Gray POV
"Gray hentikan! Ini sudah gelas ke delapan!"
Kubanting gelas bir berukuran sedang diatas counter bar. Wajahku terasa panas. Aku tidak pernah menyukai rasa minuman keras. Namun untuk malam ini adalah pengecualian.
Tepat pukul 11 malam, kurasa. Bar sudah sepi sejak sejam yang lalu, namun aku masih disini. Bersahabat dengan gelas ini tuk mengusir semua rasa kalut di otakku. Bila Duke, sang pemilik perkebunan anggur itu melihatku saat ini dia pasti akan mengajakku berduel minum anggur sambil tertawa lebar. Sama seperti yg dia lakukan dengan putri pemilik supermarket itu.
Aku sengaja memilih jam ini untuk meminum anggur. Sebab aku tak bisa melakukannya ketika jam buka, karena ada kakek disana. Beliau pasti akan mengomeliku jika mengetahui cucu tak berguna nya ini bermabuk-mabukan.
Padahal dia sendiri melakukannya setiap malam. Dasar tua bangka tak tau diri.
"Satu gelas lagi." ujarku tanpa mengidahkan peringatan Ann.
"Tidak tuan William, ini sudah saatnya anda tidur."
"Aku bukan anak kecil lagi Ann."
"Kau ini-"
Suara pintu terbuka menghentikkan perdebatan kami untuk sesaat.
"Ah, Kai! Selamat datang."
"Ada apa ini? Suaramu sampai terdengar diluar." sahut teman masa kecilku itu.
Ann beringsut mendekatinya. Mengabaikan permintaanku untuk meminta segelas anggur kembali.
Menyebalkan. Bukankah justru hal bagus jika aku membeli banyak? Apa wanita itu tidak belajar bisnis? Pikirku kesal.
"Kalau begitu, segelas jus nanas untukku Ann." Terdengar suara kursi di sebelahku ditarik beserta suara temanku ini. "Kau masih memiliki stok kan?"
Ann tampak menimbang2 sejenak. "Sepertinya ada. Toh setiap malam minuman yg paling laku hanyalah liqour anggur."
"Ann-"
Ann kembali mengabaikan permintaanku. Dia segera menuju dapur untuk memberikan pesanan Kai.
Menyebalkan.
"Hei sobat, ada apa denganmu?"
Tapi yang lebih menyebalkan lagi dia meninggalkanku bersama salah satu penyebab kusutnya pikiranku saat ini.
Aku mendengus sambil membuang wajah. Tak dalam mood untuk berbasa-basi menjawab pertanyaan seperti ini.
"Tapi hebat juga kau meski telah meminum 8 gelas masi belum mabuk." terdengar suara ketukan jari diatas counter. "Seingatku dua tahun lalu kau bahkan tidak kuat menghabiskan gelas kedua."
"Saat itu aku belum dewasa."
"Oh? Memangnya saat ini sudah?"
Kutolehkan kepalaku ke arah lelaki-yg-merasa-paling-tampan ini. "Apa urusanmu?"
Sebelah alis Kai terangkat. "Hei aku mengkhawatirkanmu. Apa itu salah?"
"Bukan urusanmu."
Aku bergegas meninggalkan mejaku. Mengambil segelas bir dari lemari yg berada di hadapan counter ini.
"Hei hei hei, kalo paman Doug tau kau pasti akan dimarahi."
"Tidak karena aku membayar." Hendak ku tuang isi botol tersebut ke gelasku, namun tangan Kai langsung memegang leher botol bir tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
Fiksi PenggemarLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...