[02] Biarkan Seperti Ini

16.4K 983 127
                                    

"Ketika dia sayang padamu, maka ia akan melakukan segala cara agar tidak kehilanganmu."

____________

Jakarta, Juli 2017

"Anjir, mimpi apa lo semalem sampe di tembak most wanted sekolah?" Riana menanyakan hal itu dengan menggebu-gebu, baginya ini adalah sebuah keajaiban ketika Nadia, sahabatnya akhirnya melepas status jomlonya. Tidak, jangan salah paham. Nadia jomlo bukan karena tidak laku, tapi pilihan. Menurutnya, jomlo itu bebas, benar tidak? Jika kalian tidak sependapat dengan Nadia, itu terserah.

"Pake santet lo ya?" kali ini Heny yang ikut bertanya, ekspresi gadis itu tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun.

"Lo itu sekalinya ngomong unfaedah banget. Mending lo diem aja dah, stupid." balas Riana kesal, ia tidak habis pikir mengapa dia bisa berteman dengan orang sejenis Heny yang kerjaannya hanya membuat kesal siapapun yang mengajaknya bicara. Oke, bagaimanapun dia tetap sahabatnya.

"Diih, kenapa lo? Yang ngomong mulut gue ini. Kenapa lo yang sewot," balas Heny tak mau kalah. Tentu saja ia tidak terima dengan ucapan Riana yang bermulut cabe itu. Heny merasa perkataan Riana itu terlalu kasar dan tentu saja menyinggung harga dirinya.

"Ck. Heran gue sama kalian. Kalau bareng kerjaannya berantem mulu, gue gak jadi traktir kalian deh." Nadia berujar sedikit mengancam.

"Eh, gak bisa gitu dong, Nad. Gini-gini juga lo berhutang budi sama gue," ujar Heny. Riana dan Nadia memandang Heny dengan alis berkerut, tanda penasaran.

"Lo kan pernah minjem pembalut gue waktu lo tiba-tiba bocor di kelas." lanjut Heny santai, saking santainya membuat kedua cewek di hadapannya menatap takjub padanya dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Gue setuju sama lo, Ri. Sekalinya dia ngomong unfaedah banget. Hen, lo diem aja dah ya." Pinta Nadia menatap Heny dengan pipi yang sudah memerah, tentu saja siapa yang tidak malu ketika Heny mengungkit hal yang sangat sensitif bagi kaum perempuan? Ia yakin wajahnya kini memerah seperti tomat busuk.

"Dari tadi ngawur mulu. Back to the topic. Jadi, gimana ceritanya lo bisa di tembak sama senior angkuh itu? Dia selalu ngechat lo? Atau nelpon lo tiap malem? Cerita-cerita!" Nadia hanya menghela napas ketika mendapat pertanyaan beruntun dari Riana.

"Gue juga gak tau. Jangankan chat-an, deket sama dia aja kagak." jawabnya. Memang benar dia sama sekali dengan senior angkuh yang kemarin memaksanya menjadi kekasihnya, pengecualian untuk nama. Nadia memang tahu nama senior itu, bagaimana dia tidak tahu, hampir setiap hari di sekolah, kaum perempuan sibuk membicarakan senior itu.

Desta Ransi Herdiansyah. Itulah namanya.

Cowok most wanted di sekolahnya, dan seseorang yang sangat di gilai kaum perempuan di sekolahnya. Nadia akui jika senior itu memang tampan. Tapi, mengetahui fakta jika seniornya seorang bad boy, ia jadi ilfeel sendiri.

"Nadia Adnan Husein." panggil seseorang dengan suara seraknya, kompak ketiga cewek itu refleks menoleh.

"Kak Desta." gumam mereka, kecuali Nadia. Nadia, cewek itu masih sibuk dengan pikirannya, seniornya itu panjang umur sekali. Dia menatap kearah seniornya itu. Pandangan mereka bertemu.

"Mulai hari ini, kamu berangkat dan pulang sekolah bareng aku!"

-Possessive Senior-

Jakarta, Oktober 2017

"Desta." panggil Nadia pelan.

"Iya, sayang?" respon Desta cepat. Mungkin bagi sebagian perempuan jika di panggil sayang pipinya akan memerah seperti kepiting rebus, terlebih lagi jika yang memanggilnya itu kekasihnya sendiri. Namun tidak dengan Nadia. Gadis itu tidak terpengaruh sama sekali dengan panggilan 'sayang' yang di lontarkan oleh Desta yang notabenenya kekasihnya sendiri, justru ia merasa risih ketika Desta memanggilnya dengan sebutan itu.

"Kayaknya aku gak bisa pulang bareng sama kamu, deh." ucapnya pelan, takut jika Desta akan kembali kumat.

"Kenapa? Mau coba ninggalin aku, kamu?" Desta berujar dengan masam. Lihat! Dia begitu mudahnya terpancing emosi. Kadang Nadia heran, mengapa Desta segitu berlebihan terhadap dirinya.

"Desta, kamu apaan sih. Aku mau nemenin Bunda kerumah Budhe dulu."

"Aku anterin." Nadia mengerjap ketika mendengar jawaban Desta. "Desta gak usah, aku naik taxi. Bunda udah ada di depan kok."

"Kamu lagi bohong ya?" Desta menatap Nadia dengan penuh selidik, tentu saja ia tidak akan langsung percaya. Dulu waktu mereka baru menjalani hubungan sekitar satu bulan, Nadia pernah bilang seperti itu, namun apa yang terjadi? Nadia malah pergi dengan teman cowok sekelasnya. Memangsih cowok itu hanya meminta Nadia untuk bertanya tentang keperluan kelas karena memang hanya Nadia lah yang tahu semuanya, tapi meski begitu ia tetap tidak suka.

Alhasil, keesokan paginya ia menonjok wajah cowok itu hingga mengeluarkan darah dari hidungnya. Akibat insiden itu, ia di beri surat panggilan orang tua dan sialnya lagi ia juga bertengkar dengan Nadia, hingga gadisnya itu mogok bicara padanya selama tiga hari. Dan itu cukup membuatnya frustasi.

"Desta, I'm serious," ujar Nadia sambil berdecak. Toh, memang kenyataannya kali ini dia benar-benar serius. Desta masih belum percaya, cowok itu menelisik mata Nadia, mencari kebohongan dari mata indah itu. Desta menghela napas pelan ketika gadisnya itu benar-benar berkata jujur.

"Ya udah sana, hati-hati! Kalau udah pulang kabarin aku," perintahnya, Nadia hanya mengangguk patuh lalu kemudian Desta mengecup kening Nadia lumayan lama.

"Aku pergi ya," Nadia tersenyum simpul, ia kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Desta. Namun, baru dua langkah gadis itu menghentikan langkahnya ketika sebuah tangan besar mencengkram pergelangan tangan kanannya. Tidak keras, namun cukup erat.

Nadia memejamkan matanya sejenak dan berbalik menghadap ke belakang. Desta. Mau apa lagi dia?

"Apa lagi?" tanya Nadia lembut, dan memaksakan senyumnya.

Desta tidak mengatakan apapun, ia malah melangkahkan kakinya semakin mendekat kearah gadisnya. Nadia yang melihatnya lantas mengerutkan keningnya bingung.

Desta mendekap erat tubuh gadis yang terasa pas dalam dekapannya. Tangan kanannya terulur mengusap lembut rambut hitam panjang milik gadisnya dan menghirup aroma rambut gadisnya yang menurut ia seperti candu baginya.

Mereka berada di posisi itu lumayan lama, hingga Nadia terlebih dahulu mengurai pelukan mereka. Nadia menatap Desta begitupun sebaliknya.

"Aku sayang kamu," ujar Desta. Dari matanya, Nadia bisa mengetahui jika cowok itu memang benar-benar tulus mengucapkannya. Dia hanya menanggapinya dengan sebuah senyum simpul. Entahlah, ia tidak bisa membalas ucapan Desta barusan. Setiap kali Desta mengatakan sayang, ataupun cinta ia sama sekali tidak pernah membalasnya. Sama sekali.

"Kasian, Bunda. Pasti lama nunggunya. Aku pergi ya," Desta masih menggenggam tangan Nadia erat, Nadia kembali memandang Desta yang menurutnya agak aneh hari ini.

"Love you," Desta kembali mengeluarkan suara yang hanya di balas anggukan oleh Nadia Setelah itu, Nadia pergi meninggalkan Desta yang masih setia menatapnya. Tujuannya saat ini, ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Desta.

Kamu milik aku, selamanya. Selamanya.

Tbc....
Vote&comment readers :')

Salam literasi,
fitrimayesa

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang