4

8.1K 267 0
                                    

Hari ini Devin mengantar ibunya ke Bandara untuk pulang karna ibunya yang sudah tidak ada urusan lagi di Negara ini. "Dev dengar! Sebelum kamu dapat pasangan jangan harap kamu bisa bertemu denganku." Tangan Fany yang mengenggam kedua pipi Devin, saat mereka sampai di Bandara Soekarno Hatta.

"Mam, stop it!" Devin mencoba melepaskan kedua tangan itu, tapi ibunya meeratkan moment itu sembari memberi tatapan sinis karna tidak mendapatkan jawaban.

"Iya ma akan kulakukan untukmu, tapi tolong lepaskan. Aku malu." Tatapan Devin mulai menjelajah beberapa pasang mata. Yaaa, beberapa pasang wanita yang melihatnya seperti anak manja yang ingin ditinggal ibunya. Sangat memalukan..

"No no, bisakah kmu melakukannya dengan benar. Maksudku bicaramu..." sembari berpikir dan melihat wajah putranya masam "hmm bicaralah seperti kamu berjanji padaku.." sambungnya dengan senyuman merekah diwajah wanita itu.

Devin yang sedari tadi mencoba melepaskan genggaman tangan ibunya yang sangat erat dipipi. Devin mulai menyerah sembari menghela nafas kasar 'aku tidak akan menang melawan wanita ini' batinnya.

"Baiklah..." helaan nafas Devin membuat Fany menahan tawa kemenangan. "Aku akan menemukan wanita pilihanku dan membawanya bertemu denganmu.." lanjut Devin dengan senyuman yang tulus, karna ibunya selalu melihat pancaraan wajah untuk mengerti maksut dari lawan bicaranya.

Devin lebih memilih tersenyum semanis mungkin, agar ibunya berhenti meneruskan aksi konyol ditengah Bandara ini.

Tanpa jawaban, Fany hanya diam tersenyum memandang Devin dan memeluknya dengan erat "mama senang dengan perubahan kamu sayang." Sembari mengelus punggung putra dengan lembut.

Walaupun bingung perubahan apa yang dimaksut ibunya, tapi dekapan itu benar benar buat seorang Devin selalu luluh dan tunduk dengan wanita yang sangat cantik walau sudah masuk kepala lima ini.

"Baiklah mama akan tunggu kamu datang sayang." Fany mengelus lembut pipi Devin, dia tahu bahwa anaknya sudah ditunggu banyak klien karna ponsel putranya sudah berdering sejak tadi.

"Pergilah mama tahu kamu sibuk.." lanjutnya yang dijawab Devin dengan anggukan dan ciuman dipipi wanita itu.

Fany sudah berjalan menjauh dari Devin, sementara Devin yang terus memandangi punggung ibunya yang terlihat modis. Devin berhenti memandang Fany setelah ponselnya berdering kembali.

"Saya segera kesana." Jawab Devin kepada seseorang diseberang telepon.

butuh waktu satu jam untuk Devin sampai dikantor untuk menemuin seseorang yang sudah menunggunya sejam yang lalu. Devin langsung menuju lantai lima belas, menggunakan lift khusus untuknya.

Sampai dilantai itu Devin sudah disambut sekretaris dan seseorang yang sudah menunggunya "selamat pagi Dev.." sapa pria itu.

Devin membalas sapaan itu dengan kaku, Devin berbalik memandang sekretarisnya agar membuka pintu ruangannya yang dijawab dengan anggukan oleh wanita itu.

Sebenarnya Devin sangat terkejut bertemu dengan dua pria ini tapi Devin berusaha untuk tenang dan Devin yakin bahwa mereka datang bukan membicarakan masalah bisnis.

"Silahkan duduk.." Devin persilahkan mereka duduk.

Devin ikut duduk di seberang dua pria itu dengan tatapan menyelidik "bagaimana kabarmu Dev?" Sapa salah satu pria itu sembari menyandarkan punggungnya disandaran sofa.

Ya mereka ada adalah Mikey Linwood dan Dean Linwood sepupu Nadine Linwood, keponakan Steven Linwood. matilah Devin..

Mikey dan Dean adalah saudara sekandung yang terlahir dari keluarga kaya raya Linwood Family's. Mereka dilahirkan oleh vannesa Lindwood kakak Steven, mikey dan Dean dibesarkan dibawah bimbingan Steven karna vannesa yang merawat mereka tanpa suami. saat ini Mikey,Dean dan Vannesa tinggal diJerman bersama ibu Vannesa dan Steven.

Beberapa hotel diJerman yang berkembang yang dipegang oleh mikey dan perusahaan properti yang dipegang oleh Dean.

Steven bicara kepada mikey dan Dean untuk mengurus sesuatu diIndonesia yang menyangkut Nadine, dan malamnya mereka langsung terbang ke Indonesia untuk bertemu dengan adik kecil kesayangan mereka itu.

Mikey dan Devin adalah sahabat sejak SMP sedangkan hubungan Devin dan Dean tidak bisa dijelaskan seperti musuh tapi tidak ingin berpisah

"Apa yang membawa kalian kekantorku?" Tanya Devin dingin.

Dean hanya bisa tersenyum sinis yang mendengar ucapan Devin "harusnya kau tahu, apa yang membuat kami kesini Dev." Jawab mikey dengan santai.

Devin mengeretakan gigi mencoba untuk tidak mengusir dua pria ini, padahal mereka berteman tapi untuk saat ini Devin tidak ingin diganggu.

"Kami hanya ingin bertemu denganmu Dev." Sahut Dean dengan tatapan sinis ke arah Devin "dan bicara masalah adikku yang kau tiduri." Lanjut Dean, Devin mendengar ucapan itu sontak menatap tatapan Dean dengan panas.

Suasana hening dengan tatapan mereka mulai memanas saat mikey yang memandang Devin dengan sinis.

Mikey pria paling tenang yang pernah Devin kenal dan Dean adalah pria yang mempunyai sifat sebelas duabelas dengan Devin.

"Ya Dev kami sudah tahu prihal apa yang membuat kami datang ke Kantormu, tapi saat ini kami minta untuk kau menjelaskan masalah ini dengan versimu." Mikey mulai berdiri dan berjalan kearah jendela kaca untuk melihat pemandangan kota Jakarta.

Tatapan Devin tidak lepas dari Dean ya sedari tadi pun tidak lepas pandangan nya Devin.

"Ya aku tidur dengannya." Jawab Devin dengan tatapan sinis yang masih melekat kearah Dean "apapun yang dikatakan gadis kecil itu,benar." senyum Devin mengembang karna melihat wajah Dean yang semakin mengeras karna marah "aku.bersenang senang. dengan. Adik kecilmu" kali ini setiap kata yang ditekankan bukan untuk memancing kemarahan dua pria itu tapi hanya untuk dean seorang.

"Siall!!!" Dean bangkit dan mencengkram kerah Devin. Dan dibalas cengraman kearah Dean

"Hey hey bisakah kalian tidak berkelahi, terus menerus?" Sahut mikey yang berjalan kearah mereka dengan santai tanpa niat untuk mererai.

"Nikahi dia Dev, mungkin menurutmu kami sangat aneh. Tapi percaya lah, dia bukan seperti wanita yang bisa kita jadikan pelampiasan diranjang seperti wanita wanita diluar sana." Kata mikey Sembari mencoba melepas kedua tangan pria itu dari kerah masing masing.

Devin melirik mikey yang sangat santai, memang mereka ada lah pria penggila seks, bukan mereka yang mencari tapi wanita wanita itu yang menyerahkan diri bukan cuma disini mungkin disetiap sudut, mereka ada wanita yang bisa menyalurkan nafsu mereka.

"Santailah De, lagi pula kita teman devin bukan?" Menepuk bahu Dean yang masih terengah engah karna menahan marah.

"Baiklah sepertinya kami menganggumu Dev, kami akan pergi." Lanjut mikey, Sembari memukul bahu adiknya yang dijawab dengan lirikan.

Mereka berjalan menuju pintu keluar "tapi dev, sampai kau tidak menikahi Nadine, Aku orang pertama yang akan membunuhmu." saat mereka ingin membuka pintu mikey melanjutkan ucapannya dengan senyuman setulus mungkin.

Dan mereka pun menghilang dari ambang pintu.

Devin mengacak rambutnya frustasi dia tidak takut dengan ancaman apapun tapi entah kenapa Devin tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya kepada Mikey dan Dean.

Devin butuh pelampiasan saat ini bukan untuk diajak berkelahi, tapi untuk memuaskan nafsunya.

Devin mengusap layar ponselnya dan menekan sebuah kontak lalu meletakanya ditelinga. "Tunggu diLobi.." kata Devin untuk seseorang diseberang telepon dan langsung memutuskan sambungan itu.

Devin berjalan keluar dan berjalan menuju lift pribadinya. Sampai dilobi sudah ada wanita yang sangat cantik, seksi, kaki jenjang dan berambut panjang saat melihat Devin mulai semakin dekat wanita itu ingin memeluk Devin untuk memberi tahu semua karyawan kalau seorang Devin memilihnya.

"Jangan menyentuhku!" Membuat wanita itu sedikit tersandung karna Devin menepisnya. Wanita itu hanya mengikuti pria dari belakang dan masuk mobil Devin dengan cepat, karna Devin tidak suka menunggu.

Jangan lupa vote ya kakak..
Dan komen kalau kalian kurang paham:)

Terimakasih
Happy reading..🎈🎈

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang