[14] Satria

4.5K 262 32
                                    

"Coba beri saya alasan, bagaimana agar saya tidak jatuh cinta padamu."

______________

SUASANA sekolah sudah mulai ramai. Maskipun masih pagi, tapi murid disini memiliki kesadaran disiplin yang tinggi. Jika biasanya murid di sekolah lain memilih berangkat agak siang, lain halnya dengan murid disini. Mereka akan berangkat awal untuk membersihkan kelas meski bukan jadwal piket mereka.

Pagi ini cukup mendung, awan tebal menghalangi cahaya matahari. Desta berjalan dengan santai menuju kelas, matanya menyipit tajam ketika ada beberapa siswi yang menyapanya. Mendapat balasan tak enak dari Desta, para siswi yang tadinya mencari perhatian dari cowok itu hanya bisa menghela napas kecewa.

Dilain arah, seorang cowok berperawakan lumayan tinggi berjalan tergesa-gesa, tatapannya lurus kedepan dan langkahnya semakin di percepat ketika melihat Desta.

Desta yang menyaksikan itu menautkan alis, menyaksikan cowok yang di kenalnya itu semakin mendekat ke arahnya, lalu dia mendengus saat cowok itu berlalu tanpa menyapa sekalipun. Dengan cepat Desta berbalik dan mengejar cowok itu. Merasa ada yang mengikuti, cowok itu juga semakin mempercepat langkahnya.

"Kenapa?"

Cowok itu terkesiap ketika Desta berhasil menepuk pundaknya pelan, mau tidak mau ia juga harus menghentikan langkahnya.

"Apa?" tanyanya datar.

"Lo masih marah?" Desta berujar tidak kalah datarnya.

Cowok itu mendengus.

"Lo pikir ini nggak sakit?" cowok itu menunjuk hidung nya yang di lapisi kain berwarna putih. Desta mengamatinya.

"Gue mesti ngabisin duit tabungan gue buat ngobatin ini," lanjutnya dengan gerutuan kesal.

Desta diam.

"Sorry,"

Kali ini giliran cowok itu yang diam. Dia mengernyit heran. Cukup kaget mendengar kata itu dari bibir seorang Desta. Diam-diam ia mengulum senyum.

"Lang?"

"Apa?"

"Maafin gue nggak?"

Gilang membuang muka.

"Lo harus maafin gue!" desak Desta terkesan memaksa.

"Kalau gue nggak mau maafin lo, gimana?" tantang Gilang dengan penuh percaya diri.

Desta menggeram kemudian mengangguk. "Gue bakal patahin tangan lo,"

Gilang meneguk salivanya kasar. Refleks memegang tangannya dan mundur selangkah. Desta mau mematahkan tangannya? Tidak terima kasih. Ia cukup menderita dengan tulang hidungnya yang retak.

"Kok lo maksa sih?" protes Gilang waspada. Desta maju selangkah dan Gilang mundur selangkah. Terus menerus sampai akhirnya punggung Gilang membentur tembok cukup keras. Gilang mengaduh pelan.

Desta yang melihat itu terkekeh, kembali melangkah mendekati Gilang. Gilang semakin panik melihat senyum sinis Desta. Ia tahu Desta memang tidak pernah bermain-main dengan perkataannya. Dan cowok itu membelalakkan matanya melihat kepalan tangan Desta.

"Oke, fine. Gue maafin lo."

Desta tersenyum mendengarnya. Tangannya kembali menepuk pundak Gilang. "Good."

"Ya. Sekarang singkirin tangan lo dari pundak gue!"

Desta lagi-lagi tersenyum dan menyingirkan tangannya. Gilang hanya bisa mencibir dan menyumpah serapah cowok di depannya. Tentu saja dalam hati, jika secara langsung, ia tak yakin jika dirinya esok hari masih bisa bernapas.

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang