Dengan santai Devin melangkah kakinya menuju kantor yang sudah dia pimpin sekitar 6tahun ini, tanpa melepas kacamata hitamnya membuat semakin sempurna ketampanan yang tepancar disetiap sudut perusahan ini.
Semua karyawan wanita sibuk sendiri dengan segala kegiatan untuk membuat Devin melirik mereka, tapi tidak. Jangan harap Devin akan melihat tingkah laku mereka yang membuat Devin semakin muak.
"Pak sekitar 2hari yang lalu pak Steven Linwood dirawat dirumah sakit apa kita harus mengirim karangan bunga?" Panji selaku tangan kanan Devin yang sedari tadi berjalan dibelakangnya.
Tanpa menjawab Devin hanya membuka kacamatanya dan melihat lurus lift yang sedang mereka gunakan.
"apa yang sudah kamu lakukan gadis kecil." Gumam Devin dengan senyum kecutnya.
"Tidak perlu aku akan mengantarnya sendiri." Jawab Devin dengan datar.
Sesampainya diruangan Devin sudah menyatu dengan berkas berkas yang harus di cek dan ditanda tangani pria itu.
Devin mencoba terus fokus dengan berkas berkasnya tapi gadis yang bernama Nadine itu cukup membuat konsentrasinya pecah menjadi berapa bagian.
"Beri semua yang saya perintahkan, hari ini harus sudah ada dimeja saya." Kata Devin untuk pria yang dia telepon.
Devin menyenderkan punggungnya ke kursi memejamkan mata sejenak entah apa yang dia pikirkan gadis itu sungguh membuatnya penasaran.
Saat memejamkan mata deringan telepon kantor memecahkan ketenangannya, sekretarisnya menelpon. "Biarkan dia masuk." Ada senyuman diwajah Devin. "Gadis pintar."
Tidak menunggu lama gadis yg bermata coklat sudah ada dihadapannya punggung Devin masih menyatu dengan punggung kursi dan memainkan bibir bawahnya tangan menatap gadis itu lekat lekat.
Gadis itu menatapnya dengan kemarahan yang tidak bisa dijelaskan. "Apapun yang kau lakukan malam itu aku minta kau untuk bertanggung jawab tuan Devin!"
Nadine membuka mulutnya meluapkan kemarahannya ke Devin. Devin senyum dan memajukan badannya kedepan dia semakin penasaran apalagi yang akan gadis ini lakukan.
"apa kau dengar?karna ulahmu ayahku terbaring dirumah sakit." Nadine maju berapa langkah semakin dekat dengan Devin.
"Duduklah." Kata Devin tidak mengalihkan pandangannya kepada Nadine. Nadine duduk dengan kasar membuat Devin tersenyum geli.
"bicara lah, apa yang membuatmu kemari?" Devin menyenderkan punggungnya lagi.
"sudahku bilang, kau harus bertanggung jawab!" Jawab Nadine.
"apapun yang kau lakukan!" Sambungnya lagi. Devin tertawa kecil membuat Nadine semakin kesal.
"Tanggung jawab dalam hal apa?"Tanya devin.
"Kau.." Nadine agak muak untuk mengatakannya tapi dia sudah disini jadi harus selesai hari ini juga.
"Kau harus menikah denganku." Sambungnya, yaampun yang benar saja aku melamar lelaki ini.
Devin mengerutkan keningnya, dan tersenyum kearah gadis itu "kau melamarku?" Dengan nada puas Devin terseyum
"baiklah ayo kita lakukan." Lanjut devin berdiri dan berjalan kearah pintu.
Nadie hanya diam, mata nya terbuka lebar apa yang devin lakukan membuatnya susah bernafas.
"Ayo sayang, kita harus kerumah sakit sekarang." Tanpa banyak kata Nadine pun mengikuti langkah Devin.
***
Sungguh hampir gila Devin satu mobil dengan gadis ini dengan segala kelakuannya yang polos sangking polosnya devin sudah tahu apa kebiasaan gadis itu, menggigit bibir bawahnya.Selalu dia lakukaan membuat Devin ini melumat habis bibir indah itu,Sangat seksi.
Sesampainya dirumah sakit, Devin berjalan mengikuti Nadine ya hanya diam sejak tadi tanpa kata tanpa senyum.
Sesampai ruang rawat ayahnya Devin lebih memilih berhenti didepan pintu dan melihat gadis itu masuk ke ruangan itu.
"Ayo masuk lah." Tangan Nadine meraihnya dengan santai.
"Sayang kau membawa siapa?" Tanya Emma. Devin sudah masuk ke ruangan itu membuat Steven terbatuk batuk melihat siapa yang dibawa anaknya.
"Kau..!" Kata Steven menunjuk kearah Devin dengan gemetar.
"Pa apa kau mengenalnya?" Tanya Nadine berlari kearah ayahnya.
Tanpa jawaban Steven hanya menatap Devin dengan lekat. "Sayang tenang lah mungkin kali ini maksud dia baik." Emma mengelus bahu suaminya lembut.
"maaf pak saya tidak akan lama disini." Devin meluruskan sambil tersenyum simpul ke arah Steven, dan melihat kearah Nadine seakan meminta bantuan.
Jelas Devin meminta bantuan karna baru pertama kali dalam hidupnya bicara pada ayah seorang wanita yang pernah diciumnya, sekali sudah bercinta dengannya pun Devin tidak akan pernah mau bicara masalah serius ke orang tua wanita tersebut.
"Pa dia kekasihku.." Nadine menjelaskan dengan hati hati kepada Steven.
"Jadi dia..!" Sebelum melanjutkan Nadine sudah memotongnya.
"bukan pa bukan dia orangnya, tapi dia mau bertanggung jawab." Nadine segera merengkuh lengan ayahnya agar tetap tenang, dia terpaksa berbohong karna yang dia tahu ayahnya ternyata mengenal pria yang bernama devin ini.
Devin hanya diam dan melihat drama apa yang akan ditunjukan gadis ini ke orang tuanya.
"Sayang bisa kamu bawa kekasihmu ini keluar, sepertinya papa butuh istirahat." Bisik Emma ke putrinya, Nadine hanya diam dan menghampiri Devin yang sedari tadi berdiri tegak dengan kedua tangan disakunya.
"ayo ikut aku.." lengan Nadine meraihnya. Tanpa bantahan dan sekali senyum ke arah Steven dan emma yang hanya diam menahan amarah, Devin pun ikut dengan tangan Nadine yang membawanya.
Sesampai diluar Nadine melepas tangan itu dengan kasar dan berjalan setengah berlari menjauh dari Devin.
"sebenarnya apa yang sudah aku lakukan kepadamu, sampai aku harus bertanggung jawab." Devin berjalan mengikuti Nadine sembari memasukan kedua tangan kedalam saku.
Nadine diam memutar kepalanya kebelakang menampakan wajah sebentar dengan kesal kearah Devin dan berjalan lagi.
Devin hanya mengikuti langkah kaki Nadine dari belakang menatap punggung gadis itu berpikir betapa indahnya helaian rambut yang dibiarkan gadis itu menari dipunggungnya.
"Duduklah." Nadine menyadarkan pikiran Devin yang sedari tadi melayang entah kemana, dan meraka sudah berada di sebuah cafe.
Devin duduk menyenderkan punggungnya kebelakang kursi "apa kau tidak sadar apa yang sudah kau lakukan Dev."
Devin hanya mengerutkan kening tidak mengerti dan mengeleng karna memang dia tidak mengerti.
"kau ingat 3hari yang lalu kau..dan aku disebuah hotel dan note itu?" Nadine seperti memberi clue, Devin hanya mengangkat alisnya sesekali mengerutkan dan mengangguk mencoba untuk mengerti membuat Nadine semakin kesal.
"Mungkin menurutmu tidur dengan wanita adalah hal yang biasa, tapi tidak denganku." Menatap kosong kearah jari jarinya yang sedari tadi diremas remas.
"Ayahku pernah bilang kalau aku harus menjaga tubuh dan harga diriku sampai aku menikah nanti, kalau pun sudah ada pria yang menyentuh tubuhku maka pria itu yang harus menjadi suamiku. Dan kau.." Nadine menatap Devin lekat lekat.
"kau harus menikah denganku karna kau sudah menyentuhku dev." Devin terkejut mendengar penjelasan Nadine. Apa karna menciumnya itu sama saja merusak harga dirinya? Yaampun yang benar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
-NADINE LINWOOD-
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACAA!!!😊😊 TAMAT!!!!! Bagaimana bisa gadis 18 tahun seperti Nadine bisa terjebak satu kamar dengan pria dewasa yang tidak ia kenal Hidup Nadine Linwood akan berubah setelah kejadian itu dan pria itu penyebabnya.. Jangan lupa foll...