"Sekiranya kita tidak memberikan yang terbaik, sepatutnya kita tidak terlalu mengharapkan yang terbaik."
____________
Seiring berjalannya waktu, manusia pasti mengalami perubahan demi sebuah perubahan. Setiap manusia pun pasti mengalami proses kehidupan masing-masing. Berusaha berubah menjadi pribadi lebih baik dari sebelumnya.
Seperti kutipan dari Lao Ztsu, seorang filsafat dari negeri Tirai Bambu,
Life is a series of natural and spontaneous changes. Don’t resist them; that only creates sorrow. Let reality be reality. Let things flow naturally forward in whatever way they like.
Ada dua kriteria dalam perubahan. Perubahan yang mengarah ke arah positif dan sebaliknya. Jika memang perubahan mengarah ke arah yang positif, hendaknya kita ikut mendukung. Pun sebaliknya, jika perubahan itu mengarah ke arah yang negatif, kita tidak berhak menghakimi. Karena, selalu ada alasan dibalik perubahan.
Desta menghela napas panjang. Melihat perubahan sikap Nadia yang berbeda membuat dirinya cukup shock, gadis itu seperti bukan Nadia dan Desta tidak suka akan hal itu. Entahlah, sikap Nadia terasa berlebihan menurutnya. Jika memang Nadia berubah karena dirinya, maksudnya berubah pasca dia dan Nadia tidak lagi bersama, bukan kah itu sama saja dengan egois?
Desta bahkan sudah melupakan tujuan awal dirinya memacari Nadia saat itu. Sebuah tujuan balas dendam akan kematian sepupunya, Ghea. Persetan dengan dendamnya pada gadis itu. Akan terasa kurang ajar jika dia menyimpan dendam pada seseorang jika orang itu pun bahkan tidak pernah mengusik hidupnya sedikit pun. Tuhan saja Maha Memberi Maaf, mengapa hamba-Nya tidak?
Sudah, jangan membahas dendam itu lagi. Sudah cukup dirinya tidak tenang memikirkan itu semua selama ini. Semua sudah berakhir. Desta rasa juga keputusannya tepat, mengakhiri sebelum menyesal.
Seusai menghampiri Nadia di kantin dan menegur gadis itu, yang dia dapati hanya tatapan jengah sarat akan kelelahan dari Nadia. Gadis itu bahkan hanya diam mendengarkan semua kalimat yang terlontar dari mulutnya dan tidak membantah sama sekali, lalu pergi begitu saja meninggalkan Desta yang di buat terpaku dengan sikapnya.
"Gila, nge fans gue sama mantan lo, Des. Sangar! Suka nih gue yang modelan gini," Gilang menyesap tembakau miliknya santai.
Ah, dia terlalu asyik melamun, sampai melupakan Gilang yang juga berada disini. Menemaninya. Desta menatapnya. "Mantan?"
Gilang mengamati Desta lalu terkekeh. "Yaiyalah, Mantan. Nadia kan mantan lo, gimana sih? Lupa?" Sambil menghisap panjang hisapan terakhirnya pada tembakau itu, lalu mengeluarkan asapnya di depan wajah Desta dan membuangnya sembarangan. Gilang mendekat ke wajahnya dan berkata pelan. "Atau, jangan bilang lo nyesel mutusin dia?" satu sudut bibir Gilang tertarik saat mengatakan itu.
Desta meliriknya tajam lalu mendorong wajah Gilang menjauh darinya membuat cowok itu sedikit oleng dan hampir terjungkal karena tidak siap akan perlakuan tiba-tiba temannya itu. "Desta anjing!" Gilang memegangi dada nya. "Gue hampir aja jatoh, setan!" makinya.
Desta tak peduli, dia meninggalkan Gilang yang terus menatapnya jengkel sambil misuh-misuh.
......
Jam sekolah belum berakhir, tapi Heny sudah berada di taman dan enggan masuk kelas. Ditemani Riana, sahabatnya, Heny langsung duduk di kursi panjang dan menangis. Berharap kejadian yang menimpanya tadi tidak nyata. Nadia tidak seperti itu. Tidak mungkin. Berulang kali ia mengelak kejadian itu. Tapi, sekeras apa pun menolak, kejadian itu memang benar adanya.
Isakan keluar dari bibirnya. Riana segera mengusap bahu Heny, mencoba menenangkan gadis itu. Bukan hanya Heny yang tidak percaya, Riana bahkan jauh lebih tidak percaya dengan sikap Nadia. Gadis itu sedikit keterlaluan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Teen FictionDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...