"Sebelum bertanya pada seseorang kenapa dia berubah, cobalah bertanya pada dirimu bagaimana kamu memperlakukannya."
________
Semester akhir masa Sekolah Menengah Atas disibukkan dengan padatnya kegiatan dan ujian, mulai dari ujian praktik, try out hingga simulasi ujian. Banyak dari mereka yang berjuang demi hasil yang memuaskan. Soal-soal ujian seakan menjadi sahabat terbaik yang selalu berdekatan beberapa bulan terakhir menjelang Ujian Nasional.
Kelas dua belas, akhir dari kisah sekolah. Banyak dari mereka yang dilema akan masa depan ketika masa ini usai. Ada yang sebagian memilih bekerja dan sebagian lain banyak yang mengiginkan untuk lolos perguruan tinggi yang menjadi impian. Saat ambisi mulai tersulut, semangat pun kian menggebu. Lembur malam demi malam agar terhindar dari kegagalan. Membuat keputusan demi keputusan untuk menghindari keputus-asaan. Karena, kehidupan setelah SMA tidaklah mudah.
Sebagai salah satu siswa tingkat akhir, Desta mulai sibuk dengan berbagai ujian. Pernah mengeluh ketika tugas dan ujian tak kunjung usai, belum lagi mempersiapkan tes untuk masuk ke perguruan tinggi, Desta memilih serius. Sadar akan dirinya yang selalu menyepelekan pelajaran selama dia menempuh pendidikan di sekolah ini, dia sekarang menyesal.
Desta bahkan mengundurkan diri dari tim futsalnya sebelum turnamen tahunan di laksanakan. Keputusannya memang disambut kecewa para anggota yang lain, tapi mereka mencoba memaklumi.
Saat ini, dia berada di kelas. Ditemani dengan buku-buku tebal yang sudah berserakan di meja miliknya, membaca satu per satu tulisan bercampur angka di dalamnya membuat Desta terus menguap bosan.
"Des, lo rencana mau lanjut kemana?" Gilang mengambil kursi di sebelah Desta setelah meletakkan teh kemasan botol di meja yang langsung di minum Desta.
"Gue rencana ambil di Bandung, itu pun kalau diterima." jawabnya ragu. Gilang mengangguk kecil dan melirik beberapa buku di hadapannya.
"Perjuangan lo buat masuk sana boleh juga," Gilang mengambil salah satu buku dan membacanya, belum satu menit dia sudah merasakan matanya yang mulai memberat. "Gue kok nggak yakin lo bisa masuk sana ya?"
"Lo aja nggak yakin, apalagi gue, nyet?" balasnya sewot yang di tanggapi Gilang dengan kekehan.
"Tapi kalau liat usaha lo sekarang, masih ada harapan kok buat lo masuk universitas." Gilang berujar menenangkan. Di tepuknya bahu Desta satu kali.
"Plin plan lo, setan!" Desta terlihat kesal dan Gilang tertawa puas. Mereka kemudian larut dalam suasana hening. Desta sibuk membaca dan memahami materi tes perguruan tinggi sambil sesekali meneguk teh kemasan botol pemberian Gilang dan Gilang yang menatap bosan cowok di sampingnya.
"Lo sama Nadia gimana?" pertanyaan itu sukses membuat Desta terdiam, dia bahkan menghentikan kegiatan belajarnya dan menutup semua buku dan merapikannya.
"Ya nggak gimana gimana."
"Yakin? Baik-baik aja kan kalian? Putus bukan berarti musuhan kali,"
"Yang bilang gue sama Nadia musuhan siapa?"
Gilang mengangguk paham dan tertawa kecil melihat Desta yang mulai kesal kembali. "Berati lo tau dong kalau Nadia mau pindah sekolah?"
"Iy—apa lo bilang?" Seakan menyadari seuatu, Desta menoleh pada Gilang dan menatapnya tajam. Gilang hanya tersenyum kecil melihat reaksi temannya itu. Siapa yang tidak terkejut mendapati fakta jika orang yang di sayang akan meninggalkan kita?
"Lo bilang apa barusan?" Desta mengulangi pertanyaannya.
"Nadia mau pindah. Pindah sekolah." Gilang menjawab dengan kalem.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Ficțiune adolescențiDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...