[04] Tidak akan Pergi

12.1K 708 68
                                    

"Jika kamu tidak berhasil mendapatkan apa yang kamu mau, setidaknya jangan mengambil apa yang orang punya."

_____________

Seorang gadis tengah terbaring lemas dengan mata terpejam. Di temani dengan seorang cowok di sampingnya. Sudah lima belas menit sejak Alfy membawa Nadia ke UKS dan menunggu gadis yang sedang terbaring, namun dia tak kunjung membuka matanya juga.

Cowok di sampingnya yang tak lain adalah Alfy memperhatikan wajah gadis di hadapannya dengan lekat. Wajah gadis itu terlihat damai dan tenang. Namun, ada luka lebam yang membiru di pipi wajah cantiknya.

Mengingat kejadian tadi, Alfy menggeram. Ini semua salahnya. Nadia seperti ini karena dirinya, karena mencoba melindunginya.

Perlahan tangan Alfy terulur mengusap lembut pipi Nadia yang membiru, membuat gadis di hadapannya terusik dan meringis pelan. Melihat itu, Alfy dengan cepat menjauhkan tangannya.

Nadia membuka matanya perlahan, dia meringis kala merasakan seluruh wajahnya berdenyut, terutama pada bagian pipinya. Alfy mencoba membantu Nadia untuk duduk.

"Nad, masih sakit ya?" Alfy juga ikut meringis melihat lebam di pipi Nadia. Nadia tersenyum tipis. Ia tidak bisa berbohong, karena memang nyatanya wajahnya berdenyut, ngilu.

"Sorry, Nad. Gara-gara gue, lo jadi kayak gini," ujar Alfy dengan nada penuh penyesalan, Nadia hanya membalasnya dengan tersenyum maklum. Ini juga memang bukan sepenuhnya salah Alfy, atau memang bukan salah Alfy? Sudahlah, lagi pula Nadia malas mengingat kejadian beberapa saat lalu yang telah menimpanya.

"Nggak apa, Al. Santai aja," Nadia mencoba tersenyum kembali meskipun rasa ngilu kembali terasa saat dirinya mencoba mengangkat sudut bibirnya.

Suara decitan pintu di buka berhasil membuat Nadia dan Alfy melihat kearah pintu. Di lihatnya seorang lelaki berpenampilan acak-acakkan menghampiri mereka. Desta datang dengan napas yang memburu dan segera menghampiri mereka.

"Nadia," lirih cowok itu, lalu mendorong tubuh Alfy agar menjauh dari samping Nadia. Alfy hanya bisa mendengus ketika mendapat perlakuan itu dari Desta.

"Masih berani lo dateng kesini? Kemana aja lo?" sindir Alfy sinis.

Desta tak menggubris pertanyaan Alfy, cowok itu mematung kala pandangannya bertemu dengan mata bening milik Nadia, gadisnya. Dia memandang wajah gadisnya yang membiru di bagian pipinya, membuat dia ikut meringis juga menimbulkan perasaan bersalah yang mendalam. Dengan perlahan Desta mengulurkan tangannya hendak menyentuh Nadia, namun sebelum itu Nadia terlebih dulu menepis tangannya kasar.

Mata Nadia berkaca-kaca. Dan itu membuat Desta yang menatapnya kembali merasa bersalah, tidak hanya itu Desta juga merasakan hatinya yang mencelos.

"Pergi lo, brengsek!" maki Alfy menarik lengan Desta, Desta yang tidak terima kembali mendorong tubuh Alfy. "Diem lo, bangsat!"

"Nadia gak mau ketemu sama lo!"

"Lo gak tau apa-apa!"

Kemudian Desta kembali menatap Nadia yang masih menunduk. "Sayang," Desta kembali mendekat. Mencoba meraih dagu Nadia, tapi sebelum itu semua terjadi, lagi-lagi Nadia menepis lengannya. "Pergi!" ujar Nadia dengan suara paraunya. Nadia mengalihkan pandangannya kearah jendela.

"Tapi, sayang.. kamu.."

"PERGI!!" teriak Nadia dengan napas yang memburu dan air mata yang mulai mengalir, mendengar dan melihat itu hati Desta seperti di sayat oleh ratusan belati. Lagi-lagi dia membuat gadisnya menangis.

"Lo liat 'kan? Nadia gak mau liat muka lo! Pergi lo!" Alfy kembali memaksa Desta untuk keluar dari ruangan, kali ini Desta tidak memberontak. Membiarkan Alfy mencaci dirinya dan menarik tubuhnya memaksa dia untuk keluar dari ruangan.

"Gue bisa sendiri." ujarnya sambil menepis kasar tangan Alfy dan berlalu dari UKS setelah sebelumnya melirik Nadia sekilas.

Setelah memastikan Desta pergi, Alfy kembali menghampiri Nadia yang menunduk dengan bahu yang naik turun. Bisa Alfy pastikan jika Nadia sedang menangis. Alfy kembali mendekati Nadia dan mengelus bahunya lembut.

"Nad, mau gue peluk?" tawar Alfy. Nadia segera mendongak dan menghapus sisa air matanya dan memandang Alfy kesal, "apasih, Al." protesnya, namun tak ayal membuat pipi Nadia bersemu.

"Lo lucu kalau lagi blushing." ujar Alfy semakin gencar menggoda Nadia.
Nadia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia tersenyum dibalik telapak tangannya.

"Kok di tutup sih?"

"Gue malu, Alfy."

.....

"Hajar gue!" Semua orang yang berada di sana memandang Desta terheran-heran. Mau apa cowok itu? Datang-datang langsung teriak-teriak tidak jelas dan minta di hajar. Mereka semakin mengerutkan kening ketika melihat penampilan Desta yang terlihat sangat berantakan.

"Lo kenapa, bro?" tanya Gilang teman sekelas Desta yang juga merupakan anggota geng-nya. Dia mencoba menghampiri Desta. Berniat menenangkan Desta.

"Hajar gue!" Bukannya menjawab, Desta malah kembali mengulangi ucapannya sebelumnya.

"Lo kena..

Bugh.

Satu bogeman mendarat mulus di pipi Gilang. Perlakuan Desta yang menyerang Gilang membuat semua orang yang berada disana terdiam. Gilang yang mempunyai watak yang mudah tersulut emosi itu jelas tidak terima ketika Desta menyerangnya secara tiba-tiba dan juga tanpa disertai alasan.

"Anjing!" Gilang membalas pukulan Desta dengan keras membuat Desta jatuh tersungkur ke belakang. Semua yang berada di situ lantas bangkit dan menghampiri Desta yang jatuh terduduk dengan darah yang kembali mengalir dari hidungnya. Sebagian dari mereka juga ada yang menenangkan Gilang.

"Kenapa sih, lo?"

Desta tidak menggubris pertanyaan temannya yang lain, dia bangkit dan menjauh dari tempat itu.

Setelah menemukan tempat yang cocok, Desta cowok itu mengambil satu batang rokok dari bungkusnya dan memantiknya dengan sebuah korek gas.

Cowok itu menghirup benda itu dengan santai, dia terlihat sangat menikmatinya. Dia melakukannya beberapa kali hingga menghabiskan satu bungkus rokok.

Dia menatap kosong ke arah tangannya. Dengan tangan ini dia dengan kerasnya memukul Nadia dan melukai gadisnya itu. Memang dia tidak sengaja nelakukannya, tapi tetap saja itu membuat gadisnya terluka.

Dilanjut dengan kejadian di UKS tadi, dimana dia melihat wajah gadisnya yang di penuhi oleh luka lebam karena dirinya, ditambah dengan kehadiran Alfy yang nyatanya lebih Nadia butuhkan daripada kehadiran dirinya, membuat emosinya memuncak tak terkendali.

Desta mengambil cutter dari sakunya yang selalu ia bawa kemanapun, dia kembali mengarahkan cutter itu ke pergelangan tangannya. Padahal, luka kemarin saja belum mengering. Namun, persetan dengan itu. Ia selalu melakukan ini ketika merasa frustasi ataupun jika telah membuat gadisnya terluka.

Dengan lihai, Desta menggores kulitnya itu hingga membentuk sebuah kalimat 'Nadia Mine', setelah merasa cukup, Desta melempar cutter-nya asal dan menggeram.

"You're mine, Nadia." gumamnya.

"Alfy sialan, tunggu balesan dari gue." Desta mendesis sambil menghapus darah yang semakin mengalir deras dari tangannya, kemudian dia membalut tangannya itu menggunakan sapu tangan pemberian Nadia dulu. Dia tersenyum miris ketika melihat sapu tangan itu, menurutnya sapu tangan itu identik dengan warna kesukaan Nadia, biru. Ah, mengingat itu membuat Desta semakin merasa bersalah.

"Gue gak akan biarin lo pergi dari hidup gue. Lo itu milik gue, Nadia. Milik gue." desis Desta geram.

Dan gue gak akan biarin lo bahagia.
.
.

.
..
...
Tbc....

Pendek? Iya tau kok, sengaja di cut karena ada surprise untuk part selanjutnya.

Budayakan vote sebelum membaca, dan komentar sesudah membaca.

Salam literasi,
fitrimayesa

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang