[29] Traidor

2.3K 139 17
                                    

Selamat 100k views🎉🎉😍
.
.

Bingung mau ngapain. Ganggu hubungan kalian, boleh?
~Anonim

_________

Dua hari berlalu sejak kejadian buruk yang menimpa dirinya, dua hari juga Nadia izin tidak masuk sekolah. Pagi ini Nadia memutuskan untuk berangkat. Setelah bernegosiasi dengan Hanum, yang khawatir jika dia masih tertekan. Tertekan? Tentu saja, Nadia bahkan yakin, kejadian buruk yang menimpanya malam itu menciptakan trauma untuknya.

Pernah kemarin malam Vino mengajaknya ke Kafe milik cowok itu, kebetulan kemarin malam Hanum pergi ke Bandung mengingat ada saudaranya yang akan melangsungkan pernikahan. Tapi, Nadia menolak untuk ikut. Vino yang paham pun, memilih menemani sepupunya juga menginap disana.

"Nadia," suara sekaligus panggilan pertama yang ia dengar ketika memasuki ruang kelasnya. Nadia tersenyum tipis dan bergegas menuju tempat duduknya. Disana sudah ada Heny yang kebetulan baru selesai piket. Hari ini merupakan jadwal piket gadis itu, membuat Heny harus datang ke sekolah lebih awal.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Heny menghampiri Nadia setelah sebelumnya gadis itu meletakkan sapu, piketnya sudah selesai.

Nadia menoleh dan tersenyum. "Baik."

"Gue khawatir sama lo, Nad." ungkapnya. Lagi-lagi Nadia membalasnya dengan senyum tipis. Ia menepuk bahu Heny, meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.

"Riana mana?"

"Dia nggak masuk hari ini."

"Kenapa? Dia sakit?"

Heny menggeleng. "Mama nya mau terbang ke Manhattan pagi ini, dia nganterin sampai bandara." Nadia mengangguk mengerti.

"Lo udah belajar, Hen? Kata Riana jam pertama nanti ada ulangan kimia," Nadia membuka ranselnya dan mulai mengeluarkan beberapa buku.

"Udah kok. Semalem gue belajar sampai jam satu dini hari."

Nadia menatap Heny sebentar. "Oh ya?" tanyanya takjub. Nadia bahkan tidak sanggup jika belajar sampai selarut itu, batas belajar pada malam harinya hanya sampai jam sepuluh. Lewat dari itu, dia sudah tidak sanggup. "Gue belum belajar nih. Semalam cuma baca dikit doang. Gue belajar dulu ya?"

Heny mengangguk. Nadia mulai membuka buku miliknya. Dia membaca serius materi bab yang akan diujikan nanti. Riana bilang, materi yang akan di ujikan tentang Titrasi Asam-Basa.

Sesekali Nadia mengerutkan dahi ketika dia membaca soal perhitungan.

"Hen, lo tau rumus mencari mol ekuivalen pada stoikiometri titrasi asam-basa nggak? Gue lupa nih. Disini tertulis yang di ketahuinya cuma volume dan molaritas." Nadia menunjuk soal di hadapan Heny. Heny menggeser buku Nadia dan mulai membaca soal. Jangan salah, di kelasnya Heny adalah murid yang sering mendapat nilai tertinggi pada mata pelajaran Kimia. Tak jarang, guru mapel kimia mengajak Heny untuk mengikuti olimpiade kimia akhir bulan depan nanti. Heny yang merasa optimis pun, dengan senang hati menerimanya.

"Ini harus dicari dulu normalitas nya, nah rumus normalitas itu sendiri diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas dengan jumlah mol ion H+. Pakai ion H+ karena disini termasuk asam." Heny mulai menuliskan rumus yang dimaksud pada selembar kertas. Dia menjelaskan hati-hati agar dapat dipahami Nadia. "Kalau udah ketemu hasilnya, lo masukin deh ke dalam rumus mencari mol ekuivalen tadi. Rumusnya normalitas dikali dengan volume." Heny menyerahkan selembar kertas tersebut pada Nadia, menyuruh gadis itu untuk menyelesaikannya sendiri. Nadia mengangguk mengerti. Dia bergumam terima kasih dan mulai menerapkan rumus yang Heny jelaskan.

Possessive SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang