[09] Dimana Nadia?

7.3K 346 36
                                    

"Hidup itu pilihan. Tuhan menciptakan satu hati untuk satu orang. Jadi, jangan serakah!"

____________

Desta membantu Nadia duduk dengan hati-hati, lalu dia langsung memutar kursi dekat brankar untuk menghadap gadisnya. Tangannya segera mengambil tangan milik Nadia dan menautkan jemari mereka.

Nadia sebenarnya merasa risih dengan perlakuan Desta, namun ia membiarkan karena dia rasa percuma berdebat dengan Desta ketika kondisinya sedang seperti ini.

"Kamu disini dulu ya? Aku mau ke luar sebentar." tanpa persetujuan dari Nadia, Desta pergi dari UKS. Melihat itu, Nadia mendengus. Nadia mencoba membaringkan tubuhnya saat di rasa perutnya kembali bergejolak, mencari posisi ternyaman dan mencoba memejamkan matanya berharap akan sedikit meredam rasa mual yang sedari tadi sangat menyiksanya.

Lima belas menit kemudian, Desta kembali dengan satu kantong hitam dan minuman air mineral dalam botol. Dia meletakkan itu semua di nakas samping brankar, lalu kemudian menghampiri Nadia yang tengah tertidur. Desta tersenyum tipis dan menyentuh bahu Nadia.

"Nad," ucapnya pelan.

Nadia membuka kelopak matanya dan yang pertama kali ia lihat yaitu wajah Desta yang sangat dekat dengan wajahnya, sontak Nadia kembali memejamkan matanya. Desta mengerutkan dahi, "Nad?"

Nadia kembali membuka mata indahnya dan langsung mendorong wajah Desta dengan sedikit kasar, membuat Desta terkejut sekaligus bingung. "Kenapa?"

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Desta, Nadia mendengus lalu kemudian menggeleng, malas untuk menjawab pertanyaan.

Rupanya Desta tak memperdulikan itu, ia kembali mengambil kantong hitam dan mengambil sesuatu di dalamnya. Nasi bungkus.

"Makan dulu, ya?

Nadia mengangguk pelan. Dia mulai menyendokkan sesuap nasi perlahan, setelah nasi itu medarat di perutnya, Nadia merasa perutnya kembali bergejolak.

"Desta, ambilin minum!" Nadia meringis sambil menunjuk air yang ada dinakas. Dengan sigap, Desta membuka botol air yang masih tersegel dan menyerahkan kepada Nadia.

Nadia meneguk rakus air minum itu hingga tenggorokannya merasa lega. "Aku udah kenyang,"

Desta menautkan alisnya. "Baru juga suapan pertama, masa udah kenyang?"

"Ya gak tau." ketus Nadia.

Desta menghela napas panjang, jika sudah seperti ini Desta tidak bisa berbuat apapun kecuali menuruti keinginan gadisnya.

"Yaudah, kalau gitu kamu minum obat ya?" Desta mengambil sebutir obat berwarna hijau di kotak obat dan menyerahkan pada Nadia. Nadia menggeleng. "Kamu aja yang minum," katanya sambil mencebik. Nadia memang tidak suka dengan segala jenis obat-obatan, entah itu yang rasanya pahit maupun manis sekalipun Nadia tetap tidak menyukainya.

Jika dia sakit, ia biasanya hanya perlu istirahat selama setengah jam sampai satu jam atau meminum teh hangat buatan Mama nya, setelah itu pasti keadaan Nadia akan berangsur membaik.

"Kamu yang sakit kenapa aku yang harus minum obat?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Desta membuat Nadia berdecak malas.

"Percuma, Desta. Aku gak mau minum obat, beliin aku teh hangat aja sana!"

Lagi-lagi Desta hanya bisa mendengus, jika saja Nadia tidak dalam kondisi sakit seperti ini, bisa di pastikan jika Desta telah memberikan bentakan disertai tatapan menghunus dari mata elangnya. Namun, beruntunglah Nadia yang bisa selamat dari itu semua. Sebernarnya, Desta juga bukan tipikal cowok yang mau disuruh sana-sini, berhubung Nadia adalah gadisnya dan sedang dalam keadaan menghkawatirkan, akhirnya Desta memutuskan untuk kembali ke kantin.

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang