11. Oh god..

7.9K 224 0
                                    

Happy reading💋

-sebulan kemudian-

Matahari yang setia membangunkan Nadine dari celah celah jendela yang sudah terbuka membuatnya terpaksa mengehentikan aktifitas tidurnya.

Sudah satu bulan Nadine memutuskan rencana penikahan antara dirinya dan Devin, membuat Nadine merindukan sosok pria dingin itu.

Saat Nadine memutuskan rencana pernikahan mereka, tidak ada bantahan dari pria itu, mungkin karna Devin sudah biasa bersenang senang dengan wanita jalang sehingga pria itu tidak merasakan apa yang Nadine rasakan.
'Sakit hati'

Entah sejak kapan dan darimana perasaan itu timbul, perasaan yang tidak bisa dijelaskan seperti ingin memiliki tapi tidak bisa untuk diraih. Nadine mulai merasakan ini sejak kepulangannya dari London sebulan lalu tepatnya disaat Devin bercumbu dengan wanita itu. 'Ia cemburu'

Semua rencana untuk membuat seorang Devin mencintainya pun dilupakan begitu saja, karna setiap ia mengidupkan televisi yang ditemukan pasti Devin yang sedang dikejar kejar wartawan karna selalu menggandeng wanita berbeda setiap hari.

Panggilan Emma membuat lamunan itu pecah berhamburan Nadine terperanjat karna hari ini ia kuliah pagi dan sudah meminta ibunya untuk membangunkan Nadine.
"Iya maa, aku banguuun." Teriakan Nadine sembari berlari kearah kamar mandi.

Tidak begitu lama Nadine mandi lalu beralih memakai pakaian hari ini dosen yang akan mengajar tidak terlalu mengerikan jadi Nadine memilih T-shirt berwarna hitam berkerah V, rok jeans pendek dan tidak lupa sneakrs-nya

Nadine setengah berlari berjalan menuju kearah ruang makan yang sudah ada ayah dan ibunya. Nadine melakukan aktifitasnya sesekali melihat ponselnya melihat perkembangan grup whatsapp kuliahnya.

Dengan segera Nadine meneguk susu vanila yang dimeja makan sembari melihat jam tangannya lalu berlari kearah ibu dan ayahnya untuk mencium mereka yang sedari tadi menemaninya.

"Sayang ingat, jangan lupa makan yaa." Kata Emma sembari mebalas ciuman kening anaknya.

"Iya ma, aku pergi duluu." Nadine berlari kearah pak Kardi yang sudah sampai menjemput Lisa.

Sesampai dikampus langsung segera turun yang diikuti oleh Lisa. Mereka berjalan santai melewati koridor jurusan.
"Nadine aku tidak nyaman berjalan disampingmu." Ucapan yang dikeluarkan Lisa membuatnya berhenti melangkah

"Kenapa?" Dengan memanyunkan bibirnya merasa sedih.

"Hmmm bukan itu maksudku, kamu tau aku tidak suka jadi pusat perhatian. Tapi kamu malah membuat mereka selalu memandangmu seperti itu." Tatapan Nadine mengikuti arah mata Lisa yang memandang nanar pria pria yang memperhatikannya.

Sebulan yang lalu, saat masa orientasi berakhir dan ditutup oleh penebaran bunga mawar untuk wanita dan pria favorit di kampus, Nadine yang membawa sekitar sepuluh kardus bunga mawar dan coklat. Disaat itu juga Nadine dinobatkan sebagai mahasiswi tercantik se-Universitas.

"Anggep saja mereka tidak ada Lisaa, jangan bicara seperti itu lagii." Nadine berkaca kaca. Sudah seminggu yang lalu Nadine menjadi sedikit perasa.

"Iya maafkan aku, jangan menangis." Lisa yang mengelus bahu gadis itu.

"Nadine, lisaa." Mata mereka melihat kearah suara yang mereka kenal, dua wanita cantik yang sedang mengampiri mereka.

Sejak menjadi gadis tercantik dikampusnya, semua wanita dikampus ini berbondong bodong untuk menjadi temannya tapi hanya Monica dan Rianti dua gadis cantik dan kaya ini yang bersedia menerima Lisa untuk ikut berteman bersama mereka. Dengan latar belakang Lisa yang jauh dari kata kaya.

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang