2.3

8.9K 313 0
                                    

Devin tidak menyangka  gadis ya dia pikir seorang yang manja tapi malah memasak makanan untuknya. Devin melihat lekat lekat gerak gerik Nadine yang semakin menyatu dengan peralatan dapur itu "apa kau benar benar tidak mengetahui atau merasakan apapun malam itu?" Keheningan pecah seketika dengan pertanyaan yang dilontarkan Devin. "Tidak." Singkat Nadine masih menyatu dengan sutil dan pengorengan-nya "sayang sekali." Jawab Devin dengan sesekali meneguk beer ditangannya, jawaban Devin memancing kemarahan Nadine. "Kau tahu? Aku tidak suka berkomitmen, menikah..mempunyai anak.." belum selesai devin bicara suara bantingan sutil dengan kencang, membuat Devin berlonjak kaget. Sebenernya bisa saja Devin memberi tahu kalau mereka tidak melakukan apapun pada malam itu, tapi dia urungkan karna gadis itu cukup mengemaskan untuk menjadi istri bahkan sangat menggemaskan.

Menikah? Semoga saja bukan hal yang buruk..

"Dev,aku masih cukup sabar menunggu jawabanmu." Devin masih sibuk dengan makanan yang dimasak Nadine, tanpa bicara Devin hanya mendengarkan. "Kalau aku bilang tidakpun kau akan tetap memaksaku, itu semua karna perinsip hidupmu sendiri." Jawab Devin datar, Nadine menatapnya lekat benar aku akan lakukan itu. "Tapi apa kau yakin akan tetap memaksaku?" Devin yang melirik Nadine yang tidak mengalihkan padanganya. "Maksudku, aku dan ayahmu adalah pesaing. Mungkin ayahmu tidak akan setuju." Lanjut Devin
"Aku tahu, mama bilang kepadaku. kau cukup beruntung karna aku tidak bilang kau pria yang satu kamar denganku kepada papa." Kata Nadine santai.
"Kalau itu yang kau takutkan, aku akan bicara pada papa." Nadine beranjak dari tempat duduknya "aku tidak menyangka kau tidak berani melamar seorang wanita, hanya karna kau takut dengan orang tua wanita tersebut." Nadine berjalan dan mengambil tasnya disofa. Devin menghentikan kegiatannya gadis ini membuat Devin merasa dilecehkan walaupun dengan kata kata. Saat akan membuka pintu langkah Nadine terhenti karna lengannya ditahan dengan tangan kekar yang membuat Nadine berputar dan berhenti di dada bidang Devin. "Sudah ku bilang berhenti.." belum sempat meneruskan ucapannya tapi Devin sudah menyatukan bibir mereka, Nadine ingin melepas ciuman itu tapi matanya menutup menandakan kalau dia menikmati lumatan itu. Ciuman itu sangat manis tanpa sadar Nadine membuka mulutnya memberikan ijin untuk lidah Devin berjelajah disana, Nadine mengalungkan lengan nya dileher Devin menandakan kalau wanita itu meminta lebih. Devin mengangkat tubuh mungil Nadine dan mendaratkan gadis itu di sisi meja makan membuat Nadine sedikit lebih tinggi dari pria itu. Ciuman bibir itu mulai turun ke leher Nadine membuat gadis itu mengerang kenikmatan, saat sedang menikmati ciuman liar mereka tiba tiba saja ponsel Nadine berdering kencang membuat Nadine berlonjak kaget dan turun dari sisi meja tersebut Devin tersenyum kecil.

" hmm dev, aku harus pergi." Membetulkan bagian bajunya yang sedikit berantakan karna ulah pria itu "untuk hari ini kuanggap jawaban nya kau bersedia jadi suamiku." Nadine tersenyum dan berlalu diambang pintu.

Devin mengambil beer dilemari es, membayangkan gadis itu sejak tadi ada sensasi berbeda dari wanita wanita lain sperti magnet mungkin ya membuat Devin merasakan kenikmatan dari bibir gadis kecil itu.

Supir Nadine sudah menunggunya didepan gedung, sedikit berlari kearah mobil karna hujan akan turun. Sepanjang perjalanan Nadine hanya tersenyum dan mengelus lembut bibir bawahnya, apa yang dilakukan oleh pria itu menginginkan lebih wajar saja semua wanita tergila gila pada sosok Devin Horward karna dia punya pesona tak terbantahkan..

Semoga kalian suka ceritaku, masih belajar jadi maaf kalo feel nya kurang:')

Selamat membaca..
Jangan lupa vote⭐️

-NADINE LINWOOD- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang