"Seandainya saja bisa, aku tidak ingin bertemu denganmu. Aku tidak suka orang pemaksa!"
____________
Jakarta, Agustus 2017
Ini sudah satu minggu sejak kejadian Desta, seniornya yang mengklaim dirinya sebagai milik cowok itu. Selama itulah dia semakin merasa kehidupannya sudah mulai berbeda. Sekarang, dia sudah jarang berkumpul bahkan berbincang lagi dengan Riana dan Heny. Interaksinya dengan orang lain juga terbatas. Dan itu semua karena senior angkuhnya itu.
Seperti saat ini, Desta dan dirinya sedang berada di kantin sekolah. Sebelum bel istirahat berbunyi, Desta sudah berada di depan kelasnya. Mengajaknya makan bersama di kantin. Desta melakukan kegiatan itu rutin setiap hari, tidak pernah absen. Terkecuali, jika memang ada sesuatu hal yang mendesak.
"Di makan dong, nanti dingin lho." ujar Desta sambil mendekatkan piring berisi bakso dengan uap yang masih mengepul. Nadia hanya memandang tak nafsu bakso di depannya.
"Gak suka ya? Mau aku pesenin yang lain?" tawar Desta lagi, Nadia dengan cepat menggeleng.
"Aku suapin ya," Desta menusuk satu pentol bakso ukuran kecil menggunakan garpu, meniupnya untuk memastikan bakso itu tidak terasa panas ketika mendarat di lidah gadisnya. Tentu saja ia tidak mau gadisnya kepanasan hanya karena sebuah bakso. Lalu, Desta mengarahkan bakso itu tepat di hadapan Nadia.
Melihat itu, Nadia memundurkan dirinya sambil menggeleng. "Aku bisa makan sendiri, kak." jawabnya, namun Desta menggeleng tegas.
"Buka mulut kamu!"
"Gak usah, kak."
"Buka!" geram Desta.
Dengan perasaan takut bercampur kesal, akhirnya dia menerima suapan dari senior angkuhnya itu, Nadia mengunyah dengan perlahan. Menikmati sensasi gurih yang menyelimuti lidahnya. Pandangannya menatap ke sekeliling, dan dia tertegun sesaat merasa pipinya memanas kala semua pasang mata yang berada di kantin menatap kearahnya.
"Lagi?" Tawar Desta sudah siap dengan satu tusukan di tangannya, Nadia segera mengambil garpu di tangan Desta, "nggak usah kak, malu diliatin,"
Mendengar itu Desta menatap ke sekeliling, dan benar saja mereka memang tengah menjadi objek tatapan di sini. Desta menghela napas pelan. "Biarin aja, mereka cuma iri ngeliat kita."
"Tapi, kak..."
"Nurut, bisa?"
"Iya, kak. Maaf."
"Gak perlu minta maaf jika memang tidak merasa bersalah." Nadia mengerjap mendengar kelanjutan ucapan Desta. Apa katanya? Meredam kekesalan, Nadia menghela napas. Fakta satu lagi, Nadia akan selalu salah.
"Iya, kak."
"Gak usah manggil kakak. Panggil nama aja," sela Desta. Lagi-lagi Nadia berusaha untuk bersabar. Sebenarnya apa mau seniornya ini?
"Tapi..." Desta berdecak. "Apa susahnya sih bilang nama?"
Meski agak ragu Nadia mengangguk. Sungguh, Nadia ingin sekali menenggelamkan seniornya itu ke sungai nil.
"I..iya, De..Desta." ada perasaan mengganjal kala dia menyebutkan nama senior angkuhnya itu.
"Good girl." Dan Nadia mendengus keras.
-Possessive Senior-
Jakarta, Oktober 2017
Suasana kelas kembali gaduh saat ketua kelas memberitahukan jika guru mata pelajaran hari ini berhalangan untuk masuk di karenakan sedang sakit. Tentu saja mereka sangat gembira, pasalnya guru mata pelajaran itu adalah guru kimia yang terkenal dengan suara cempreng dan cubitan mematikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Novela JuvenilDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...