Gray POV
Ada apa ini.
Mengapa bisa terjadi hal seperti ini.
Berulang kali pikiran itu berputar dalam kepalaku.
Saat ini aku berada di bawah pohon apel di kebun milik Claire. Tempat yang tempo hari kududuki sambil melihat bagaimana gadis kota itu bekerja di lahannya. Mengamati bagaimana cekatannya dia dalam menyiram tanaman, mencabuti tanaman liar, memberi pupuk, dan sebagainya.
Setiap inci dari gerak gerik dan ekspresi yang kulihat saat itu masih terasa jelas di otakku.
Kusenderkan kepalaku ke batang pohon dibelakangku. Sembari menarik nafas, aku masih mencoba menelaah apa yang telah terjadi hari ini.
Siang itu, aku berniat untuk berbicara dengannya. Membicarakan semua hal yang mengganggu pikiranku. Sambil berharap, semua yang kutakutkan hanya ekspetasiku saja. Namun nyatanya jangankan meluruskan masalah, aku justru melihat kejadian yang mengakibatkan paniknya Trent, Elli, Kai, Ann...
Dan bagaimana dia didekap sedemikian erat oleh laki-laki lain yang tidak kuketahui.
Ada hubungan apa dia dengan laki-laki itu?
Rasa panas yang menyakitkan kembali terasa di dalam dirinya saat kejadian itu terulang kembali di benaknya.
Aneh. Aku tak suka ini.
Aku tak suka jika ada laki-laki lain menyentuhnya. Dekat dengannya. Bahkan meski misalnya itu adalah Kai, teman dekatku sendiri.
Ada apa denganku?
"Gray ya?"
Refleks kepalaku menoleh ke arah suara yang menyebutkan namaku. Dan kembali kudapati sosok laki-laki yang membuatku merasa tak nyaman itu.
Dia mengenakan kaus putih lengan pendek dengan celana jeans hitam. Topi biru yang dia kenakan terasa familiar...
"Pete?"
Laki-laki itu tersenyum. "Benar! Rupanya kau masih mengingatku."
Senyuman kecil terukir di mulutku. Ya ampun, karena aku terlalu fokus dengan bagaimana cara dia memperlakukan Claire barusan, aku sampai tidak mengenali teman masa kecilku sendiri.
Pete Tiff, satu-satunya sanak saudara yang dimiliki oleh Kakek Clayton disini. Cucu kesayangannya yang dititipkan oleh kedua orang tua Pete yang kerja di luar negeri. Kakek Clayton sendiri adalah pemilik dari perkebunan yang saat ini dipegang oleh Claire. Dia, Jack dan Claire adalah trio teman masa kecil yang tak terpisahkan.
Setidaknya, begitulah kesan yang kudapatkan. Karena pada akhirnya aku dengan beberapa anak lain di desa ini pun turut bermain dengannya saat itu.
Pete langsung duduk di sampingku. Sebelah tangannya menepuk punggungku dengan antusias. "Apa ini apa ini? Sejak kapan tubuhmu jadi sekekar ini?"
"Kau pikir si tua bangka itu akan main-main dalam melatihku?"
Pete tertawa mendengar penuturanku. "Benar juga. Kakek Saibara tidak seperti kakekku sih."
"Bukannya bagus? Kalau dia seperti kakekku, kau takkan bisa pergi ke kota kan."
Suara tawa Pete mereda, kemudian dia melepaskan topinya. Membebaskan rambutnya yang berwarna coklat pendek. "Benar juga."
Beberapa menit kemudian kami terdiam menatap tanaman jagung yang sebagian besar telah dipanen oleh Claire.
"Claire baik-baik saja. Kini dia sudah lebih tenang." jelas Pete tanpa kutanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...