"Mengapa aku harus terus membutuhkanmu, jika sudah tahu aku akan terluka?"
____________
"Nad, tunggu!!"
Nadia menoleh sedikit kearah belakang, terlihat seorang cowok tengah berlari menuju kearahnya. Tunggu, sepertinya dia merasa familiar dengan cowok itu. Ah, tentu saja, dia cowok yang terakhir kali membuat Desta marah karena telah mengantarnya ke sekolah.
"Ya, ada apa?" tanyanya langsung.
"Pulang sekolah, lo ada kegiatan nggak?"
Nadia mengernyit, tentu saja paham apa maksud perkataan cowok di depannya ini. "Gue mau nemenin Desta, dia lagi di UKS."
Kening Alfy mengerut, "kenapa dia?"
"Berantem." jawabnya singkat. Oh, ayolah! Dia ingin segera melarikan diri saat ini. Cukup sudah masalah yang sedang ia hadapi sekarang, Nadia tidak mau menambah masalah lagi.
"Oh. Yaudah deh, tadinya gue mau ngajak lo buat makan siang sebagai bentuk syukuran karena gue dapet beasiswa ke Singapura. Tapi berhubung lo nggak bisa, mau gimana lagi?" ada rasa kecewa dalam ucapan Alfy saat itu.
"Lo dapet beasiswa?" tanya Nadia yang di jawab anggukan oleh Alfy.
"Selamat ya, lo hebat banget." pujinya tulus, Alfy tersenyum.
"Gue berangkat ke Singapura lusa. Lo mau kan antar gue ke bandara? Sebagai pertemuan terakhir kita sebelum gue pergi. Kalau lo nggak mau si nggak masalah, itu hak lo."
"Tapi ya gue berharap banget lo mau, tapi kembali lagi sama lo nya gimana," lanjutnya dengan nada bicara yang terkesan berharap.
Nadia jadi bingung, kalau menerima nanti yang ada malah akan menambah masalah, tapi kalau di tolak juga tidak enak dengan Alfy. Bagaimana pun juga, cowok itu sudah banyak membantunya."Lihat nanti ya," putus Nadia akhirnya. Terlihat jelas guratan kecewa dari wajah manis Alfy ketika Nadia mengatakan itu.
.....
Pulang sekolah Nadia memutuskan untuk menghampiri kelas Desta, untuk pertama kalinya. Karena sejauh ini, dia tidak punya cukup keberanian untuk datang kesini. Alasannya, dia risih ketika menjadi pusat perhatian dan dihujami tatapan aneh juga sinis oleh teman sekelas Desta. Kepercayaan dirinya seperti menguap begitu saja.
Tadi dia sempat mampir ke UKS, berniat untuk menemani Desta, tapi yang ia dapati malah ruangan kosong tak berpenghuni.
Sampai di ujung tangga Nadia berhenti. Ia menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia menghampiri Desta? Nanti kalau dia di pemalukan cowok itu bagaimana? Tidak, itu tidak mungkin. Bukankah Desta sangat menghargainya? Tapi itu dulu. Mengingat bagaimana sikap Desta saat pertemuan terakhirnya tadi, hati Nadia terasa mencelos.
"Nyari siapa?"
Nadia terlonjak ketika mendengar suara itu. Dia tersenyum kikuk sambil meremas ujung tali ranselnya.
"Ka-kak De-Desta." Nadia merutuki dirinya sendiri atas jawaban yang dia lontarkan. Ada apa ini? Dia gugup?
"Bentar, gue panggilin dulu!" Cewek dengan rambut di ikat asal itu berlalu dari hadapan Nadia. Nadia bernapas lega, dia juga baru tahu jika dirinya menahan napas dari tadi.
Nadia menatap ke arah pintu masuk kelas, menunggu kemunculan sosok yang harus ia temui. Sampai akhirnya, cewek tadi keluar, tapi Nadia sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan Desta disana.
"Desta udah balik," serunya, Nadia bahkan kembali gugup mendengar nada bicara seniornya yang satu ini.
"Oke, makasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Novela JuvenilDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...