[27] Dasar Kampret!

2.9K 197 18
                                        

"Apa yang ku anggap baik, selalu kau anggap buruk."

______________

Pulang sekolah, gadis cantik dengan rambut hitam ke cokelatan, Riana, tidak berniat untuk kembali pulang secepatnya ke rumah. Dia lebih memilih untuk mengunjungi sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari sekolah. Setelah berdebat lumayan sengit dengan Heny disekolah tadi karena dirinya yang tidak mau mengantar Heny pulang, akhirnya dengan alasan dia ingin menemui seseorang terlebih dahulu, Heny langsung pasrah meski dengan bibir yang memberenggut kesal.

Riana menatap Kafe bertuliskan 'Vino sweet caffe' dihadapannya, kemudian bergegas masuk kedalam. Dari tulisannya, sudah bisa ditebak kan Riana mau bertemu dengan siapa? Bunyi dari lonceng terdengar sesaat setelah dia masuk ke Kafe, membuat sebagian orang menoleh kearahnya. Riana hanya tersenyum saat mendapati tatapan dari pengunjung lain.

Ini bukan pertama kalinya dia berkunjung kesini. Setiap hari libur atau jika dia sedang suntuk, Riana pasti akan berkunjung. Suntuk yang dialami Riana hampir setiap hari, menurutnya yang membuat suntuk itu tugas yang tiada henti yang hampir selalu ada setiap hari. Biasa, keluhan anak sekolah. Dominasi warna putih dan cokelat susu membuat bangunan Kafe ini terasa lebih hidup dan kalem tentunya. Apalagi ditambah spot foto dipojok dekat pintu masuk dengan ornamen dan wallpaper dinding bergambar karakter unik membuat tempat ini sangat instagramable. Oh jangan lupakan satu fasilitas lagi di Kafe ini yang menjadi favorit pengunjung apalagi untuk Mahasiswa atau pelajar yang ingin hidup irit. Wifi.

"Frappucino nya satu mas," tutur Riana.

"Baik, mbak." jawab barista cowok didepannya tanpa sedikitpun menatap kearahnya. Riana mendengus kesal.

"Mas nya tampan banget, mau nggak jadi pacar saya?" usil Riana pada barista tersebut, siapa lagi kalau bukan Vino? Maaf-maaf saja, Riana bukan tipe cewek genit kok, tapi kalau sudah berhadapan dengan Vino, mungkin saja ada setan yang merasuki tubuhnya, membuat tingkahnya kadang sekilas mirip cewek yang suka menggoda. Iya setan genit.

Tak ada jawaban dari Vino, membuat Riana semakin gencar menggodanya. "Gimana, mas? Mau nggak?" ucapan itu diakhiri dengan kekehan geli Riana.

Gadis itu yakin jika Vino belum mengetahui jika yang menggoda itu dirinya, buktinya cowok itu selalu menunduk semenjak Riana mengucapkan pesanannya. Vino juga terlihat serius ketika meracik Frappucino miliknya.

"Maaf, mbak. Lebih baik mbak nya belajar yang bener! Sekolah dulu yang betul. Saya nggak berminat pacaran sama anak sekolah."

Eh?

Vino mendongak sambil menyerahkan Frappucino pesanan Riana yang sudah di racik, seraya tersenyum tipis. "Kalau pulang sekolah, sebaiknya pulang dulu ke rumah! Ganti seragam. Bukannya malah mampir ke sini," jeda sejenak sebelum akhirnya Vino kembali melanjutkan kalimatnya. "Apalagi mampirnya setiap hari, nggak baik,"

Apa barusan Vino menyindirnya? Dari nada bicara cowok itu memang terkesan biasa dan santai, tapi mengapa dirinya jadi merasa tersindir?

"Kakak nyindir aku?"

"Kamu merasa? Saya nggak bermaksud begitu kok, tapi kalau kamu merasa demikian, itu lebih bagus." jawan Vino.

Riana mendengus. "Ngeselin banget sih!"

Untung sayang.

Vino terkekeh melihat ekpresi kesal gadis didepannya. "Udah habisin cepat Frappucinonya! Terus kamu bisa pulang,"

"Kakak ngusir aku?"

Vino terbahak. "Kamu sensi sekali ya hari ini."

Riana menghela napas kasar. Baik, kali ini dia akan mengalah. Riana berbalik menuju kursi kosong tak jauh dari tempat Vino, gadis itu menyesap Frappucino miliknya. Pandangan Riana sedikit pun tak pernah lepas dari Vino yang menurutnya lebih tampan ketika sedang meracik.

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang