"Selesai"
Aku menaruh sisir rambutku, lalu memperhatikan pantulan di cermin.
"Oke, sempurna. Tak ada tanda jika masih tidak sehat. Hari ini aku pasti bisa mengurus lahanku! " Gumamku dalam hati.
Setelah mengikuti permintaan dokter untuk beristirahat selama 3 hari di klinik, aku bisa kembali menginjakkan kaki ke rumah ini lagi cukup membuatku bersemangat. Selain rindu menggerakkan otot-otot tubuhku, aku tak enak jika harus menyerahkan semua pekerjaan kepada Gray lebih lama lagi.
Aku mengambil 4 kantung bibit mentimun dari peti penyimpanan barang yang diberikan Karen saat dia menjengukku tempo hari. Dia bilang, tanaman ini yg paling efisien untuk dikembangkan saat musim semi. Selain bisa dipanen berkali-kali, harganya pun cukup mahal. Karena itu aku memutuskan untuk menanam semuanya di lahanku hari ini.
Hm, satu kantung bisa untuk 8 petak lahan. Itu berarti aku bisa mendapatkan 32 tanaman mentimun dengan ini.
Tak lupa, aku mengambil peralatan berkebunku. Cangkul dan alat penyiram air.
Tepat saat kubuka pintu rumahku, aku melihat sosok yang tak asing disana.
"Kau mau kemana?"
Laki-laki dengan rambut coklat sedang membungkukkan tubuh. Saat dia mengangkat kepala untuk menatapku, keringat yang memenuhi wajah serta nafas tak beraturan menandakan jika dia terburu-buru untuk bisa berada disini.
"Ah- kak Jack?"
"Kau itu sudah kukatakan jangan terlalu memaksakan diri."
"Kau belum terbiasa dengan kegiatan fisik. Selama beberapa tahun ini pekerjaanmu hanya duduk dibalik komputer kan?"
"Lalu, apa itu? Kau membawa peralatan, memangnya kau sudah benar-benar pulih?"
"Kakak membawakanmu obat penambah tenaga yang paling ampuh dari kota. Sekarang istirahatlah."
Aku menghela nafas. Kebiasaan buruk kakakku ini terulang kembali, begitu khawatir rasanya omongannya jauh lebih cepat daripada deru motor di ibukota.
"Aku tidak apa-apa. Kau bisa lihat sendiri kan?"
"Kau juga berkata begitu setelah jatuh dari sepeda saat masih kecil dulu." Kak Jack berkata sambil merapikan isi tas gunung berukuran setengah tinggi badannya..... yang aku tak tahu berisi apa saja.
Sebagai CEO perusahaan pakan di ibukota, dia juga memiliki pengalaman dalam menangani kehidupan bertani, jadi wajar saja jika dia mampu membawa tas sebesar itu dengan mudah. Disamping itu terdapat koper besar yang turut menemaninya.
"Kapan kakak datang? Seharusnya kan bisa menghubungiku dulu." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil tetap menatap kakak sulungku ini.
"Baru saja. Tepat setelah Rick menelponku, kakak langsung bergegas kesini." Setelah menutup tasnya, dia berdiri sambil memanggulnya, memasuki rumahku tanpa permisi.
"Kak!" Protesku melihat perbuatannya.
"Tenang, aku hanya menaruh tas ini. Kakak menginap di Inn kok."
Setelah menaruh tasnya di dekat peti penyimpanan barang, dia merenggangkan tubuhnya sambil melirik sekitar ruangan. "Tapi rumah ini sempit sekali. Apa ada kamar mandi disini?"
Aku mengarahkan jempolku ke arah luar. "Ada, disebelah ruang tempat ternak."
"Astaga diluar rumah? Jadi bagaimana kalau kau ingin buang air saat tengah malam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Something!
FanfictionLelaki bernama Gray itu jarang sekali berbicara. Namun tingkah lakunya membuat Claire, gadis pindahan dari kota itu penasaran. Terutama saat kedua mata mereka bertemu. Entah sejak kapan, Claire menjadi tergoda untuk mendekatinya. Inginkan lelaki pen...