"Bukankah kita punya cara berbeda untuk sembuhkan luka?"
_________
Ujian Nasional telah usai. Sebagai murid tingkat akhir, Desta tentu merasa lega sebab beban yang selama ini dipikul seperti hilang tak bersisa. Kini, agendanya hanya seputar rencana yang akan diambil dia kedepannya. Masuk perguruan tinggi yang dia inginkan. Sebuah rencana yang harus terealisasikan.
Sekarang, Desta bahkan rajin mengikuti berbagai macam tes masuk perguruan tinggi negeri di berbagai platform online. Setidaknya, dia bisa memahami berbagai tipe soal yang akan di ujikan kelak.
"Lo yakin mau pindah sekolah?" tanya Desta pada Nadia. Oh, Desta lupa mengatakan jika kini dia sedang bersama Nadia di perpustakaan. Desta diam-diam menemui Nadia, memilih menyelesaikan kesalah pahaman mereka selepas Nadia berlalu dari ruang kepala sekolah saat itu. Akhir-akhir ini gadis itu bahkan menjadi teman diskusinya. Sungguh sebuah hal yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya, bukan?
"Yakin lah, males gue liat muka lo." gurau Nadia lengkap dengan cengiran lebarnya. Desta mencebik tak suka.
"Gue kan udah lulus, lo nggak perlu liat muka gue lagi." kata Desta, sambil mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja.
"Dih yakin amat lo bakal lulus?" Nadia meledeknya. Seingat gadis itu, Desta mempunyai catatan merah yang cukup banyak di sekolah ini. Jadi jangan salahkan Nadia bila dia ragu Desta akan menerima surat kelulusan nanti.
"Julid banget lo. Yakin lah, seratus persen yakin." jawab cowok itu optimis. Nadia mengangguk kecil sedikit tidak yakin. Oh iya, Nadia belum memberitahu jika kini keduanya memilih untuk mengubah panggilan mereka, dari aku-kamu menjadi lo-gue. Bukan tanpa alasan, ini sudah menjadi kesepakatan antara mereka. Menurut mereka, akan canggung jika masih menggunakan panggilan semasa mereka menjalin asmara tapi sekarang tidak ada hubungan apapun diantara mereka. Selain sebagai teman tentunya.
"Iya deh, gue percaya."
"Harus itu." ujar Desta gemas.
Nadia mencebik mendapati Desta bersikap sengak.
"Lo yakin mau ambil PTN? Nggak mau coba ambil kedinasan gitu?" tanya Nadia. Jika dia lulus nanti, dia sangat berminat untuk mengambil perguruan tinggi kedinasan. Karena menurutnya, bisa masuk sana itu sangat beruntung. Selain setelah lulus langsung dapat pekerjaan dan diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil, biaya kuliah disana juga gratis karena semuanya ditanggung oleh pemerintah.
"Nggak tau. Liat nanti aja," Desta menutup buku-buku soal didepannya.
"Nad, gue mau ngomong serius." Desta membereskan buku-bukunya dan menggeser kursinya sedikit lebih dekat dengan Nadia.Nadia menoleh. "Ngomong apa?"
Desta berdehem. Cowok itu menggaruk lehernya. Nadia yang melihat itu tersenyum geli. Seorang Desta bisa salah tingkah juga kah?
"Kenapa sih? Lo mau ngajak gue balikan?" gurau gadis itu lalu terkekeh gemas melihat ekspresi yang di tunjukkan cowok didepannya. Desta mendelik padanya dan mendesis. Senyum Nadia semakin lebar. Jarang-jarang kan dia menggoda Desta. Jadi, ini kesempatan yang tidak boleh di lewatkan.
"Emang boleh?" tanya Desta. Desta menyeringai. Kali ini Nadia yang terdiam. Gadis itu menatap Desta, cowok itu terlihat tidak main-main. Dia tidak menyangka jika gurauannya akan di tanggapi serius oleh cowok itu.
"Eh?" Nadia gelagapan. Gadis itu bahkan mengalihkan wajahnya.
"Nad?"
Nadia berdehem dan tersenyum kikuk. Dia memberanikan diri menatap Desta kembali. Tapi, tunggu! Mengapa cowok itu terlihat lebih santai? Nadia bahkan bisa melihat kedutan di kedua sudut bibir Desta. Jangan katakan jika;

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Senior
Подростковая литератураDia Desta. Lelaki keras kepala juga angkuh. Semua yang dia inginkan harus terwujud, tidak peduli apa pun resikonya. Semua perintah darinya bersifat mutlak, tak terbantahkan. "Mine," Satu kata yang menyebabkan seorang gadis lugu terjebak dalam sangka...