5

7.8K 291 0
                                    

Satu setengah jam perjalanan melawan kemacetan diJakarta membuat Nadine ingin langsung merebahkan tubuhnya di ranjang kamar.

Pintu pagar rumah terbuka otomatis.

Saat mobil sudah berhenti didepan pintu, Nadine langsung bergegas untuk pergi kekamarnya.

"Bye Lisaa.." melambaikan tangan lalu melanjutkan aksinya yang dijawab dengan kekehan Lisa "daaaaa" sahutnya..

Saat Nadine ingin membuka pintu, seseorang sudah membukanya.

Bik irah pekerja rumah tangga yang sudah bekerja hampir setengah hidupnya..

" selamat sore non.." katanya sembari tersenyum.

Nadine melihat jam, dan benar ini sudah sore. Nadine tersenyum tanpa menjawab.

"Maaf non, ibu dan bapak menunggu non diruang kerja." Kata bik Irah lagi.

Nadine mengerutkan kening, biasannya hanya disaat Nadine akan dimarahi kalau sudah harus keruangan kerja ayahnya..

'Kesalahan apa?' Batinnya..

Sembari mengikat rambut dan berjalan meninggalkan bik Irah.

Sesampainya disana Nadine hanya terdiam melihat pintu yang tertutup. Nadine takut untuk membuka.

Dengan ragu Nadine membuka pintu dan melihat banyak orang yang dia kenal disana. Ada papa, mama, kak Mikey, kak Dean dan.... Devin.

'Devin'

'Devin'

Runtuknya matanya hanya bisa menatap pria yang sedang duduk disebrang sofa ayahnya.

"Sayang, masuk lah.." panggilan Emma membangunakannya..

Nadine berjalan perlahan dan duduk disamping Devin yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.

"Baiklah.." Kata Devin memulai percakapan.

Semua mata tertuju padanya tanpa terkecuali.

"Aku kesini ingin bertemu sekaligus ingin meminta ijinmu untuk menikahi Nadine, Mr. Linwood." Devin menatap Steven dengan sangat berani layaknya seorang pria yang sangat mencintai wanitanya.

Semua yang ada diruangan ini memperlihatkan ekspresinya yang berbeda. Steven hanya menatap Devin, Emma hanya mencoba mengelus lengan suaminya yang menahan emosi, Mikey hanya menggeleng seperti tidak percaya apa yang dilakukan Devin, Dean hanya tersenyum sinis dan Nadine yang terkejut menutup bibir dengan tangannya.

"Bagaimana bisa aku percayakan, putriku dengan pria bajingan sepertimu." Jawab steven.

Devin tersenyum sinis "aku hanya melakukan apa yang selama ini putrimu inginkan." Tanpa sadar Steven melihat kearah Nadine yang tidak bergerak melihat drama ini.

"Dan juga aku rasa kita bisa bekerja sama dalam Line Project tahun ini. Bagaimanapun juga kau adalah calon mertuaku." Devin tersenyum melihat wajah Steven yang semakin marah.

"Bagaimana?" Tanya Devin

Steven hanya melihat sinis ke arah Devin, dia tidak mau putrinya jatuh kepelukan pria bejat seperti Devin.

Entah apa yang membuat Devin masuk dalam perangkapnya sendiri, saat dia menutup kenyataan bahwa tidak ada yang terjadi pada waktu itu. Seakan akan Devin meyakini bahwa Nadine adalah kuncian hidupnya yang bisa menyelamatkannya dari apapun.

Suasana diam tanpa kata sedikit pun diruangan sebesar itu tidak ada yang membuka suara.

Devin melihat Nadine yang sedari tadi diam, entah apa yang dipikiran gadis ini. Devin mendekatkan bibirnya kewajah Nadine dan mengecup lembut pipi gadis itu "see you soon, darling." Bisik Devin.

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang