*Gray POV*
"Sebelum aku melanjutkan..." Claire mengerling ke atas, kemudian dia mengambil kursi untuk duduk didekat kami. "Aku ingin kalian memakan ini terlebih dahulu."
Dia meletakkan kotak anyam kecil diatas meja counter sebelum kemudian didorong ke arah Cliff.
"Apa ini?" tanya Ann antusias sambil merebut kotak itu dari hadapan Cliff.
"Pastinya bukan racun kok, hehe!"
Jika saja kondisinya bukan setelah kami membicarakan Claire, pasti kami akan tertawa mendengar ucapannya tersebut. Namun karena kondisinya yg demikian membuat kami merasakan sedikit aura ancaman dari ucapan Claire tersebut.
"Umm, baiklah teman-teman mari kita habiskan!" Ucap Ann berusaha mencairkan suasana sambil membuka tutup kotak tersebut.
Dan aroma telur goreng langsung merebak keluar darisana.
"Wah, sandwich telur! Sepertinya enak." Tanpa ragu Ann langsung mengambil salah satu didalamnya dan menyantapnya.
"Kalian tidak mengambil juga?" tanya Claire kepadaku dan Cliff. Membuat kami saling bertukar pandang sejenak, sebelum akhirnya kami sama-sama mengambil sandwich tersebut.
"Enak."
"Kau menggunakan susu untuk membuat telurnya Claire?"
"Tidak, aku menggunakan air. Aku kan belum bisa memelihara Sapi, bagaimana bisa aku mendapatkan susu?"
"Eh, kau kan bisa membelinya di peternakan kakek Barley?"
"Benarkah?"
Aku memandangi Ann dan Claire yang saling bertukar pendapat mengenai cara memasak telur sambil menikmati sandwich tersebut.
Aroma telur langsung memenuhi mulutku. Karena Claire menggunakan air, teksturnya menjadi lebih tebal dan lembut dari telur goreng biasanya. Aku tidak membenci rasanya ketika bercampur dengan dua lapis roti yang membalutnya.
Dan entah mengapa rasanya aku pernah memakan ini sebelumnya.
"Um, Claire..."
Suara Cliff menghentikan perdebatan antara Ann dan Claire.
"Aku...."
"Ya Cliff? Ada apa?"
"Uh... i-itu, aku.... minta maaf sudah membicarakan hal-hal tadi."
Ya oke. Dia berani sekali memulai pembicaraan tadi ketika suasana sudah membaik.
Susah payah aku menelan sandwichku lalu melihat ke arah lain, agar tidak terlihat canggung.
"Oh itu? Tenang saja."
Hanya dengan satu kata tersebut, rasanya semua beban yg kusimpan (atau kami simpan) menjadi terangkat. Kuberanikan diri melihat wajahnya.
Dia tersenyum, dan terlihat kesungguhan disana. Tanda yg menunjukkan jika dia tidak sekedar basa-basi dalam mengatakannya.
"Aku sudah terbiasa mendapat pembicaraan seperti itu." Claire menyamankan posisi duduknya sambil meletakkan dagunya diatas kedua tangan. "Lagipula, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya, jadi wajar kalau kalian penasaran denganku bukan?"
Cliff menggaruk kepalanya sambil tersenyum malu, "Ah begitu, iya juga sih.."
Tak lama, Ann beranjak dari kami dan berlari menuju dapur. Tanpa berkata-kata untuk sekedar pamit.
Apa ada masakan yang hangus?
"Eh, kalian sudah tau akan pergi dengan siapa untuk mendatangi festival dewi spring besok?" Tanya Cliff yang kembali membuka percakapan dengan kami. "Kalau kalian belum mendapat pasangan, bagaimana jika kalian pergi bersama saja?"
"Eh?"
"Apa?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Fiksi PenggemarLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...