"See you,"
-Desta_________
Hari ini hari yang paling bersejarah bagi kelas dua belas SMA Bhakti Mulya. Hari perpisahan sekolah. Sebuah momen sakral yang di dalamnya tercampur berbagai rasa. Bahagia, bangga, haru juga sedih. Bahagia karena mereka sudah terlepas dari tanggung jawab sebagai seorang pelajar dan bersiap untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya, bangga karena mereka telah berjuang dan berhasil menempuh pendidikan pada jenjang menengah, haru karena teringat semua hal yang telah mereka lalui selama tiga tahun di sekolah ini. Sedih, karena mau tidak mau mereka akan berpisah dengan kawan dan sahabat tercinta juga sulit melupakan kenangan yang sudah banyak tercipta pada masa putih abu-abu ini.
Pekan kemarin, mereka telah mengadakan agenda rutin kelas dua belas menjelang kelulusan, yaitu acara foto bersama atau biasa dikenal dengan yearbook, sebuah buku dengan banyak kenangan di dalamnya. Di lanjut dengan pembuatan video pendek catatan akhir sekolah yang di warnai dengan perasaan haru tak bersudah. Mereka saling merangkul satu sama lain, berpelukan dan berbisik pelan saling menguatkan.
Sulit untuk di ucapkan, hanya air mata yang mampu keluar, menatap satu persatu teman, sahabat yang telah mewarnai kisah indah di masa putih abu, sekali lagi, tepukan di bahu dan mata yang berkaca-kaca menjadi perantara ketika bibir sulit untuk berucap. Sebuah pelukan erat sebagai bukti jika momen ini sangat menggetarkan, isak tangis yang saling bersahutan sebagai pengiring menambah suasana semakin tidak mengenakan.
Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Sebuah kalimat familiar bermakna dalam. Kadang kita lupa menikmati momen juga kebersamaan hingga tak sadar jika kita melewatkan itu dan tersadar menjelang perpisahan lalu menyesal kemudian. Itu sering sekali terjadi, tapi, apa boleh dikata. Mau tidak mau, siap tidak siap, perpisahan itu nyata adanya.
Jangan lupakan dia yang selalu kamu puja, dia yang selalu kamu tunggu kedatangannya, entah dengan cara mencuri pandang ke arah gerbang sekolah atau sekedar mengintip dari balik jendela kelas. Dia yang membuat kamu lebih bersemangat pergi sekolah dan uring-uringan ketika mendengar kabarnya yang tak masuk. Sebuah cinta pada masa putih abu-abu. Kisah klasik tapi asik jika mengalami. Ah, indahnya masa putih abu.
Acara hari ini sangat berkesan. Di mulai dari sambutan, penampilan guest star di tutup dengan pembacaan puisi juga acara have fun satu angkatan.
Desta tersenyum melihat penampilan Nadia ketika membacakan puisi yang berjudul Perpisahan karya Indra Sugiarto di atas sana. Gemuruh suara tepuk tangan bergema seusai Nadia membacakan itu.
Tanpa sadar, Desta tertegun. Mendapati fakta jika dirinya dan Nadia telah usai. Desta akan melanjutkan studinya di luar kota, sedangkan Nadia, gadis itu juga akan pindah. Entahlah, mereka mungkin akan sangat jarang bertemu, atau bahkan tidak akan bertemu lagi?
.....
"Destaa ..."
Gadis itu tersenyum simpul. "Destaaa .." ulangnya lagi. Desta tersenyum pedih mendengarnya.
"Lo jangan buat gue sedih dong, Nad." kekehnya sambil mengacak rambut Nadia pelan.
Nadia tersenyum. Seperti yang Desta rasakan, dia juga merasa sesuatu yang mengganjal pada dirinya. Mungkinkah karena ini momen perpisahannya dengan Desta?
"Sedih kenapa?" Nadia tersenyum kecil. "Desta, apa ini akan menjadi akhir dari pertemuan kita?" ungkapnya pelan. Hatinya merasa sedih.
Tak ada jawaban dari Desta. Tapi, Nadia merasakan sebuah tangan yang menggenggam erat tangan kanannya. Jari itu mengusap pelan tangan Nadia, lagi-lagi perasaan Nadia dibuat campur aduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Teen FictionDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...