"Perihal rasa, kadang kita tak tahu bagaimana cara mengubahnya menjadi kata per kata. Kamu, masihkah perasaan itu bersarang dihati?"
_______________
Nadia mencoba menghubungi Desta berkali-kali juga mengiriminya pesan, namun tak kunjung mendapat balasan. Sudah satu jam dirinya menunggu Desta, namun cowok itu tak kunjung juga kembali.
Makanan yang mereka pesan pun masih tersisa utuh karena Nadia yang sudah tak napsu makan setelah Desta meninggalkannya disini karena suatu urusan yang katanya urgent. Nadia menatap keluar jendela, dilihatnya tetesan-tetesan air hujan yang semakin deras. Kemana cowok itu hujan-hujan begini? Apa mungkin Desta meneduh dulu sebelum menjemputnya? Ah, semoga dia baik-baik saja. Semoga hujan lekas berhenti agar Desta bisa menjemputnya.
Dengan ragu Nadia berkata. "Desta, aku alergi seafood."
Desta menatap Nadia lama, dirinya langsung panik mengetahui fakta itu. "Ya ampun, aku lupa. Beneran!"
Nadia tersenyum, Desta ternyata benar-benar lupa. "Kita pergi!"
"Kemana?"
"Cari tempat makan lain,"
"Nggak usah."
"Terus kamu mau makan semua ini gitu? Enak aja, aku nggak mau kenapa-napa. Kita pergi!" Desta tetap memaksa.
Nadia kembali menahannya. "Tapi kamu belum selesai makan," Desta mendengus pelan. "Bisa makan ditempat makan baru, ayo pergi!" Desta menarik Nadia keluar dari restoran seafood itu setelah sebelumnya Desta membayar.
Sampai akhirnya, mereka masuk ke tempat makan asli Indonesia. Desta segera memesan Nasi rames beserta empal daging kesukaan Nadia, tak lupa juga dengan Nasi uduk untuknya.
"Maaf ya, Nad. Aku beneran lupa." kata Desta yang dibalas anggukan oleh Nadia.
Ponsel Desta berdering, cowok itu langsung meminta izin pada Nadia untuk mengangkat panggilan. Setelah beberapa menit, Desta kembali dan langsung mengambil kunci motornya yang terletak di meja.
"Nad, aku harus pergi. Ada urusan penting. Kamu tunggu disini ya? Aku nggak lama kok,"
"Kemana? Aku ikut," Desta menggeleng tak setuju. "Kamu makan aja dulu, tunggu disini jangan kemana-mana. Sebentar kok,"
"Tapi makananya?" tanya Nadia ketika pelayan mengidangkan makanan. Desta menatap Nadia lama. "Nggak mau tahu, pokoknya harus dimakan!"
"Enak aja. Mana abis, kamu makan dulu ya, baru pergi?" usul Nadia.
"Nggak bisa, Nad. Aku harus pergi sekarang juga,"
Baru saja Nadia hendak protes kembali, Desta terlebih dahulu berkata padanya, meyakinkan dirinya. "Sebentar, aku janji bakal balik lagi. Kamu jangan kemana-mana!" Setelah mengatakan itu, Desta benar-benar pergi meninggalkannya.
I trust you, Desta. Cepatlah kembali.
Dua jam. Terhitung sudah dua jam dirinya menunggu kedatangan Desta, hujan pun sudah reda diganti dengan sejuknya udara sore. Namun, Desta juga tak kunjung datang. Nadia kembali mencoba menguhubungi cowok itu, panggilan tersambung. Dia menunggu Desta mengangkat panggilan, hingga panggilan tersebut berakhir dengan sendirinya. Berkali-kali Nadia mencobanya, namun tak kunjung diangkat juga. Kemana Desta?
Rasa khawatir langsung menyergapnya. Pikiran-pikiran buruk juga kembali memenuhi ruang dalam otaknya, tentang kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada cowok itu. Apa Nadia pulang saja? Tapi, bagaimana nanti jika Desta kembali dan mendapatinya tidak ada disini? Tidak. Nadia tidak mau lagi mengecewakan Desta, sudah cukup dirinya membuat jarak dengan cowok itu tempo hari, Nadia tidak akan mengulanginya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Roman pour AdolescentsDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...