[22] Lost

3.7K 260 48
                                    

Banyak yang nggak bisa buka bab ini, jadi saya post ulang :)
.
.

"Percayalah, tak ada kehilangan yang bisa membuatmu nyaman. Tak ada kepergian yang di dampingi dengan kesiapan."

______________

Desta harus menerima hukuman akibat ulahnya tadi yang sok menjadi pahlawan dengan menyerahkan topi miliknya pada seorang gadis yang tidak terlalu dekat dengannya. Dia menatap malas rumput-rumput bergoyang akibat tertiup angin yang mulai memanjang, seakan meledek dirinya untuk segera mencabuti. Sepertinya sekarang dia menyesal, bagaimana tidak, baru saja kemarin dirinya di skors selama 3 hari akibat pertengkaran sengit dengan cowok sialan itu, hari ini dia kembali ke sekolah dan malah mendapat hukuman. Menyebalkan sekali, bukan?

"Mau kemana kak? Mau kabur ya?" Desta yang sudah siap melangkah pergi pun mendengus. Dia menatap tak suka pada seorang gadis yang barusan bertanya padanya.

"Jangan gitu dong kak, jadi orang tuh harus bertanggung jawab." tegur gadis itu lagi santai. Desta mengangkat alisnya takjub, sepertinya gadis ini belum tahu siapa dirinya. Desta menyeringai dan menghampiri gadis itu.

"Cepat kak, bersihin! Kakak dari tadi cuma duduk aja lho. Jadi lelaki kok lemah si, kalah sama aku yang cewek. Udah gitu pengecut lagi karena mau kabur dari tanggung jawab," cibir gadis itu sinis. Desta dari tadi hanya menatapnya, gadis ini berani juga ternyata.

"Bacot!" semprot Desta sadis, tidak peduli siapa pun itu, jika sudah ada yang berani padanya apalagi sampai menasihatinya, Desta tidak akan tangung-tanggung memberinya pelajaran, meski hanya dengan kalimat pedas yang terlontar keluar dari bibirnya.

Gadis tersebut terhenyak mendengar Desta membentaknya. Takut, gadis itu memilih untuk mengucapkan maaf dan pergi dari hadapan Desta.

.......

"Merindukanku, sayang?"

Nadia menoleh dan tertegun. Seorang laki-laki dengan senyum manis nya menghampiri Nadia dan duduk disampingnya.

"Di skors 3 hari, jadi kangen banget sama lo, gue denger lo sakit? Sakit apa?" tanyanya sok akrab. Nadia hanya melengos tak suka. "Cuma demam."

Cowok itu mengangguk paham.

"Lagi banyak pikiran, ya? Kalau mau cerita, gue siap jadi pendengar kok, siapa tau dengan lo cerita ke gue, bisa jadi lebih baik,"

Nadia menggeleng tak setuju. "Nggak, makasih."

"Kenapa, Nad? Gue ada salah ya sama lo?"

Nadia menatap intens cowok disampingnya dan berkata. "Nggak, gue cuma mau sendiri, Satria. Tinggalin gue sendiri, please."

Satria mengangkat alisnya, tak rela melihat gadis disampinya muram. Satria tersenyum dan menangkup wajah Nadia yang terkejut diperlakukan seperti itu olehnya.

"Apasih, lepas!" Nadia meronta tak suka.

Satria tak membiarkannya dan terkekeh, membuat Nadia kembali berdecih. "Senyum dulu." kata Satria.

Nadia memberanikan diri menatap Satria, wajah cowok itu benar-benar serius. Tak lama kemudian, Nadia melihat cowok itu tersenyum tipis.

Satria yang merasa jika Nadia perlu sendiri pun mengangguk pelan. "Yaudah, kalai gitu gue pergi ya?"

Nadia mendecak. "Kenapa musti izin? Pergi aja sana!" ketusnya. Satria terkekeh senang.

Setengah menit Satria tak kunjung pergi dari sampingnya, mau tak mau Nadia kembali melihat cowok itu. "Kenapa masih disini?"

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang