaga tetapi apa daya tubuhnya masih saja melemas seperti tadi.

"Jang...an...hmpp...le..pash..." teriak Elsa disela-sela Mario mencium bibirnya dengan kasar. Bahkan tanpa sengaja gigi Mario melukai gusi Elsa membuat wanita itu merintih. Elsa kemudian mencakar pipi Mario membuat pria itu lengah dan kesakitan. Elsa menendang Mario dan mengambil jaket pria itu untuk menutupi tubuhnya ketika lagi-lagi Mario berhasil mengambil pergelangan tangannya dan menarik Elsa hingga gadis itu jatuh dan terseret. Kemudian sebuah suara keras mengagetkan Elsa bersamaan dengan tubuh Mario yang terjatuh ke lantai.

***

Nicholas membuka ruangan itu dengan tergesa-gesa bahkan sebelum ia mempersiapkan diri melihat apa yang terjadi di dalam. Demi Tuhan, Mario tengah menyeret Elsa dengan kasar. Tidak perlu berpikir untuk kedua kalinya, Nicholas langsung memukul rahang Mario hingga pria itu terjatuh ke lantai. Elsa memekik kaget dan segera beringsut kesudut dinding berusaha menutupi tubuhnya dengan jaket yang ia pegang. Ia menangis sejadi-jadinya dengan pipi dan bibir yang masih amat terasa perih.

Nicholas kembali memukul Mario dengan gelap mata. Mario bahkan sudah tidak bisa melawan dengan darah mengucur deras di hidung dan mulutnya. Tangisan pilu Elsa mampu menyadarkan Nicholas. Nicholas segera menghampiri Elsa yang kini tengah terduduk di sudut dinding ruangan. Kedua lututnya tertekuk dan ia masih berusaha menyembunyikan tubuhnya dengan jaket Mario. Nicholas segera mengambil selimut yang ada di ranjang dan membalut tubuh elsa.

"Elsa, ini aku, tenang. Aku sudah disini." Ucap Nicholas parau. Ia dengan pelan merengkuh tubuh Elsa yang sudah gemetar hebat. Elsa makin terisak kencang ketika rasa nyaman dan lega segera menghampiri dirinya.

"Aku.. takut.. takut.." cicit elsa. Hati Nicholas amat terluka mendengar cicitan elsa yang terdengar lemah dan tak berdaya. Dieratkannya pelukan itu.

"Maafkan aku.. maaf.. aku berjanji tidak akan meninggalkan kamu lagi.. Elsa.." Nicholas mengusap-usap kepala Elsa dalam pelukannya sampai terdengar suara pintu terbuka dari luar. Alvian dan Willy dengan nafas terengah-engah tengah melihat apa yang sudah mereka lewatkan. Nicholas yang terkenal tenang, mengamuk karena hal ini.

***

"Nich.. turunkan aku. Aku malu." Nicholas menggendong Elsa dengan bridal style, melihat kondisi Elsa, tidak memungkinkan untuk gadis itu kembali memakai gaun yang sudah robek. Walaupun raut muka gadis itu sydah tenang, namun seluruh tubuhnya masih bergetar dan Nicholas merasakannya. Dengan terpaksa Nicholas memakaikan bathrobe ke tubuh Elsa. Alvian dan Willy mengurus Mario yang sudah pingsan tak sadarkan diri. Mereka akan menjebloskan Mario ke penjara dengan bukti suntikan dan pengakuan Elsa nanti.

"Kalau aku turunkan, kau akan lebih aneh karena berjalan di parkiran sambil menggunakan bathrobe, Elsa." Nicholas tetap berjalan melewati beberapa mobil yang terparkir hingga ia sampai pada mobil sportnya. Didudukannya elsa kemudian disettingnya jok mobil agar rendah dan elsa bisa berbaring. Elsa tidak menolak. Tubuhnya memang masih lemas dan sakit tentunya.

Nicholas segera memutari mobil dan masuk ke pintu pengemudi. "Kita ke rumah sakit, ya? Aku tidak bisa melihat kau terluka begini." Nicholas mengusap lengan elsa dengan penuh perhatian. Sangat berbeda dengan sikap Mario tadi. Melihat luka memar serta darah yang masih berbekas di bibir elsa, membuat Nicholas merasakan sakit di hatinya. Tangannya kembali terkepal erat. Ia merasa belum puas membalaskan semua perlakuan Mario ke elsa tadi.

"Tidak mau. Aku obati nanti saja di penthose.." ujar elsa lemah. Bahkan sampai sekarang tubuhnya terasa lemas akibat pengaruh obat tadi. Ternyata Mario memerikan dosis besar.

"Tapi, Elsa. Pria brengsek itu memberikan kamu obat dengan dosis besar! Aku tidak mau kau kenapa-kenapa karena hal itu. Tolong jangan buat aku tersiksa begini." Bahkan sekarang Nicholas tidak sudi untuk mengucapkan nama Mario terlebih lagi di hadapan Elsa.

Elsa terdiam. Ia memang sedari tadi merasa pusing dan mual namun urung memberi tahu Nicholas karena tidak mau menambah kekhawatiran pria itu. "Nich, daripada kita ke rumah sakit, lebih baik antarkan aku ke penthouse, tolong."

Nicholas mengembuskasn nafasnya dengan keras. "Baiklah. Tapi tidak ke penthousemu. Malam ini kau akan kujaga."

***


EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang