29

6.8K 239 10
                                    



Happy reading💋

Nadine terbangun saat jam sudah menunjukan sekitar jam 8 malam, saat ia merasa ini adalah tidur yang paling nyaman selama berbulan bulan.

Seperti biasa ia selalu melakukan aktifitas yang mungkin semua orang akan melakukannya saat bangun tidur. Melamun.

Tanpa disadari ibunya sudah memanggil sejak tadi dibalik pintu.

"Sayaang, buka pintunya jangan buat mama khawatir." Teriak Emma. Nadine mendengar suara ibunya hanya tertawa sembari mengacak rambutnya.

Ia pun bangun tanpa menjawab ibunya yang sejak tadi berteriak meminta jawaban. Nadine berjalan kearah pintu dan membukanya.

"Yaampun sayang, mama hampir memanggil pemadam kebakaran." Kata Emma. Nadine seketika mengerutkan keningnya

"Untuk apa ma?" Kekeh Nadine

"Untuk membuka pintu kamarmu, apa lagi?" Jawab Emma kesal karna Nadine sangat santai.

Nadine hanya tertawa terbahak bahak melihat betapa lucu ibunya ini.

"Kenapa mama tidak mengambil duplikat kunci kamarku dan membukanya ma." Kata Nadine tertawa.

"Betul juga, mungkin mama panik. Maaf kalau begitu." Kata Emma memilin jarinya.

"Ayo makan, karna usia kandunganmu sudah 6 bulan jadi kau harus semakin sehat sayang." Kata emma lagi sembari merangkul gadis kecilnya.

Nadine tidak pernah merasa setenang ini seperti saat ini ia makan bersama ibunya walaupun tanpa ayahnya yang sedang berada di luar negeri.

Gadis itu makan dengan lahapnya, seperti sadar kalau saat ini ia sudah bmenanggung 2 manusia sekaligus sekarang, karna jujur saja selama ini ia tidak terlalu memikirkan janin ya ada ditubuhnya.

"Ma.." panggil Nadine. Emma hanya tersenyum dan melihat gadis kecilnya.

"Jika seorang anak sejak ia lahir tidak mengenal ibunya, apakah saat dewasa ia akan baik baik saja?" tanya Nadine, suasana menjadi hening saat tiba tiba pertanyaan yang keluar dari gadis itu.

Jujur saja Emma merasa sakit mendengarnya, disaat anaknya masih semuda ini ia harus melewati masalah rumah tangga yang bahkan ia pun mungkin tidak bisa melewatinya.

"Dengar sayang.." Emma tersenyum tulus pada Nadine. "

"Tidak bisa, mungkin kasih sayang antara ibu dan ayah tidak akan ada batas untuk anaknya tapi jika ibu ada ikatan yang tidak akan bisa dimengerti oleh seorang ayah sayang, kamu akan mengerti nanti." Jelas Emma sembari mengelus punggung tangan gadis kecil itu.

Seketika jantung Nadine terasa sakit, mendengar kenyataan yang ia dengar dari ibunya.

"Ma, makasih terimakasih sudah membesarkan aku sampai aku sebesar ini." Nadine memeluk Emma dan tanpa sadar airmatanya menetes lagi. Emma membalas pelukan itu dengan hangat seakan tau jika gadis kecilnya sangat membutuhkan itu.

"Ma, aku masuk kamar dulu ya. Selamat malam ma.." kata Nadine sembari mencium kedua pipi Emma.

Ia langsung berjalan kekamarnya dan langsung merebahkan diri diranjangnya lalu mulai memejamkan matanya, karna ia tidak mau harus memikirkan sesuatu yang rumit lagi dirumah ini.

****

Devin tidak akan pernah merasa tubuhnya membaik jika yang ia anggap obatnya tidak ada disisinya. Nadine.

Devin terus meneguk vodka-nya gelas demi gelas. Saat ia tinggal gadis itu pergi Devin langsung meninggalkan rumah dan pergi ketempat yang menurutnya bisa melupakan sejenak tentang gadis itu.

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang