30

7K 232 4
                                    



happy reading❤️


Nadine dibesarkan oleh keluarga yang sangat berkecukupan, keluarga yang harmonis, dimanjakan, ibu dan ayah yang selalu menyayanginya. Jadi sekarang ia paham jika tuhan akan selalu memperlakukan umatnya dengan adil.

seperti yang sedang ia rasakan, diantara keluarga yang selalu diberikan kebahagiaan. tapi juga ia di berikan keluarga kecil yang entah akan seperti apa akhirnya.

apa akan merasakan keindahan juga sama seperti keluarga yang membesarkannya, atau justru akan menjadi keluarga yang tidak akan pernah bahagia.

Nadine terus mengelus perutnya yang sudah membesar, ditaman belakang rumahnya ia biasa berjemur dipagi hari hanya untuk melepaskan kepenatan.

ia meneguk susunya perlahan, Nadine terus mengelus perutnya dengan lembut.

"maafkan aku jika kau tidak akan merasakan kebahagiaan yang aku rasakan dulu." bisiknya pelan.

Nadine pernah sempat berpikir saat ia sudah melahirkan, ia ingin pergi bersama anaknya dan menghilang dari kehidupan Devin.

karna jujur saja Nadine tidak tau apa yang ia rasakan untuk bayi yang dikandungnya.

Nadine takut untuk menyayanginya terlalu dalam, jadi itu alasan Nadine tidak terlalu berlebihan menjaga bayi ini. Nadine takut rasa sayangnya akan semakin besar jika ia melakukan hal itu.

"sayang, papa pulang." kata Emma mengejutkan Nadine ditaman belakang.

Nadine tersenyum kegirangan dan berlari tanpa perdulikan bayi yang dikandungnya.

"jangan berlari sayang, astgaaa." Emma berteriak

"maaf." kekeh Nadine sembari memelankan langkahnya.

"paa, aku merindukanmu." Nadine memeluk ayahnya sangat erat.

"hallo sayang.." peluk Steven

"dimana suamimu?" tiba tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Steven. Nadine hanya diam sembari melihat kearah ibunya.

"kau tau dia sibuk kan sayang?" kata Emma mengelus lengan suaminya.

"ya papa tau, sekarang suamimu juga sedang membangun perusahaan fashion." kata Steven ke putrinya tersebut.

Nadine hanya tersenyum dan segera membawa ayahnya pergi dari suasana yang tidak nyaman seperti saat ini.

"Pa aku ingin melahirkan diluar negeri, bagaimana menurutmu?" Kata Nadine sembari duduk disofa ruang tengah. Emma dan Steven saling pandang tanpa kata.

"Aku ingin tinggal disana, lalu kuliah bagian fashion. Karna aku tidak melanjutkan kuliah ku sekarang." Sambung Nadine memanyunkan bibir mungilnya.

Steven hanya tertawa mungkin menurutnya gadis kecil didepannya ini sedang main main.

"Kau ingin tinggal dimana?" Tanya Steven menantang.

"Paris?" Kata Nadine menaikan alisnya karna jujur saja ia tidak tau ingin pergi kemana.

"Kalau papa boleh bilang sayang, seharusnya kau bicarakan ini pada suamimu. Karna bagaimanapun kau adalah tanggung jawabnya." Kata Steven serius.

Nadine seketika diam, ia lupa bahwa saat ini ia mengandung dan artinya ia sudah menikah bagaimana bisa ia bicara kepergiannya kepada orang tuanya.

"Aku sudah bilang pada Devin pa, tapi aku juga ingin memberitau papa kalau aku ingin pergi kesana." Kata Nadine yang sekarang sudah pintar berbohong, alasannya untuk menutupi kalau ia baik baik saja.

"Baiklah, apapun asal kau baik baik saja papa senang." Kata Steven mengelus bahu gadis kecilnya.

"Tapi bagaimana dengan perusahaan suamimu? Bukannya pria itu tidak bisa hidup tanpa kerja?" Tanya Steven lagi.

Nadine kembali dia saat ayahnya bertanya tentang Devin, ia pun lupa kalau pria yang ia nikahi seseorang yang gila kerja.

"Devin sedang memikirkannya pa, sama seperti apa kata papa asal aku senang Devin akan baik baik aja." Senyuman itu kembali terurai di bibir mungilnya, sejak beberapa hari yang lalu Nadine tidak tersenyum penuh kebohongan seperti saat ini.

"Baiklah, papa mau istirahat dulu ya" kata Steven mencium kening putrinya.

Nadine hanya tersenyum dan terdiam sembari memilin tangannya. Entah harus bagaimana ia sekarang jika harus benar benar pergi dan meninggalkan semua kesedihan hidupnya.

"Sayang.." Panggil Emma

Nadine tersadar dari lamunannya dan hanya tersenyum mengiyakan.

"Tentang perkataanmu dengan papa? Kamu yakin?" Tanya Emma sembari mengelus rambut gadis itu..

"Entah lah ma, tapi sepertinya akan menyenangkan jika harus pergi jauh." Senyum Nadine

"Sayang dengar, ini bukan masalah akan menyenangkan atau tidak. Kau sedang hamil dan Devin akan marah besar jika tau kau pergi tanpa sepengetahuannya." Jelas Emma

"Aku hanya ingin pergi ma, hanya sebentar aku janji." Jawab Nadine.

"Tapi kau bilang akan pergi sampai kau melahirkan sayang, jangan memancing emosi suamimu karna mama sangat tau dia seperti apa." Jelas Emma.

"Aku hanya bercanda ma." Nadine tertawa sampai ia penasaran tentang karakter Devin dibidang bisnis.

"Apa Devin sekejam itu ma?" Tanyanya serius.

"Yaa, suamimu karakter pria yang tidak bisa kalah dalam persaingan. Jika sampai itu terjadi  dalam waktu dekat maka semua pesaing nya bisa gila karna mengalami kebangkrutan dalam usaha mereka." Jelas Emma, Nadine hanya terdiam karna sifat itu sangat pas untuk pria seperti Devin.

"Dan satu lagi yang mama tau kalau suamimu juga tidak akan tinggal diam jika sesuatu yang berharga miliknya menjadi milik orang lain, dengan cara apapun ia akan merebutnya."

"Mama sangat mengenal Devin?" Tanya Nadine serius.

"Mama tidak begitu mengenalnya sayang, hanya setiap perkembangan bisnis papa mama sangat mengerti jadi mama tau kalau Devin termasuk pengusaha muda yang paling disegani dibeberapa Negara." Jelas Emma lagi. Nadine hanya mengangguk mengerti.

"Ma aku ingin pergi bersama Lisa, mama mengijinkannya kan?" Tanya Nadine.

"Mama lebih merasa lega kalau kau bersamanya sayaang." Jelas Emma, Nadine tersenyum bahagia karna apapun rencananya nanti akan ia bicarakan bersama Lisa.

Entah akan seperti apa kehidupannya nanti tapi jika Nadine tetap seperti ini mungkin akan semakin sakit. Jadi ia lebih memilih pergi untuk sementara, karna ia yakin Devin tidak akan mencarinya.

Mohon maaf atas ketidak updatean selama inii yaa, laptop rusaakk:(

Maaf jika part ini pendek banget, tapi aku langsung otewe untuk terusin part selanjutnyaa..

Jangan lupa komen dan beri bintang diudara 😍

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang