[23] Be Better

3.7K 292 41
                                        

Untuk Silent Readers, apa kabar? Masih punya jempol tangan kan? Masih bisa digunakan kan? Coba dong sekali-kali tekan bintangnya😬 Nggak akan rugi kok :)
.....

"Be happy for other women, your time is coming."

____________

Nadia melangkahkan kakinya meninggalkan taman belakang sekolah, terkadang dia mengutuk dirinya sendiri yang begitu sensitif. Kejadian kemarin, saat dia menerima sebuah pesan dengan dua kata yang seketika menjungkir balikkan perasaannya, mengira jika yang mengirim pesan adalah Desta nyatanya salah besar. Pesan singkat itu memang bukan dari Desta, melainkan sebuah nomor asing yang ia duga salah sambung. Untuk itu, Nadia mensyukurinya. Setidaknya, ia masih bisa berbaikan dengan Desta, bukan?

Bicara tentang Desta, yang sedari awal mereka jadian, apalagi tidak jelas apa maksud dan tujuan yang mendasari cowok itu meminta paksa dirinya untuk menjadi kekasihnya. Nadia risih dengan kehadiran Desta, namun tak bisa dipungkiri, seiring dengan berjalannya waktu, terbiasa bersama dan menghabiskan waktu berdua, melakukan kegiatan kecil dan bercanda bersama, membuat dirinya nyaman berada disamping Desta.

Rasa nyaman itu perlahan berubah menjadi sesuatu yang bersarang pada hatinya. Entah rasa macam apa, tapi melihat sikap Desta belakangan ini, membuat hatinya serasa tercabik tak rela. Ia menginginkan Desta yang dulu. Senior pemaksa tapi lembut secara bersamaan. Mengingat itu semua, perut Nadia serasa bergejolak bahagia.

Nadia menyayangi Desta, mungkin? Ya, tentu saja!

Nadia menyadari itu baru-baru ini. Merasa ada yang kurang jika tidak ada Desta yang mengganggunya, meski cara dia mengganggu dengan memaksa. Nadia ingin mengulangnya kembali dari awal.

Nadia tersenyum mengingat apa saja yang dilakukan saat bersama Desta. Ah, sepertinya pikirannya sudah terkontaminasi virus merah jambu.

"Nad, bengong mulu. Kesambet tau rasa!" tegur Riana pelan. Nadia menoleh dan tersenyum malu.

"Sorry,"

"Kenapa? Wajah lo merah, lagi jatuh cinta ya?" tebak Riana menggoda Nadia.

"Apa sih, ngaco! Eh iya, Heny mana?" tanya Nadia berusaha mengalihkan pembicaraan, Riana menyadari itu dan memilih pasrah. Ia tahu Nadia perlu waktu.

"Nggak tau, dia juga nggak masuk kelas dari tadi,"

"Bolos?" tanya kembali Nadia, Riana mengedikkan bahu. "Kayaknya dia ngerasa bersalah sama lo," ujar Riana.

"Kenapa?"

"Ya, sikap kak Desta tadi pagi, kata Heny dia juga kaget dan nggak nyangka." Riana mengungkapkan ragu, Nadia berdehem pelan. Dia jadi tidak enak dengan Heny karena sempat berpikir yang tidak-tidak, padahal Heny juga tidak mengetahui apa pun. Duh, maafin Nadia ya Heny.

"Gue jadi nggak enak sama Heny, cari Heny yuk!" Nadia sudah bersiap keluar kelas, namun sebelum itu Riana mencekal pergelangan tangannya. "Bentar,"

Nadia yang heran pun menuruti. Dia melihat Riana mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari laci meja.

"Ini ada titipan dari temannya Alfy, katanya dari Alfy. Berhubung tadi lo nggak ada, jadi dia nitipin ke gue," jelas Riana sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna peach dengan pita diatasnya.

Nadia mengambilnya, seketika dia teringat dengan permintaan Alfy untuk mengantarnya ke bandara. Lagi-lagi dia merasa tidak enak. Pasti Alfy kecewa padanya, padahal selama ini cowok itu selalu berbuat baik padanya, entah untuk keberapa kalinya, Nadia kembali merasa bersalah.

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang