Happy reading💋Jujur saja Nadine lelah saat harus menangis setiap hari, menahan rasa sakit yang tidak kunjung reda, bahkan harus melakukan hal yang tidak terduga.
Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara sepatah katapun sampai kepala Devin berbaring dipaha Nadine dan menciumi perut gadis itu dengan lembut.
Nadine hanya diam tanpa kata, karna jujur Nadine sangat merindukan sentuhan Devin, harus ia akui itu. Tapi rasa kesal dan sakit hatinya tidak bisa menutupi betapa ia membenci suaminya itu.
"Ada apa Dev?" Kata Nadine membelai rambut pria itu.
"Maaf.." kata Devin pelan, dengan mata tetap terpejam.
Nadine tidak menjawab ia hanya tersenyum dengan airmata yang beberapa kali menetes dipipinya.
"Aku sudah menanda tangani surat perjanjian itu Dev, jadi untuk apa kau minta maaf. Lupakan saja, buktinya aku baik baik saja dan anak ini semakin sehat kan?" Jawab Nadine sembari menghapus airmatanya dengan kasar.
"Aku sudah membakar surat perjanjian itu, sayang." Kata Devin sembari bangun dari paha Nadine.
"Benarkah? Kapan kau membakarnya?" Jawab Nadine tenang.
"2 hari yang lalu."
"See! Buktinya kau masih tidur dengan wanita lain, bahkan kau bawa wanita itu kerumah. Kau tidak akan pernah bisa berubah Dev. Beruntungnya, aku tidak akan hidup selamanya denganmu." Senyum Nadine dalam rintihannya sembari keluar dari mobil yang sejak tadi sudah berada didepan halaman mereka.
Devin hanya tertunduk mendengar perkataan yang keluar dari gadis itu.
Nadine berjalan kedalam rumah dengan perasaan sayang sangat hancur.
Yang pertama, Devin sudah membakar surat perjanjian itu tapi pria itu masih bermain dengan wanita lain.
Dan yang kedua, Bodohnya Nadine ingin hidup selamanya bersama Devin tapi kenyataannya tidak akan mungkin.
"Kenapa kau menangis?" Kata Devin membuat Nadine menghentikan langkahnya.
Nadine tidak membalikan tubuhnya untuk menatap pria itu, ia hanya tertunduk dalam diam dan menghapus air matanya.
Devin berjalan, memeluk gadis itu dari belakang. Devin mengecup mesra bahu gadis itu dengan lembut.
"Karna aku punya hati, aku masih merasakan sakit saat ada orang lain yang menyakitiku, aku masih merasa cemburu saat suamiku bersama wanita lain, dan bodohnya aku mencintai pria yang bahkan tidak pernah merasakan hal yang sama." Kata Nadine tersenyum lirih.
Devin merasakan jantungnya terhantam saat gadis itu mengatakan kalau Nadine mencintainya. Entah seperti apa cinta itu Devin belum pernah merasakan sebelumnya bahkan saat dulu ia bersama Bella pun ia yakin itu bukan cinta.
"Kau tidak akan pernah mencintaiku Dev, karna aku tau kau tidak akan pernah merasakan hal itu. Sebesar apapun aku membuang air mataku kau tidak akan mengatakan hal yang selama ini aku inginkan selama menjadi istrimu." Kata Nadine dengan tegarnya.
"Hanya sekedar kata aku mencintaimu Dev. Hanya itu." Senyum Nadine lirih. Devin masih tetap diam dalam pelukan itu.
"Aku menyerah Dev. aku akan pulang kerumah ayah, Sampai anak ini lahir." Tangis Nadine mulai pecah ia melepaskan pelukan pria itu dan masuk kekamarnya.
Saat didalam kamar, Nadine menangis sejadi jadinya. Ia terduduk dilantai karna tidak sanggup menahan rasa sakit yang ia rasakan.
"Maaaaa..." lirih Nadine memanggil ibunya seperti dulu saat ia masih kecil saat sedang merasakan sakit.
"Nadine, biarkan aku masuk. Tolong jangan pergi." Lirih Devin dibalik pintu kamar. Nadine hanya diam tangisannya semakin menjadi mendengar suara Devin.
Ia memeluk dirinya sendiri dengan erat, menutup kedua telinga karna terus mendengar Devin memohon padanya.
"Sayang, aku mohon jangan pergi." Kata Devin lagi.
Nadine tidak menjawab sampai Devin tidak terdengar lagi, Nadine pun mulai merebahkan tubuhnya diranjang mencoba tidur dengan isakan yang masih tersisa.
Devin terus mengacak rambutnya iya terduduk dibalik pintu kamar Nadine. Entah apa yang ia lakukan saat ini rasa takut yang berlebihan saat Nadine mengatakan ia menyerah dan ingin meninggalkannya.
****
Pagi hari dengan wajah yang berantakan, Nadine terpaksa harus bangun karna ia harus pergi kerumah ayahnya.
Teringat saat Devin memohon padanya untuk tidak pergi. Ada niat untuk tetap tinggal tapi tidak mungkin karna Nadine sudah tidak sanggup lagi.
Ia bangun untuk membersihkan diri dan membereskan barang barangnya.
Sampai ia membuka pintu kamarnya untuk sarapan, betapa terkejutnya Nadine saat melihat Devin tertidur dengan posisi terduduk di samping pintu kamarnya dan masih menggunakan sepatu dan setelan jasnya.
Nadine pun terduduk dan membangunkan pria itu, saat Nadine menyentuh tubuh Devin ia merasakan panas yang sangat tinggi tanpa sadar memeluk Devin dengan penuh khawatir dan memanggil pelayan untuk membantunya.
Devin sudah ada diranjangnya, Pria itu menggigil. Nadine yang hanya bisa mengompres tubuh Devin sampai dokter datang.
"Aku mohon jangan seperti ini, sadarlah Dev." Rintih Nadine khawatir.
Tidak lama Dokter datang dan memeriksa keadaan Devin. Nadine memilin jari jarinya, karna jujur saja ke khawatirannya terhadap pria itu cukup besar, apalagi Nadine belum pernah melihat Devin selemah ini.
"Mrs, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja Mr. Horward butuh istirahat cukup." Senyum Dokter itu kepadanya. Nadine hanya mengangguk mengerti.
"Tidak ada penyakit serius kan dok?" Tanya Nadine tiba tiba.
"Tidak ada, anda tidak perlu khawatir, Kalau begitu saya permisi dulu." Kata Dokter sembari pergi meninggalkan kamar tersebut.
Nadine berjalan kearah Devin dan duduk ditepi ranjang, ia melihat wajah Devin yang sedang tertidur, wajah pria itu pucat Nadine tidak tega melihatnya.
"Dev, aku harus apa?" Tanya Nadine pelan.
Ia tau Devin tidak akan menjawabnya, sampai airmatanya kembali terjatuh bukan karna Devin menyakitinya lagi tapi bisa saja kali ini ia yang menyakiti Devin. Sampai Devin seperti ini.
"Dev, aku harus apa?" Ulang Nadine dengan isakan yang semakin menjadi. "Aku hanya gadis kecil yang tidak tau cara menyampaikan apa yang aku rasakan. Aku hanya bisa menangis seperti ini, Apa mencintaimu adalah hal yang bodoh?" Tangis Nadine dengan terus memilin jemarinya.
"Aku lelah Dev, aku tidak mau hidup seperti ini." Kata Nadine sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Nadine duduk dilantai dan ia senderkan kepalanya dilengan Devin. Sampai ia tertidur diposisi seperti itu.
Gimana niihh cerita aku? Hehe
Dimohon kalau typo atau kritik apapun tolong yang sepedas pedasnya yaa, karna aku klo diomongin harus smpe ditampar dulu baru sadar🤣🤣 Jadi aku bener bener buka lapak buat kalian caci maki aku tentang cerita ini, tapi tetep harus dengan bahasa yang sopan yaa😂😂😂
Jangan lupa komen kalau kalian respon sama cerita ini, dan beri bintang2 diudara yaaa❤️❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
-NADINE LINWOOD-
Roman d'amourFOLLOW SEBELUM MEMBACAA!!!😊😊 TAMAT!!!!! Bagaimana bisa gadis 18 tahun seperti Nadine bisa terjebak satu kamar dengan pria dewasa yang tidak ia kenal Hidup Nadine Linwood akan berubah setelah kejadian itu dan pria itu penyebabnya.. Jangan lupa foll...